“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Sagara
Terjadi ketegangan di antara Sagara dan ke dua orang tuanya. Baik Rida maupun Antonio masih percaya kalau menantunya adalah wanita baik-baik sehingga semua yang diucapkan oleh putranya tidak bisa mereka terima. Wajah saja, selama ini Dewi selalu memainkan perannya dengan apik membuat ke dua mertuanya juga menyayangi dirinya. Dan hal itu benar-benar disesalkan oleh Sagara.
“Dewi selingkuh, Ma, Pa. Dia berselingkuh bahkan sudah dari lama. Dua tahun! Bayangkan saja, selama dua tahun dia ada main dengan pria lain di belakang Saga. Bagaimana Saga bisa bercampur dan memiliki anak dengan istri yang sudah membagi bukan hanya cinta tapi juga tubuhnya dengan pria lain.”
“Saga begitu muak dan jijik dengan Dewi. Dia tidak seperti apa yang mama dan papa lihat selama ini,” jelas Sagara.
“CUKUP SAGARA!” bentak sang mama.
Hati wanita itu geram luar biasa ketika menantu kesayangannya direndahkan seperti itu. Demi melindungi wanita simpanannya, Sagara bahkan sampai rela merendahkan istrinya seperti itu, pikir Rida.
“Sudah Saga duga reaksi mama akan seperti ini. Sebenarnya yang anak mama itu Saga atau dia? Coba Saga tanya sama mama, selama Saga hidup, pernahkah Saga berbohong sama mama dan papa?”
Pria itu beranjak dari duduknya. Waktunya telah terbuang banyak hanya demi mendengar omelan dari sang mama. Pria itu ingin segera pergi menemui Lisa untuk membicarakan masalah perjanjian mereka.
“Kamu mau ke mana, Saga? Mama belum selesai bicara!” Rida berteriak ketika Sagara melangkahkan kakinya menuju ke luar.
Dirinya belum selesai memarahi putra nakalnya, tetapi pria itu sudah kabur lebih dulu. Lain halnya dengan Antonio, pria paruh baya yang duduk di sebelahnya seolah tengah merenungi ucapan putranya. Jika dipikirkan kembali, memang benar, Sagara tidak pernah berbohong padanya, bahkan dalam situasi apapun pria itu selalu berkata jujur, sehingga keyakinan pria itu pada sang menantu sedikit goyah terlebih dirinya tidak benar-benar tahu kesibukan sang menantunya di luar sana.
Sagara menghentikan langkahnya. Jarak di antara mereka tidak begitu jauh, membuat langkah Sagara terhenti kemudian pria itu membalikkan tubuhnya tanpa mendekat.
“Satu lagi, Saga memang tengah mendekati seorang wanita. Wanita yang benar-benar Saga pilih sendiri untuk menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anak Saga dan sebentar lagi Saga akan menikahinya. Saga harap mama dan papa memberikan restu yang tulus untuk wanita itu. Dan untuk Dewi, sekali lagi Saga minta maaf sama mama dan papa karena sudah mengecewakan kalian dan mungkin sebentar lagi, Saga akan melepaskan wanita itu. Sudah cukup banyak kerugian yang Saga terima darinya sehingga Saga tidak bisa lagi melanjutkan keinginan mama dan papa untuk terus bersama wanita yang sudah mengkhianati cinta Saga, permisi.”
Tanpa melihat reaksi ke dua orang tuanya, Sagara segera pergi dari sana. Sudah cukup dirinya menjelaskan tentang kekecewaannya dan apa yang terjadi di antara dirinya dan Dewi yang sepertinya sudah tidak bisa lagi diperbaiki.
Mulanya Sagara ingin menyelesaikan semuanya lebih dulu dengan sang istri, tetapi setelah semua yang terjadi hari ini, Sagara berubah pikiran. Pria itu ingin ke dua orang tuanya tahu sifat buruk menantunya dan membuka mata mereka yang sepertinya tengah dibutakan oleh tipuan menantunya.
Sagara berharap setelah mendengar keluhannya hari ini, mereka berpikir dan mencari tahu sendiri kebenarannya.
Pria itu sengaja tidak memberikan bukti yang dia punya karena ke dua orang tuanya pasti akan menyangkal bukti apapun yang Sagara berikan, sebab mereka percaya bahwa Dewi tidak akan melakukan semua tuduhan itu. Sehingga lebih baik Sagara tidak ikut campur terlalu jauh dan berharap mereka menemukan fakta dan bukti yang akan membuka mata mereka tentang menantu pilihannya.
“D-dia benar-benar Saga putra kita,’kan Pa?” lirih Dewi sembari meluruhkan tubuhnya yang terasa lemas di samping sang suami.
Antonio menghela napas pelan, rupanya masalah ini tidak sesederhana yang ia pikirkan.
***
Lisa pulang ke rumah dengan keadaan was-was karena sedari tadi Sagara tidak bisa dihubungi, yang sepertinya nomornya telah diblokir oleh pria itu. Gadis itu takut jika sikap sombongnya kemarin justru membuatnya dalam bahaya. Ia tidak ingin pulang, tetapi kasihan dengan ke dua adiknya sebab tadi pagi Lisa meminta Liam dan Leo untuk tetap di rumah menunggu dirinya.
“Aku harus bagaimana ini, nggak mungkin aku minta bantuan Seli. Itu terlalu merepotkan dia,” gumam Lisa.
Sampai di gang rumahnya Lisa mencoba mengatur napasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan dan kurang dari tiga puluh menit dari waktu yang ditentukan untuk membayarkan hutangnya. Namun, hingga saat ini dirinya belum juga memegang satu rupiah pun uang itu.
Lisa mempercepat langkahnya, dirinya harus membawa ke dua adiknya pergi sebelum rentenir yang tadi pagi mendatangi dirinya kembali. Selain tidak bisa membayar, Lisa juga tidak ingin ke dua adiknya menjadi sasaran amukan rentenir itu.
Nyatanya dalam situasi seperti ini, tidak ada yang bisa Lisa lakukan selain menghindar. Bahkan untuk sekadar bergantung pada seseorang yang ia percayai rasanya tidak memungkinkan dan Lisa menyesal sudah menerima tawaran konyol dari Sagara.
Jika pria itu berbohong, aku benar-benar tidak akan memaafkan dia meski hanya sekadar kata-kata, batin Lisa sambil mempercepat langkahnya.
Harapan hanya tinggal kenangan karena sebelum Lisa berhasil membawa adiknya kabur, rupanya rumahnya sudah kedatangan tamu yang sama sekali tidak Lisa harapkan. Di sana, di teras rumahnya, Lisa bisa melihat seorang wanita cukup matang tengah duduk bersedekap dada di teras rumahnya.
Jantungnya berdegup luar biasa, ingin berbalik pun tidak bisa karena Martha—rentenir itu—sudah lebih dulu menyerukan namanya.
“Lisa!”
Ehem!
Sambil menetralkan degup jantungnya yang memburu, Lisa perlahan mendekat, dan dapat gadis itu lihat jika Martha tampak menyeringai puas sebab menganggap Lisa tidak bisa membayar semua hutang-hutangnya.
“Anda sudah kemari ternyata,” ucap Lisa mencoba tenang.
“Ya, tentu saja. Aku datang karena ingin menjemputmu. Jadi, kita bisa pergi sekarang?” tanyanya dengan senyum mengejek.
“Menjemputku? Anda lupa kalau waktu paling lambat pukul delapan malam?”
“Tentu saja aku ingat dan kurang dari sepuluh menit aku akan membawamu pergi dari sini karena Pak Gunawan sudah menunggumu.” Martha tertawa puas karena sampai detik ini Lisa tak kunjung membayar hutang-hutangnya.
“Sebegitu percaya dirinya anda kalau saya tidak bisa membayarnya. Tunggu di sini sebentar, saya akan ambilkan uangnya,” ucap Lisa kemudian membuka pintu rumahnya.
Gadis itu segera mengunci pintu dari dalam kemudian menghampiri Liam dan Leo yang berada di kamar ibunya. Tampak Leo sedang menangis dan ditenangkan oleh Liam.
“Kak!” Liam berseru tertahan.
“Sstt! Kalian bersiap, kita akan kabur lewat pintu belakang,” bisik Lisa.
Liam menatap sang kakak dengan nanar, sudah dipastikan bahwa kakaknya itu belum melunasi hutang sang ayah.
“Bukannya kakak punya tabungan, kenapa tidak mencoba menyicilnya kalau kurang? Kenapa kita mesti kabur? Bagaimana dengan pria itu?”
Sejenak Lisa terdiam. Bukan tidak pernah dirinya mencoba menyicil hutangnya. Sering kali gadis itu mencoba membayarnya sedikit demi sedikit, tetapi Martha menolak dan meminta penuh uang itu. Lisa yakin, jika Martha hanya menginginkan dirinya seperti apa yang dijanjikan oleh sang ayah.
Lisa ditukar dengan uang tak seberapa untuk memenuhi hidup gundik dari sang ayah.
“Ceritanya panjang dan kalau kakak cerita sekarang, yang ada kita akan gagal untuk kabur dari sini,”
Akhirnya Liam dan Leo menurut. Ke-tiga orang itu bergegas menuju pintu belakang dengan cepat setelah mendengar gedoran pintu dari arah depan. Lisa yakin, Martha sudah tidak sabar membawanya pergi dari sana.
“Lisa, buka pintunya! Jangan coba-coba mengelabuhiku, ya!” Martha berseru marah.
Lisa mempercepat langkah kakinya. Namun, ketika pintu belakang dibuka, ke tiga orang itu kaget melihat empat anak buah Martha tengah bersedekap dada dan menatap tajam ke arah mereka.
“Jangan mencoba kabur kamu ya! Ayo, sekarang ikut aku!” bentak seorang pria plontos dengan garang.
Tiga anak buah Martha menyeret adik beradik itu dengan kasar. Meski sudah memberontak, tetapi mereka kalah tenaga dibandingkan dengan anak buah Martha yang memiliki badan besar.
“Lepas!”
“Lepaskan aku!”
Bruk!
Lisa dan ke dua adiknya dihempaskan ke tanah di hadapan Martha. Wanita itu berjongkok dengan bibir menyeringai menatap ke arah Lisa. Tangannya terulur, menjambak Lisa hingga gadis itu mendongak akibat tarikan yang begitu kuat pada rambutnya.
“Akh!”
“Gadis bodoh! Kau pikir aku tidak tahu akal-akalanmu, hah!”
“Kau tidak bisa membayar hutangmu karena tak memiliki uang bukan? Jadi sekarang bayar hutang itu dengan tubuhmu! Kau akan jadi jala*ng sumber keuanganku!”
Martha tertawa keras, dirinya begitu puas mendapatkan mangsa seperti Lisa yang tampak begitu cantik dan polos.
Para tetangga tidak ada yang berani mendekat meski begitu kasihan dengan Lisa, bahkan ada yang hanya mengintip dari celah jendela rumah mereka. Mereka takut jika berurusan dengan Martha karena wanita itu begitu licik dan tidak segan menyakiti orang lain.
“Jangan sakiti kakakku breng*sek!” teriak Liam memberontak. Namun, ia kembali dicekal karena hendak menyerang Martha. Sementara Leo terus menangis melihat ke dua kakaknya disakiti.
“Ini akibatnya karena sudah mempermainkanku. Kalian! Bawa gadis ini pergi sekarang karena Pak Gunawan sudah menunggunya di tempat biasa!” perintahnya pada anak buahnya.
bersambung
***
Maaf, ya beberapa hari ini Nad hanya up 1 bab.
jangan lupa like, komen, vote nya ya☺
terima kasih🥰🥰🥰