Ajeng harus pergi dari desa untuk menyembuhkan hatinya yang terluka, sebab calon suaminya harus menikahi sang sepupu karena Elis sudah hamil duluan.
Bibiknya memberi pekerjaan untuk menjadi pengasuh seorang bocah 6 tahun dari keluarga kaya raya di Jakarta.
Ajeng iya iya saja, tidak tahu jika dia adalah pengasuh ke 100 dari bocah licik itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Berusaha Untuk Pulang
"Dimana mbak Ajeng?" tanya Oma Putri saat melihat cucunya itu masuk seorang diri ke dalam rumah, harusnya Ajeng sudah mengekor di belakang.
Sean diam, tetap berjalan masuk.
"Sean! dimana mbak Ajeng?" tanya Oma Putri lagi, dengan suara yang lebih tinggi. Dia takut Sean kembali meninggalkan pengasuhnya di jalanan, sama seperti pengasuh-pengasuh terdahulu.
Yang dulu mungkin bisa kembali ke rumah ini dengan selamat, tapi Ajeng? wanita itu bahkan baru kali ini menginjakkan kaki di kota Jakarta.
"Sean!"
"Dia terlalu lama! jadi aku pulang duluan!!"
"Ya Allah Sean, apa salahnya menunggu? kalau terjadi sesuatu dengan mbak Ajeng bagaimana?"
"Kalau begitu pecat saja dia, aku tidak butuh pengasuh!"
"Ya Allah," Oma Putri menyentuh daddanya yang bergemuruh, mau marah bagaimana lagi pun dia tak sanggup.
Sean pergi dari sana dan segera menuju kamar, tak peduli pada semua yang terjadi. Pada Oma Putri, pada mbak Ajeng semuanya terserah.
"DERI!!" pekik Oma Putri.
Deri lari dengan terbirit-birit.
"Cari Ajeng sekarang juga, cepat pergi ke tempat kalian meninggalkan Ajeng tadi!"
"Siap Oma!" balas Deri, dia bahkan langsung kembali berlari ke luar.
Sudah jam 1 siang Deri belum juga kembali, Oma Putri menelpon sang supir dan Deri mengatakan jika Ajeng sudah tidak ada di tempat mereka meninggalkannya tadi.
Deri pun sedang berkeliling namun belum menemukan keberadaan Ajeng.
Oma Putri terduduk di kursi ruang tengah, dia cemas sekali. Satu-satunya solusi yang terpikir adalah meminta bantuan dari Reza.
Tanpa menunda Oma Putri langsung menghubungi anak pertamanya itu.
"Halo Oma."
"Reza!! masya Allah anak mu itu ampun Oma, dia meninggalkan Ajeng di jalanan saat pulang sekolah! Deri sudah cari tapi belum ketemu! pokoknya oma tidak mau tau ya Rez! bagaimana pun caranya kamu harus cari Ajeng! titik!"
Reza hanya terdiam, tak sempat pula untuk menjawab dari banyaknya rentetan kalimat yang diucapkan oleh sang ibu.
Pria itu hanya mampu bicara di ujung telepon itu tersambung.
"Iya Oma, aku cari Ajeng sekarang."
Panggilan telepon itu pun akhirnya terputus.
Reza tidak benar-benar mencari sendiri, tapi dia memerintahkan 10 anak buahnya untuk mencari sang pengasuh.
Ryan yang mendengar kabar itu pun langsung mendatangi sang kakak.
"Ajeng ditinggal Sean?"
"Hem."
"Dimana lokasi terakhirnya."
"Di Food Court kenanga."
Ryan langsung mau pergi.
"Kamu mau kemana?" tanya Reza.
"Ya cari Ajeng lah, makin banyak yang cari makin cepat juga di temukan, lagipula rapat sudah selesai kan?"
Reza terdiam.
Ryan pun langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan sang kakak, ruang Presiden Direktur PT. Aditama Kingdom.
Sampai menjelang magrib, Ajeng belum juga di temukan. Bukan tanpa sebab kenapa Ajeng sulit di deteksi oleh semua orang, pasalnya Ajeng pun tak tinggal diam, dia terus bergerak berusaha untuk pulang.
Bertanya pada semua orang dimana arah rumah keluarga Aditama.
Kakinya lelah sekali tapi Ajeng tidak berhenti, kalau dia berhenti Ajeng takut semakin sulit untuk pulang.
Ajeng tidak tahu jika orang-orang sudah kesusahan mencari dia.
"Ya Allah, ayo Jeng semangat, sebentar lagi sampai rumah," gumam gadis cantik berbadan mungil itu. Kini jalan yang dia lewati mulai Ajeng ingat sedikit-sedikit.
Langit di atas kepalanya mulai berubah jadi gelap.
Dia berjalan di tepian jalan.
Reza yang baru saja pulang melihat Ajeng disana.
"Stop, hentikan mobilnya Pak." titah Reza.