NovelToon NovelToon
STRANGE MERCHANT

STRANGE MERCHANT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bepergian untuk menjadi kaya / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain / Menjadi Pengusaha / Toko Interdimensi
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Pandu

Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?

Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16 : Bertemu Dengan Putri Sombong

Saat Sagara masih merenung di ruangan VIP yang sunyi, ponselnya berdering, memecah keheningan yang terasa agak canggung setelah pertanyaan soal eliksir sebelumnya. Di layar ponselnya, terlihat nama Hansel sebagai orang yang mencoba menghubunginya. Dengan cepat, Sagara pun mengangkat panggilan itu.

“Selamat malam, Sagara,” suara Hansel terdengar ramah di seberang. Meskipun suaranya terdengar santai, ada nada profesional yang tidak bisa disembunyikan. “Aku dengar kamu bertanya mengenai jumlah eliksir yang dilelang? Aku ingin kamu tidak salah paham dengan sistem pelalangan ini, aku akan menjelaskannya padamu."

"Perlu kamu ketahui, barang-barang yang kamu serahkan merupakan barang eksklusif. Kami memiliki pengaturan khusus untuk barang ekslusif seperti itu, kami tidak melelangnya secara sekaligus. Tujuannya adalah agar harga barang-barang tersebut tetap mempertahankan harga jual yang tinggi. Jika terlalu banyak stok yang dilelang pada satu waktu, para penawar akan merasa barang tersebut mudah untuk didapatkan, dan harganya pun akan jatuh. Dengan menjualnya secara bertahap, nilai barang akan lebih terjaga.”

Sagara mengangguk pelan, meski Hansel tak bisa melihatnya. Penjelasan tersebut terdengar masuk akal, tetapi ia masih merasa ada sedikit keraguan dalam dirinya.

“Jadi, maksud Anda, barang-barang yang belum dilelang akan ditawarkan pada pelelangan berikutnya?” tanya Sagara dengan nada yang lebih tenang, pikirannya mulai terbuka.

“Benar sekali, Sagara. Cara ini sering kami gunakan dalam pelelangan untuk menjaga harga barang-barang langka agar tetap pada nilai yang tinggi. Jika lima puluh botol langsung dilelang malam ini, nilainya pasti akan langsung jatuh. Oleh karena itu, kami hanya melelang beberapa botol terlebih dahulu, dan sisanya akan dijual pada acara berikutnya. Dengan demikian, kamu bisa mendapatkan hasil yang lebih besar daripada jika kami melelang semuanya sekaligus.”

Sagara berpikir sejenak, mencoba mencerna penjelasan itu. Ia mulai menyadari bahwa strategi seperti ini memang umum dalam dunia pelelangan barang eksklusif. Walau sempat merasa kesal sebelumnya, kini ia paham bahwa Hansel dan timnya sedang melakukan apa yang terbaik untuk menjaga harga tetap tinggi.

“Terima kasih atas penjelasannya. Saya sekarang menjadi paham,” ujar Sagara dengan nada yang lebih rileks.

Hansel tertawa kecil. “Senang mendengarnya. Oh, dan sebelum saya lupa, boleh saya minta nomor rekeningmu? Kami ingin memastikan bahwa pembayaran untuk barang-barang yang sudah terjual dapat segera ditransfer.”

Sagara memberikan nomor rekeningnya dengan jelas. Hansel mendengarkannya dengan seksama, lalu mencatatnya.

“Terima kasih. Satu hal lagi, Sagara. Putriku, Julia, kebetulan hadir malam ini. Ia tertarik untuk bertemu denganmu. Jika kamu tidak keberatan, bolehkah ia datang menemuimu di ruangan VIP?”

Sagara terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan tersebut. Ia merasa sedikit berat hati, tetapi tidak ingin terus-menerus menolak permintaan Hansel, apalagi setelah beberapa kesalahpahaman tadi telah diselesaikan. Lagipula, ia ingin menjaga hubungan baik dengan Hansel dan keluarganya.

“Baiklah, saya tidak keberatan. Jika putri Anda ingin bertemu, saya akan menunggunya di sini,” jawab Sagara akhirnya.

“Terima kasih, Sagara. Saya akan segera mengatur agar Julia datang menemuimu. Semoga pertemuan kalian menyenangkan,” kata Hansel dengan nada yang terdengar puas sebelum menutup telepon.

Beberapa menit setelah percakapan itu berakhir, terdengar ketukan pelan di pintu ruangan VIP. Pintu terbuka, dan seorang wanita muda dengan penampilan anggun melangkah masuk. Dress krem yang dikenakannya menyatu sempurna dengan kulitnya yang cerah. Wajahnya dihiasi riasan halus, menambah pesona yang membuatnya terlihat elegan namun tidak berlebihan.

Julia melangkah dengan perlahan, seolah-olah sedang menimbang setiap langkah yang diambil. Begitu mendekati Sagara, ia berhenti dan tersenyum canggung, lalu menyapanya dengan nada suara yang lembut.

“Selamat malam, Tuan Sagara. Saya Julia, putri dari Tuan Hansel,” katanya sambil membungkukkan sedikit tubuhnya. “Apakah saya boleh duduk di sini?”

Sagara tersenyum tipis, meski hatinya sedikit tidak nyaman dengan suasana yang tercipta. “Tentu saja, silakan duduk.”

Julia mengambil tempat di sebelahnya, tetapi ia duduk dengan sikap yang canggung, menjaga jarak dan tampak gelisah. Suasana di dalam ruangan terasa kaku, dan Sagara bisa merasakan bahwa Julia berusaha keras mencari topik pembicaraan.

“Bagaimana acara pelelangan ini menurut Anda, Tuan Sagara? Apakah Anda menikmatinya?” tanya Julia mencoba memecah kebekuan, meskipun nada suaranya terdengar sedikit dipaksakan.

“Acara ini sangat menarik,” jawab Sagara singkat namun sopan, mencoba menyamakan nada percakapan.

Julia tersenyum, terlihat bahwa ia masih merasa sedikit gugup. Setelah itu, ia mulai bertanya mengenai latar belakang Sagara. “Tuan Sagara, jika boleh tahu, apa kesibukan Anda saat ini? Saya sangat tertarik mendengar cerita Anda.”

Sagara menjelaskan bahwa dirinya saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di sebuah universitas negeri yang biasa-biasa saja. Namun, belum sempat Sagara menjelaskan lebih lanjut, Julia segera menimpali jawaban itu dengan nada yang sedikit bangga.

“Oh, universitas negeri? Tempat itu pasti cukup bagus karena Tuan Sagara memilih berkuliah di tempat itu. Saya sendiri sedang berkuliah di salah satu universitas swasta terbaik di negara ini. Biayanya memang tinggi, tapi kualitas pendidikannya sangat unggul. Anda tahu, banyak sekali tokoh-tokoh terkenal yang merupakan alumni dari kampus saya. Jika Tuan tidak keberatan dan ada waktu luang, saya bisa mempertemukan Anda dengan teman-teman saya untuk menjalin relasi dengan mereka, bagaimana?”

"Akan saya pikirkan dulu."

Sagara mendengarkan dengan tenang, namun di dalam hatinya, ia merasa ada jarak yang semakin melebar di antara mereka. Julia terus membandingkan kehidupannya dengan kehidupan Sagara, seolah-olah berusaha menonjolkan keunggulannya. Setiap kali Sagara mencoba menjelaskan sesuatu, Julia selalu menyela dengan membanggakan kelebihan hidupnya, dari keluarganya yang tinggal di kawasan elit hingga pendidikan yang ia jalani.

“Saya yakin kehidupan Anda di kampus negeri pasti penuh tantangan, ya? Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya tidak memiliki fasilitas yang cukup baik seperti di kampus saya,” tambah Julia dengan nada suara yang seakan ingin menyampaikan simpati, tetapi terdengar lebih seperti kesombongan yang terselubung.

Sagara merasa semakin tidak nyaman. Percakapan ini, yang seharusnya menjadi perkenalan santai, berubah menjadi sebuah ajang perbandingan yang membuatnya merasa tidak dihargai. Alih-alih menikmati momen tersebut, ia merasa terperangkap dalam perbincangan yang tidak kunjung selesai.

Setelah beberapa saat, Sagara merasa bahwa ia perlu segera mengakhiri percakapan ini dengan cara yang sopan. Ia meraih ponselnya dan mengetikkan pesan singkat kepada Hansel. "Tuan Hansel, terima kasih atas kesempatan malam ini. Saya berencana pulang lebih awal. Apakah saya bisa meminta bantuan untuk diantar pulang? Biaya jasa pengantarannya bisa dipotong dari hasil penjualan barang saya di pelelangan."

Tak lama kemudian, Hansel membalas. "Tentu, Sagara. Aku akan segera mengirimkan seseorang untuk mengantarmu pulang. Tidak perlu khawatir soal biaya. Dan mohon maaf jika putriku melakukan sesuatu yang membuat kamu tidak nyaman."

Sagara bisa merasakan nada kikuk dalam balasan Hansel, seolah ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pasalnya acara pelelangan itu baru saja dimulai, tapi Sagara sudah mau pergi bahkan sebelum seluruh barang yang Sagara titipkan muncul dalam pelelangan.

Beberapa menit setelah pesan itu dikirim, seorang pria dari staf keamanan datang mengetuk pintu ruangan VIP dan memberi salam kepada Sagara. "Tuan Sagara, saya sudah siap untuk mengantar Anda pulang. Apakah Anda sudah siap?"

Sagara berdiri dengan tenang, menganggukkan kepala. "Ya, saya siap. Terima kasih."

Julia menatap Sagara dengan bingung, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tampaknya memilih untuk diam. Sagara hanya memberikan senyuman sopan, mengucapkan salam perpisahan singkat, dan kemudian melangkah keluar dari ruangan VIP dengan perasaan lega. Meski malam itu meninggalkan kesan yang bercampur, ia tetap menghargai apa yang telah berjalan dan siap untuk kembali melanjutkan langkahnya di hari berikutnya.

1
black_mask
penting ceritane dirampungke thor, ojo kyo le dsik"
Mohakbar
cerita enak di dengar, setiap kalimat mudah di pahami, rekomen baget!
Abu Nipah
Lumayan
yatarasa
...
Kai🍁
harapannya kali ini ceritanya dapat diselesaikan dengan baik dan pembaca terpuaskan.
Violet Ros
Mungkin ini udah lama sejak terakhir kali gue baca novel lu yang necromancer itu. Tapi novel lu masih bagus aja bg, tapi rasa rasanya teksnya pada kepanjangan.
Violet Ros: wkwk iyaa cuman gak konsisten
Kai🍁: iya baru balik nulis lagi, akunmu juga rajin sekali nulis.
total 2 replies
Sato
ceritanya selesain ya, semoga ga ngagantung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!