NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

...***...

Makan siang Melody Senja pada hari senin berikutnya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan dari Mona mengenai hasil kencannya dengan Faisal.

Sahabatnya itu seakan tidak tahu cara berhenti, bibirnya terus melontarkan paksaan agar Melody mau menceritakan secara rinci kendati ia merasa sudah sangat mendetail sedari tadi.

Oh, baiklah mungkin pikirannya memang sedikit terdistraksi.

Ada sebagian kecil dari otaknya yang masih memutar peristiwa yang terjadi malam lalu dimana Kaal Vairav memergokinya ketia ia tengah bersama dengan lelaki lain, entah mengaha ia merasa seperti telah menghianati lelaki itu.

Melody kembali berusaha meyakinkan diri bahwa matanya telah menjadi pengecoh—mencoba memainkan suatu trik yang membuat ia seolah melihat mobil milik Kaal kala itu.

Tidak mungkin Kaal datang kepadanya lagi, bukankah ia sendiri yang menyuruh lelaki itu untuk tidak pernah menampakan diri lagi dihadapanya.

"Senja? Hei Melody Senja, kau kenapa" Mona menyenggol sikunya.

"Kau melamun lagi ya"

Melody yang tersadar membelalak. Ia buru-buru mengambil napas panjang sebelum alisnya kembali bertaut sebab ia masih tidak bisa menuntaskan misteri di dalam kepalanya sendiri.

"Mona" mulainya ragu.

"Aku ingin mengatakan suatu kejadian aneh."

"K-Kau melihat hantu?"

Melody mendesis, ia nyaris terbahak jika situasi yang sedang ia alami bukan sesuatu yang serius.

"Bukan hantu, ini mengenai Kaal."

"Huh. Dia lagi, itu sama saja" Mona menyurukkan bahu antipati, kebencian tergambar jelas di raut wajah gadis itu.

"Apa bedanya dia dengan hantu, hm? Toh, bagimu, dia juga seharusnya sudah mati, kan?"

Kalimat dari sahabatnya membuat Melody tertunduk. Ia tidak tahu harus melanjutkan atau tidak karena ia tidak ingin membicarakan sesuatu yang membuat Mona tampak jengah.

Apalagi mengingat beberapa minggu kemarin gadis itu selalu mendengar permasalahan yang sama tanpa henti.

"Oh baiklah-baiklah tak perlu murung begitu lagipula aku hanya bercanda, jadi ada apa dengan dia?" ujar Mona yang mengetahui kerisauannya diiringi desah bosan.

Melody hanya mencuri pandang sejenak, memastikan bahwa sahabatnya itu memang ingin mendengarkan sebelum mengutarakan

"Mona aku rasa aku melihat mobil Kaal meninggalkan apartemenku dan sepertinya dia melihatku dengan Faisal"

Punggung gadis di hadapannya sontak menegak, jajaran gigi mendadak menggigit lidah pertanda gusar.

Melody menatap Mona yang kini sedang membuang muka. Mulut gadis itu bergumam rendah, mengeluarkan serapah dan Melody segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Mona, apa yang terjadi?"

"Ugh, dia benar-benar!" sambar Mona dengan seruan lantang. Gadis itu tampak benar-benar marah, sehingga Melody yang tidak sabar lantas menuntut penjelasan lewat isyarat tangan.

"Aku sudah meminta langsung padanya untuk menjauhimu, kenapa dia sangat keras kepala"

"L-Langsung?" Melody terbata tidak paham.

"Apa maksudmu, kau bertemu dengannya?"

"Ya, aku bertemu dengannya Melo! Si keparat itu sudah beberapa kali datang kesini. Kau beruntung aku selalu melihat dia terlebih dahulu menunggumu di pintu keluar. Aku kira dia akan mengerti setelah aku memaki-makinya untuk tidak menemuimu lagi. Dan kau tahu apa? Dia baru berhenti begitu aku mengatakan bahwa kau sudah memiliki pasangan."

"Pasangan? Mona, aku dan Fais—"

"Belum. Iya, aku tahu Melody." Nada bicara Mona sedikit meninggi frustasi.

"Tetapi ini adalah satu-satunya cara agar kau tidak harus bertatap muka dengannya. Karena aku tahu—"

Terpotong, Mona seakan mempertimbangkan ulang apa yang ingin lelaki itu sampaikan.

"Karena aku tahu, Melody." Tangannya digenggam lembut.

"Jika dia berhasil menemuimu—bahkan sekali saja, kau akan kembali jatuh padanya, karena aku tahu dia satu-satunya orang yang bisa membuatmu dengan mudah kembali menerimanya"

Seketika Melody mencelos. Ada gumpalan pahit yang mengganjal di tenggorokannya karena pengakuan Mona.

Satu pertanyaan kini merekat; benarkah ia—selama ini, tampak selemah itu terhadap Kaal?

"Melody, aku minta maaf."

Mendongak, ia merasakan genggaman gadis yang bicara mengerat di tangannya, seakan sedang meredakan erupsi yang terjadi di kepalanya.

"Aku tahu ini adalah urusan pribadimu, tetapi aku tidak bisa melihatmu lebih kacau daripada ini. Kau harus melupakannya, dia satu-satunya lelaki yang terus membuatmu terluka, dia alasanmu menjadi seperti sekarang ini Melody"

Pada momen itu, perdebatan yang telah berlangsung lama antara akal dan batinnya tamat. Ia harus pergi bukan hanya karena Kaal tidak akan kembali. Namun juga karena semakin ia merelakan diri dengan seluruh perlakuan Kaal kepadanya, ia semakin kehilangan dirinya sendiri.

"Itu tidak akan terjadi Mona" Balas Melody berusaha meyakinkan sahabatnya itu, matanya menyiratkan pasti.

"Itu tidak akan terjadi, Mona. Aku berjanji."

Ini akan menjadi permulaan lain yang tidak akan ia sesali. Ya ini lembaran baru yang akan ia jalani tanpa sosok Kaal disampingnya

...***...

Lewat jendela yang terbuka sebuah mobil, kepul asap putih menari, meliuk dari bibir seseorang ke udara malam yang bebas.

Ada getaran di jari yang terjadi dalam setiap tarikan bara yang hampir mencapai puntung pada batang rokok itu warnanya merah, sama seperti mata pemiliknya saat ini.

Suara musik terdengar sendu menemani pilu aura yang dikeluarkan dari sang lelaki yang tengah duduk dengan siku tersandar di jendela.

Pandangan mata lelaki itu tampak terlempar jauh, kendati pikiran terpusat pada satu sebuah adegan perpisahan dari dua orang yang terlihat terlalu manis untuknya.

Dingin.

Malam ini terasa dingin berbeda dari malam-malam biasanya. Mungkin bukan dalam konteks temperatur semata, melainkan juga perumpamaan metafora.

Perasaan itu adalah satu-satunya yang merambat di dalam hatinya. Membekukan perlahan hingga lambat laun ia bernapas semakin berat. Rasanya hampir seperti tercekik. Namun ia masih mengingkari bahwa ini bukan patah hati.

Ia belum jatuh cinta. Kaal yakin ini bukanlah cinta

Alasan itu kembali terulang di dalam kepalanya. Sejak punggung seseorang beranjak dari penglihatan, atau mungkin sejak setahun yang lalu, atau mungkin sejak ia menempati apartemen lamanya, atau bahkan mungkin sejak ia menetapkan niat di kala ia melihat adik perempuannya jatuh dalam depresi.

Ia belum jatuh cinta. Sungguh Kaal yakin ini bukanlah cinya

Tetapi senyum lelaki yang berusaha ia enyahkan tercetak di ingatan. Beserta tawa lembut, bau tanah di kemeja sekolah, dan makian khas anak remaja yang belum tahu bahwa sisi realita lain akan dengan cepat menggantikan masa-masa itu.

Senyum itu menumbuhkan harapan; di mana sebuah pernyataan cinta menjadi tiada sehingga ia dapat terus berpura-pura.

Bahwa belaian sengaja di kening yang sering ia lakukan tidak ada kaitannya dengan afeksi, bahwa pandangan yang selalu menetap terlalu lama serta talu di dada yang terjadi setelahnya hanya respon alami, bahwa hubungan mereka tidak pernah melampaui batas dari sekedar sahabat, dan bahwa ia—selama ini, memang belum jatuh cinta.

Karena ia sudah.

Oh, Tuhan ia sudah....

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!