Savira tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda. Dia menolongnya sampai membiarkan dia tinggal di rumahnya. Namun, seiring waktu berjalan, dia merasakan hal berbeda dengan pemuda ini. Hingga benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
Namun, mengetahui jika pemuda yang dia tolong ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang pewaris utama dari Perusahaan besar tempatnya bekerja.
Bagaimana setelah ini? Savira hanya merasa dibohongi oleh pemuda itu. Apa dia akan memaafkannya? Atau mungkin segala rintangan akan membuat dia menyerah begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Ingin Kau Temani
Pertemuan yang dilakukan dua keluarga malam ini. Shandy yang terpaksa terpaksa pulang ke Rumah. Kembali membuat alasan jika dia pergi mengerjakan tugas di rumah temannya.
"Jika bukan karena ada acara ini, kau pasti tidak akan pulang"
Ucapan Kakek itu tidak lagi Shandy hiraukan, karena sebenarnya dia juga tidak ingin kembali dulu ke rumah ini apalagi hanya untuk membahas tentang perjodohan ini. Tapi malam ini, Shandy benar-benar harus melakukan ini karena dia butuh banyak informasi.
Keluarga Paman Ahsan sudah datang, mereka duduk di ruang tengah. Sedikit berbasa-basi sebelum menyangkut tujuan pertama dua keluarga ini bertemu sekarang.
"Jadi, bagaimana? Apa Shandy siap untuk bersama dengan Launa?" tanya Paman Ahsan.
Shandy menunjukan wajah dingin yang tak bersahabat. Dia melirik pada gadis yang duduk dekat Ibunya itu. Sungguh bukan seseorang yang dia inginkan. Launa ini sangat jauh dari tipe Shandy.
"Aku belum bisa memutuskan. Biarkan aku pergi dulu dengan Launa, setidaknya ada obrolan diantara kami berdua"
Mendengar itu memang cukup mengejutkan. Namun, Kakek langsung tersenyum bahagia. Karena mengira Shandy akan mencoba membuka hati untuk Launa setelah pertemuan mereka.
"Yaudah, pergi saja. Lagian kalian memang perlu ada waktu berdua" ucap Kakek.
Akhirnya Shandy membawa Launa pergi ke sebuah Restoran. Ruangan VVIP yang sengaja dia pesan sebelumnya. Launa sedikit kebingungan saat melihat di atas meja sudah banyaknya minuman beralkohol.
"Kenapa? Kau bisa minum 'kan? Aku sedang ingin minum" ucap Shandy.
Launa menoleh dan langsung tersenyum pada Shandy. "Bisa kok, tenang saja. Aku 'kan biasa tinggal di Luar Negeri, jadi minum sudah menjadi kebiasaan orang-orang disana"
Shandy mengangguk saja, dia segera duduk di kursi. Melihat itu, membuat Launa terdiam sejenak. Tidak langsung duduk. Shandy benar-benar tidak seperti yang dia pikirkan, biasanya seorang pria akan menarikan kursi untuk di duduki wanitanya. Namun, Shandy sama sekali tidak memperlakukan dia seperti itu.
"Kenapa? Ayo duduk" ucap Shandy.
"Ah, iya"
Launa segera duduk, semua harapan atas sikap romantis Shandy yang dia bayangkan. Launa menatap Shandy yang terlihat tampan sekali, apalagi dengan balutan jas mahal yang dia gunakan. Sungguh, gadis mana yang tidak akan tertarik pada pria seperti Shandy. Selain tampan, dia juga seorang pria yang kaya.
"Ayo minum dulu, malam ini kita senang-senang saja sambil mengobrol"
Shandy menuangkan minuman itu ke gelas Launa. Sengaja terus memberikannya sampai gadis itu mulai mabuk. Wajahnya merah dan bicaranya sudah mulai meracau tidak jelas. Dan ini adalah kesempatan yang Shandy inginkan.
"Sebenarnya kenapa orang tuamu ingin kita menikah? Bukankah masih ada Kakak aku yang seharusnya menikah lebih dulu. Kenapa mereka tidak memilihnya, kenapa harus memilihku?"
Launa sudah begitu mabuk, bahkan dia sudah bersandar di atas meja. Tersenyum saat mendengar pertanyaan Shandy itu.
"Karena pewaris utama ARS Coporation adalah kamu. Kak Langga yang malah milih untuk mengurus Perusahaan cabang di Luar Kota. Pada awalnya Papa aku ingin aku menikah dengan Kak Langga, tapi setelah tahu jika kau yang akan menjadi pewaris Perusahaan utama, maka Papa jadi inginkan aku menikah denganmu. Dan aku hanya menurut saja"
Sudah seperti dugaan Shandy jika yang di incarnya adalah sebuah harta. Shandy sudah ingin mematikan rekaman suara di ponselnya, namun Launa yang tiba-tiba bersuara lagi, membuat Shandy urung melakukan itu.
"Dan, sebenarnya Papa sengaja memilih kamu karena keadaanmu itu. Haha.. Asal kau tahu jika Papa tidak pernah setia pada Pak Ketua, karena yang dia inginkan adalah ARS"
Shandy benar-benar mendapatkan hal yang dia ingin tahu sekarang. Ternyata memang Paman Ahsan memilihnya bukan hanya karena dia yang akan mewarisi Perusahaan utama. Tapi karena keadaannya ini yang sebenarnya hanya keluarga saja yang tahu.
"Kenapa Paman Ahsan bisa tahu tentang itu? Keluargaku tidak pernah memberitahu orang lain tentang keadaanku"
"Haha.. Kan Papa tidak sengaja mendengar pembicaraan Pak Ketua dan Presdir"
Presdir yang disebut adalah Ayah Shandy.
*
Shandy kembali ke Rumah Savira malam ini, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih setelah berbicara dengan Launa. Dia biarkan gadis itu di Restoran dan hanya menelepon Gilang untuk membantu mengantarnya. Shandy benar-benar sudah tidak mau berhubungan dengan gadis itu.
Tok tok..
Suara ketukan pintu membuat Savira yang sudah terlelap langsung terbangun. Dia sedikit mengucek matanya yang terasa perih, bahkan menguapnya masih begitu lebar. Savira melirik ke arah jam dinding, dan ini benar-benar larut malam.
"Siapa yang bertamu di jam segini?"
Dengan malas, Savira turun dari atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Ketika dia membuka pintu, dia begitu terkejut melihat Shandy yang berdiri disana dengan keadaan yang kacau. Pria itu tiba-tiba memeluk Savira tanpa berkata-kata. Bau alkohol langsung menyeruak ke indra penciumannya.
"Shan, lo kenapa? Lo mabuk ya?"
Savira melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di depan halaman rumahnya. Lalu dia menyadari penampilan Shandy saat ini. Pria itu menggunakan jas dan kemeja yang sudah acak-acakan. Rambutnya juga acak-acakan.
"Shan, lo habis darimana? Kenapa kacau begini?"
"Aku lelah, ingin istirahat"
Savira menghela nafas pelan, sepertinya memang Shandy tidak akan bisa ditanya sekarang. Jadi dia membawa pria itu masuk ke dalam rumah. Melihat keadaan Shandy ini, sungguh membuatnya tidak mengerti apa yang sudah dialami pria ini hari ini.
"Shan, buka dulu jas lo"
Savira mencoba membuka jas pria itu, lalu melihat Shandy yang terlihat sangat lelah sekarang. Membuat dia ragu untuk membuatnya tidur di sofa malam ini.
"Pokoknya hanya malam ini aja ya Shan, gue baik sama lo"
Savira membuka sepatu Shandy dan kaos kakinya. Lalu dia memapah pria itu masuk ke kamarnya. Membiarkan Shandy tidur di tempat tidurnya malam ini. Karena Savira yang kasihan melihat keadaannya itu. Savira menatap Shandy yang sudah terlelap, dia menyelimutinya.
"Sebenarnya lo abis darimana si? Pakaian lo juga seperti abis menghadiri acara penting"
Savira menyingkirkan rambut Shandy yang mengenai keningnya. Dia tersenyum sendiri melihat wajah tenang pria ini.
"Malam ini gue izinin lo tidur disini. Tapi hanya malam ini saja ya. Awas kalo lo keterusan mau tidur di kamar gue"
Entah bicara pada siapa, karena jelas Shandy tidak merespon ucapannya itu. Namun, Savira terus bicara saja pada pria itu.
"Yaudah, gue biar tidur di sofa aja"
Ketika Savira sudah beranjak dari duduknya dan ingin berlalu keluar kamar, tapi tangannya di tahan oleh Shandy.
"Jangan pergi, temani aku disini" ucapnya meski dalam mata terpejam.
Savira yang ingin melepaskan tangannya dari cengkraman Shandy, tapi pria itu malah menariknya hingga tubuh Savira berada di atasnya sekarang. Dan Shandy langsung memeluknya erat.
"Tidur saja disini, aku hanya ingin kau temani"
Bersambung
Semangat Shandy 💪💪💪💪💪
lanjut ya kak tetap semangat