Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam Belas
Dinda lalu berjalan ke arah Villa setelah Vina ikut bergabung dengan sepupunya yang lain. Dia merasa kepalanya makin terasa sakit. Baru beberapa langkah gadis itu berjalan, ada seseorang menarik tangannya. Membawa ke samping villa.
Dinda hampir berteriak tapi tangan orang itu segera menutup mulutnya. Dinda juga mengurungkan niatnya karena mengetahui siapa pelakunya.
"Apa yang Om lakukan? Bagaimana jika ada yang melihat kita di sini berdua?" tanya Dinda.
Jantungnya berdetak lebih cepat. Tadi saja sudah membuat dia syok, di tambah ketakutan saat ini. Takut ada yang tahu dan melihat keberadaan mereka berdua.
Dinda belum siap menerima kekecewaan dari Vina. Dia yakin Satria juga sudah mulai curiga. Dia sengaja ingin ke kamar untuk meredakan pikiran dan kecurigaan pria itu.
"Kita pulang sekarang. Tanganmu dingin. Kamu pasti sakit," ajak Alvaro dengan suara lembut.
"Aku nggak mau. Nanti Vina mencari ku. Sebaiknya nanti setelah aku pulang dari sini, kita bicarakan lagi tentang hubungan ini. Apa kita teruskan atau tidak!" seru Dinda dengan datar.
"Kita bicara di apartemen. Kita pulang ya, Sayang. Di sini akan membuat kamu makin sakit. Kita perlu bicara," balas Alvaro dengan suara lembut.
Alvaro menarik tangan Dinda pelan, membawa gadis itu untuk pergi dari sana. Walau istrinya sedikit memberontak, tapi dia tetap menariknya.
"Aku masih mau menginap di sini. Jika Om mau pulang silakan. Aku takut Vina heran kalau aku menghilang," ujar Dinda masih dengan keras kepalanya. Dia sepertinya hanya sengaja menghindar dari pria itu.
"Dinda, jangan keras kepala, Sayang. Aku tau kamu sudah tak nyaman berada di sini. Kita pulang. Apa kamu lupa kalau aku ini suamimu?" tanya Alvaro dengan suara penuh penekanan.
Ucapan Alvaro membuat Dinda kembali sedih. Apa yang akan Vina katakan jika tahu dirinya telah menikah dengan sang ayah. Apakah nanti sahabatnya itu bisa memaafkan kekhilafannya.
Dinda menarik napas berat. Dia berusaha melepaskan pegangan tangan suaminya. Setelah itu berjalan meninggalkan pria itu. Dia masih kesal dengan suaminya itu. Belum siap untuk dekatan.
Walau Dinda sadar tak ada yang salah di antara mereka. Dia mau menikah setelah tahu pria itu telah resmi bercerai. Alvaro juga tak tahu jika dia sahabat putrinya. Tapi apa orang-orang di luar sana percaya? Pasti mereka tetap menghujat dirinya jika tahu mereka telah menikah.
Siapa yang paling dirugikan. Tentu saja dirinya. Dia paling dihujat jika tahu mereka telah menikah, terutama dari teman dan kerabatnya Vina.
Baru beberapa langkah Dinda berjalan, dia merasa tubuhnya melayang. Ternyata Alvaro menggendongnya seperti karung goni. Membawa ke arah sebuah mobil dan menjatuhkan tubuh gadis itu di kursi belakang dengan pelan. Alvaro juga masuk dan mengunci pintu.
Alvaro meminta supir segera menjalankan mobilnya, takut Dinda kabur lagi. Gadis itu memandangi suaminya tanpa kedip. Tangisnya pecah. Dia lalu memukuli dada pria itu berulang kali. Pria itu tak menepis, justru seperti membiarkan istrinya melampiaskan kekesalannya.
"Kamu jahat, kenapa tak katakan jika anakmu itu Vina, Om. Aku harus bagaimana? Aku tak mungkin mengecewakannya," ucap Dinda terbata.
"Aku tak tau jika kamu itu sahabatnya Vina. Lagi pula tak ada larangan mencintai sahabat putri kita bukan?" tanya Alvaro.
Dinda menghentikan pukulan di dada pria itu. Dia menarik rambutnya frustasi.
"Aku tak mau di cap pelakor. Pasti nanti Vina akan membenciku dan menjauh dariku. Padahal hanya dia satu-satunya sahabatku," ucap Dinda dengan suara terbata.
"Siapa yang berani mengatakan kamu pelakor akan berhadapan denganku. Kamu dan aku menikah setelah aku resmi bercerai. Lagi pula tak ada yang bisa menepis rasa cinta yang tumbuh, aku dan kamu pasti memang telah di takdirkan bersama," balas Alvaro.
"Siapa yang percaya. Sedangkan yang mereka tau, Om dan Tante hingga saat ini masih terikat pernikahan. Bukankah belum ada yang tau kalau Om telah bercerai. Begitu juga dengan Vina. Jadi dia pasti akan berpikir jika aku adalah seorang pelakor. Aku tak tau mesti bagaimana menghadapi semua ini!" seru Dinda.
"Kau dan aku telah ditakdirkan bersama. Tak ada yang salah. Kau tak tau jika aku adalah Daddy dari sahabatmu begitu juga aku tak tau jika kau sahabat putriku. Jikapun aku mengetahui semua itu, jika memang kita saling mencintai, kita mesti apa. Lagi pula rumah tanggaku memang telah hancur, ada atau tak ada kamu, kami tetap akan berpisah!" seru Alvaro.
"Aku akan umumkan perceraian kami. Apa kau mau aku juga mengumumkan pernikahan kita?" tanya Alvaro.
Dinda tak bicara sepatah katapun. Badannya terasa sangat lelah. Tak tau kedepannya bagaimana cara dia menghadapi Vina, apakah dia masih memiliki muka saat bertemu sahabatnya itu.
Walau Vina tak mengetahui, tapi tetap Dinda yang akan canggung bertemu sahabatnya itu. Tak akan sama seperti dulu lagi.
Cukup lama keduanya terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Dinda membuka suara.
"Om, sebelum pernikahan ini terjadi lebih lama. Bagaimana kalau kita batalkan saja. Bukankah kita juga belum melakukan apa pun. Kita akhir saja semuanya, karena aku yakin akan banyak hati yang terluka dan kecewa saat mengetahui jika kita telah menikah. Aku akan pergi jauh, ke tempat tak ada seorang pun yang bisa mengenaliku. Kita akan hidup dengan tujuan masing-masing. Semoga nanti kita bisa bertemu setelah sama-sama memiliki kehidupan baru,' ucap Dinda dengan suara pelan karena menahan sebak di dadanya.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...