NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelarian Singkat

Bab 20

 

Keesokan harinya, Kayla memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Pikiran dan hatinya dipenuhi oleh kekecewaan serta kekesalan yang tak terbendung lagi. Dia memandang ke arah tasnya yang sudah siap di dekat pintu, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusannya kali ini bukanlah bentuk dari lari dari tanggung jawab. Kayla memang seseorang yang selalu berpikir matang sebelum mengambil langkah, namun kali ini situasinya berbeda. Ada konflik antara profesionalisme dan perasaannya yang seakan terus-menerus dipermainkan oleh Arav.

"Aku butuh waktu untuk menenangkan diri," bisiknya pada diri sendiri, seolah mencari pembenaran. "Ini bukan tentang mengabaikan pekerjaan, tapi tentang menghargai diriku sendiri."

Kayla tidak mengirimkan pesan apa pun kepada Arav atau rekan-rekannya di kantor. Ia tahu, jika ia memberitahu mereka tentang rencananya mengambil cuti, pasti akan ada yang berusaha menahannya atau, yang paling buruk, Arav akan mengajaknya bicara lagi, memberikan jawaban yang selalu setengah-setengah. Kayla sudah muak dengan jawaban yang tidak pernah memberi kepastian.

Saat sedang sibuk memikirkan langkah selanjutnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Arav muncul di layar. Untuk sejenak, Kayla merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ia merasakan keraguan yang kuat. Haruskah ia mengangkatnya atau mengabaikannya?

“Tidak, aku harus tetap pada rencanaku,” gumamnya sambil menekan tombol 'Ignore' di layar ponselnya. Ia tidak boleh goyah. Jika Arav bisa seenaknya memainkan perasaan orang, maka Kayla juga punya hak untuk memberi pelajaran padanya. Ia tidak bisa membiarkan perasaannya terus dipermainkan tanpa kejelasan. Setelah beberapa saat, telepon itu berhenti berdering. Namun, tak lama kemudian, bunyi notifikasi pesan masuk menggantikan dering yang barusan terhenti.

Kayla membuka pesan itu dengan tangan gemetar. Dari Arav. Pesannya singkat namun terasa penuh tekanan.

_"Kayla, di mana kamu? Kenapa tidak masuk? Ada yang perlu kita bicarakan."_

Kalimat itu membuatnya semakin kesal. Selalu seperti ini. Selalu tentang apa yang ingin Arav bicarakan, bukan tentang apa yang Kayla rasakan atau pikirkan. Sebelum emosi mengambil alih, Kayla dengan cepat mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Ia tahu ini mungkin tindakan yang sedikit impulsif, tapi Kayla merasa ini perlu. Setidaknya untuk hari ini, ia harus menjauh dari segala kerumitan yang dibawa Arav dan kehidupannya di Callahan Corp. Keputusan ini bukan sekadar bentuk protes, tapi juga cara untuk melindungi dirinya sendiri dari rasa sakit yang perlahan-lahan menggerogotinya.

Kayla keluar dari apartemen dan memanggil taksi. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah ibunya yang berada di pinggiran kota. Sudah lama ia tidak pulang dan menghabiskan waktu bersama ibunya. Tempat itu selalu menjadi pelarian yang menenangkan saat hidupnya terasa kacau. Lagipula, ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu mengerti tanpa harus banyak bicara.

Selama perjalanan, Kayla memandangi jalanan kota yang sibuk. Meski hatinya penuh dengan berbagai kekhawatiran, ada sedikit kelegaan yang muncul karena ia berhasil mengambil keputusan untuk sejenak melepaskan diri dari semua tekanan yang ia alami di kantor.

 ###

Ketika tiba di rumah ibunya, suasana tenang dan damai menyambutnya. Kayla menarik napas panjang, meresapi aroma khas rumah yang selalu membuatnya merasa aman. Ibunya menyambut Kayla dengan senyum hangat dan pelukan erat.

“Apa yang membawa kamu pulang di tengah minggu seperti ini? Ada masalah di kantor?” tanya ibunya setelah melihat ekspresi Kayla yang tampak letih.

Kayla hanya tersenyum lemah. “Nggak ada apa-apa, Bu. Cuma kangen rumah dan butuh suasana yang tenang sebentar.”

Ibunya memandang Kayla dengan tatapan penuh pengertian, namun tidak mendesaknya untuk bercerita. Sebagai seorang ibu, ia tahu kapan harus menunggu anaknya siap untuk berbicara. Mereka menghabiskan waktu bersama, menikmati secangkir teh hangat sambil duduk di teras belakang rumah. Matahari pagi yang hangat menambah rasa nyaman yang dirasakan Kayla.

Setelah beberapa saat berdiam diri, Kayla akhirnya membuka mulut. “Bu, gimana caranya kita bisa tahu kalau seseorang benar-benar tulus atau cuma bermain-main dengan kita?”

Ibunya tersenyum lembut. “Pertanyaan itu selalu sulit dijawab, Nak. Nggak ada cara pasti untuk tahu apakah seseorang benar-benar tulus atau tidak. Tapi biasanya, hati kita bisa merasakannya. Apa yang membuat kamu bertanya seperti itu?”

Kayla menghela napas panjang sebelum mulai bercerita tentang Arav, tentang bagaimana pria itu selalu bersikap ambigu terhadapnya. Ia bercerita tentang perasaan campur aduk yang dialaminya sejak bekerja di bawah Arav—tentang bagaimana di satu sisi ia mengagumi sosoknya, tapi di sisi lain merasa dimanfaatkan dan dipermainkan.

Ibunya mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa memotong cerita Kayla. Ketika Kayla selesai bercerita, ibunya mengangguk pelan dan memegang tangan Kayla.

“Kayla, hidup ini memang penuh dengan orang-orang yang akan mencoba memanfaatkan kita. Tapi kamu harus ingat satu hal—kamu punya kendali atas dirimu sendiri. Jangan biarkan orang lain mengendalikan perasaan dan keputusanmu. Kalau kamu merasa ada yang salah, jangan takut untuk melangkah mundur dan melihat situasi dari jarak yang lebih jauh.”

Kata-kata ibunya membuat Kayla merenung sejenak. Mungkin itulah yang ia butuhkan saat ini—jarak. Ia terlalu terlibat dalam segala drama dan permainan kekuasaan di kantor hingga kehilangan pandangan atas apa yang sebenarnya ia inginkan.

“Terima kasih, Bu. Kata-kata Ibu selalu membuat aku merasa lebih baik,” ucap Kayla dengan senyum tipis.

Ibunya tersenyum balik dan mengelus rambut Kayla. “Ingat, Kayla. Apapun yang terjadi, kamu harus tetap menghargai dirimu sendiri. Kalau seseorang benar-benar peduli, dia akan menunjukkan itu dengan tindakan yang konsisten, bukan dengan janji-janji atau sikap ambigu.”

Kayla mengangguk setuju. Ia tahu bahwa pada akhirnya, ia yang harus menentukan arah hidupnya sendiri, bukan Arav atau siapapun di sekitarnya. Mungkin hari ini adalah awal dari prosesnya untuk lebih memikirkan apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidup, tanpa terlalu banyak dipengaruhi oleh orang lain.

 

Malam harinya, ketika Kayla sedang bersiap untuk tidur di kamar lamanya, ponselnya yang sempat dimatikan sejak pagi akhirnya dinyalakan kembali. Beberapa pesan dan panggilan tak terjawab langsung masuk, sebagian besar dari Arav dan Moe. Kayla mengabaikannya. Ia masih belum siap untuk menghadapi dunia luar lagi, terutama jika itu melibatkan Arav.

Namun, di antara pesan-pesan itu, ada satu pesan dari Moe yang membuatnya berpikir dua kali. Pesan itu singkat namun memiliki nada yang serius.

_"Mbak Kayla, ada perkembangan penting di kantor. Pak Arav benar-benar khawatir. Tolong kabari kami kalau sudah siap kembali."_

Kayla terdiam, menatap layar ponselnya. Hatinya berdebar-debar, tidak tahu apakah ini adalah bentuk manipulasi lain dari Arav atau ada sesuatu yang benar-benar serius terjadi. Tetapi satu hal yang ia sadari, bahwa cepat atau lambat, ia harus kembali dan menghadapi semuanya. Ia hanya berharap ketika saat itu tiba, ia sudah cukup kuat untuk tidak lagi terombang-ambing oleh perasaan dan keputusannya sendiri.

 

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!