Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
"Pa, tolong jangan seperti ini. Rasanya terlalu mendadak. Aku tidak bisa menerima gadis asing." kata Ervan.
"Papa tolong kamu coba mengenal Kinara dulu. Dia gadis yang baik. Dan ingat! Berkat dia kamu bisa hidup seperti sekarang." jawab pak Hendro.
"Sial! Kacau rencanaku kalau seperti ini." batin Ervan.
Ervan menatap ke arah Dara. Gadis muda itu tampak cuek bebek ketika pembawa acara memulai pekerjaannya. Dia sangat gelisah ketika tahu kalau hari ini adalah penentuan masa depannya. Pria itu mengalihkan pandangannya pada gadis yang bernama Kinara. Entah kenapa dia tidak suka dengan calon istrinya.
Kinara melihat Ervan seperti mendapatkan hadiah lotre. Tak segan mengedipkan matanya pada Ervan. Baru saja dia hendak meninggalkan podium acara, papanya langsung mencegah dan memintanya kembali berdiri di dekat mereka.
"Tolong kami, Nak." pinta Pak Hendro.
Ervan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia mencari momen bagaimana bisa membatalkan perjodohan ini. Sungguh dia tidak tertarik pada sama Kinara. Ervan hanya memejamkan matanya sejenak. Bahkan ketika jemarinya di satukan dengan Kinara Ervan ingin sekali berontak. Tapi itu hanya angan semata. Nyatanya dia dan Kinara sudah diikat dengan perjanjian kedua orangtua mereka.
"Om, saya dengar di perusahaan ini ada perancang busana yang berkualitas. Apa bisa kita pakai dia untuk desain baju untuk pertunangan hingga pernikahan kami nanti." pinta Kinara.
"Oh, Bisa. Sangat bisa. Dara!" panggil Pak Hendro.
Dara langsung mendekati pak Hendro. Gadis itu di minta bersalaman dengan Kinara dan mamanya. Terpaksa dia pura-pura tidak kenal dengan dua wanita di hadapannya.
"Ini Andara Danuarta, desainer sekaligus manajer di perusahaan kami. Dia yang paling handal dalam mendesain busana. Kamu lihat baju yang di pakai Rebecca. Cantik dan elegan, sesuai dengan situasi negara di sana. Ini rancangan Andara." puji pak Hendro.
"Serius ini rancangan kamu, Dara. Ya Allah, saya sangat suka desainnya. Kamu keren masih muda sudah berprestasi, lulusan Paris pula." Rebecca pun ikut memuji Dara.
Kekesalan yang dia rasakan beberapa hari yang lalu hilang di ganti dengan kekaguman. Itu yang dirasakan Rebecca pada Andara. Awalnya dia kesal sikap Dara terlalu berani pada Ervan. Orangtua mana yang tidak marah melihat bawahan tidak ada hormatnya pada atasannya. Akan tetapi tadi Hendro menjelaskan kalau Andara itu terlalu mandiri. Sehingga ketika ada yang menyalurkan bantuan pasti akan di tolak.
"Becca kamu ingat kan ada lima pakaian yang aku kirim dulu. Itulah rancangan dari Andara." kata Hendro.
"Ehmm, Becca. Hendro itu masih perhatian sama kamu. Sampai rancangan sebagus ini dia kirim untuk kamu. Kalian kenapa tidak rujuk aja sih. Nanti kalau Ervan dan Nara menikah kalian pada tinggal sendiri. Sendiri itu nggak enak." kata Veronica.
"Ya tidak mungkinlah, Vero." kata Becca.
"Bukannya dulu kamu bilang Hendro dulu sekali talak langsung cerai. Jadi masih bisa balikan, dong. Dulu ada pengusaha mau ajak kamu nikah, malah di tolak. Itu artinya kamu masih berharap bisa balik sama Hendro kan?"
"Lalu bagaimana dengan kamu, Vero? apa kamu mau balik ke Glenn atau rujuk sama Marcel?" Becca membalikkan pertanyaan pada temannya. Veronica hanya diam saja. Dia malah pamit untuk pergi ke toilet. Becca hanya tersenyum simpul melihat tingkah temannya. Dia pun memilih kembali berbaur dengan orang-orang dari perusahaan anaknya.
****
Ervan kini sudah kembali ke kantor. Beberapa staf yang di tugaskan lembur pun sudah berada di ruangan mereka masing-masing. Termasuk Dara, sejak dari cafe gadis itu diam saja. Ervan terus memperhatikan Dara dari jauh. Pria itu memegang dadanya. Sungguh dia tak tahu kenapa setiap ada Dara jantungnya berdebar kencang. Sementara pada gadis yang bernama Kinara biasa saja.
"Apa aku jatuh cinta sama Dara? Ah, tidak Ervan. Mungkin kamu hanya penasaran saja. Ingat sebelum kamu menikah dengan Kinara, kamu harus tuntaskan rencanamu menjauhkan Dara dari papa." ucap Ervan dalam hati.
Lamunannya buyar saat deringan telepon di nakas dekat meja kerjanya. Ternyata dari papanya.
"Kamu masih lembur?" tanya Pak Hendro.
"Iya, Pa. Ada apa?"
"Bisa temani papa ke tempat sepupu papa, Om Panji. Dia sakit dan sendirian di rumahnya. Papa malam mau menginap di sana. Kamu ikut kesana, ya. Kalau cuma berdua saja rasanya tidak seru. Iya, papa tunggu." belum sempat Ervan menjawab telepon sudah di tutup.
"Ada apa?" tanya Dara dengan sikap dinginnya pada Ervan.
Ervan menyerahkan beberapa berkas dalam box. Dara mengerutkan dahinya, punya dia saja belum selesai ini sudah di tambah tugas baru.
"Saya di suruh pulang sama papa. Jadi tolong selesaikan berkas ini. Besok tugas ini sudah ada di meja saya." perintah Ervan.
"Baik, Pak." Dara tetap menyahut dingin.
"Kamu sudah makan, Dara?" tanya Ervan. Sayangnya tidak ada tanggapan dari Andara.
Dara duduk termenung di depan laptopnya. Teringat ucapan Ika tentang donor jantung yang di dalangi oleh Kinara. Apakah tunangan yang di maksud adalah kak Panca? Kalau iya, kenapa Kinara bisa tahu ada kecelakaan di sana? atau jangan-jangan Kinara terlibat dengan kecelakaan yang di alami Panca.
Dara memegang kepalanya, mengacak rambut seakan pikiran itu sangat menyiksa dirinya. Tanpa sadar dia pun menangis. Rasanya dia ingin menghempas beban yang menghimpit nya.
"Jika dia memang mendonorkan jantung kak Panca. Itu artinya pak Ervan terlibat atas kematian Kak Panca. Mereka sama saja. Mengambil organ tubuh orang lain tanpa persetujuan orang tua si korban. Tidak ada hak tunangan memberi jantung ke orang lain. Itu hak orangtua pendonor. Tapi bagaimana aku bisa membuktikan semua ini?"
Beberapa jam kemudian Dara terbangun. Ternyata dia tertidur di kantor. Netra nya melirik ke gawainya, ternyata sudah dini hari. Hanya dia yang berada di ruangannya.
Dara cukup terkejut saat ada jas yang menutupi tubuhnya. Ada makanan yang tersaji di meja kerjanya. Pandangannya beralih di sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa. Perutnya langsung berdemo ketika melihat makanan menggugah selera. Dara langsung menyantapnya sampai tak bersisa.
****
Ervan sudah sampai di depan kediaman Panji. Pria yang katanya masih ada hubungan saudara papanya. Dia di sambut papanya di depan pintu. Ervan mengedarkan pandangan di sekitar rumah milik Panji. Seperti merasa devaju, seakan tempat ini tidak asing baginya.
"Ji, ini Ervan." Hendro mengenalkan putranya pada Panji. Ervan merasa seperti dekat dengan Panji. Keduanya saling terdiam, masih dalam menjabat tangan. Seakan apa yang mereka pikirkan sama.
Aku merasa sedang bersama Panca. Mungkinkah dia disini merindukan rumahnya. Nak, papa rindu sama kamu.
Waktu terus berjalan, sang dewa malam masih kokoh dengan tugasnya. Ervan berdiri di dekat taman belakang rumah. Waktu di rasa semakin larut, Ervan membuka handphonenya. Koneksi cctv tersambung dari kantornya. Memantau seseorang di sana.
Melihat sosok itu tengah mengantuk di depan laptop. Kepalanya seakan mau terjatuh tapi dia bangkit lagi seakan harus kuat demi profesional. Ervan langsung mengambil kunci mobilnya. Dia langsung bergegas kekantor.
yuk mampir sudah up
apa salah nya di coba dulu.
kebanyakan readers juga gak suka klo alurnya muter2 dan bertele tele thor🙏🏻
semangat yaaa 🥰🥰