Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Awal menerima tawaran jadi tutor, Alfath fikir semua akan berjalan dengan lancar, tapi ternyata, semua diluar ekspektasi. Mengajar Kimmy sungguh-sungguh menguras tenaga dan emosinya, seperti sore ini, dia dibikin naik darah untuk kesekian kalinya oleh gadis itu.
"Non Kimmy nya gak mau bangun, Mas," ujar ART yang baru kembali dari kamar Kimmy. "Udah berkali-kali saya coba bangunin, tapi tetep gak bisa."
Alfath membuang nafas kasar lalu beranjak dari duduknya. Kemarin pura-pura sakit, sekarang pura-pura tidur, entah besok mau pura-pura apalagi. "Bisa antar saya ke kamar Kimmy?"
"Tapi... " ART tersebut tampak ragu.
"Saya gak akan macam-macam kok. Bibi bisa temenin saya di dalam."
ART tersebut akhirnya mengangguk, mengantar Alfath ke kamar Kimmy dan ikut masuk bersama cowok itu.
Alfath berdecak pelan melihat Kimmy yang tidur miring sambil memeluk guling. Entah benar atau tidak, menurutnya Kimmy hanya pura-pura tidur. Dia masuk ke dalam kamar mandi, lalu keluar lagi dengan segayung air.
Bi Nana tampak gelisah melihat Alfath membawa segayung air, mungkinkah cowok itu akan menyiram Kimmy dengan air tersebut?
"Bangun!" Alfath masih berusaha membangunkan dengan ucapan. Tak berhasil, dia ulangi lagi, sampai 3 kali. Yang keempat, bukan lagi ucapan yang dia andalkan, tapi air.
Alfath memercikkan air ke muka Kimmy. Tak hanya sedikit, sengaja agak banyak biar langsung bangun.
"Ish, apaan sih!" bentak Kimmy.
Tuh kan berhasil, cewek bandel itu bangun.
"Udah waktunya belajar, aku tunggu di bawah."
"Tunggu!" teriak Kimmy saat Alfath hampir mencapai pintu. "Aku gak mau belajar."
"Ini perintah, bukan penawaran, jadi kamu gak ada pilihan selain nurut. Aku tunggu 10 menit di bawah, kalau kamu belum turun juga, jam belajar aku gandakan," ancam Alfath sambil tersenyum miring. Membuka pintu lalu keluar.
"Ish, menyebalkan!" Kimmy meleparkan bantal ke arah pintu.
Keduanya memulai kegiatan belajar. Ancaman Alfath berhasil membuat Kimmy akhirnya menurut. Tapi bukan berarti masalah Alfath selesai, dia masih dibuat naik darah karena Kimmy tak kunjung bisa mengerjakan soal yang dia beri.
"Sini aku jelasin lagi." Alfath menarik buku yang ada di depan Kimmy, sekali lagi menjelaskan tentang materi fisika yang menurutnya tidak sulit, tapi Kimmy malah gak bisa-bisa. "Udah ngerti?"
"Enggak," jawab Kimmy tanpa rasa bersalah.
Alfath meletakkan pena dengan kasar diatas meja. "Sebenarnya kamu ngerti, cuma sengaja pura-pura gak ngerti biar aku kesel, iya kan?"
"Aku emang gak bisa. Terangkan sekali lagi." Cewek itu puas melihat Alfath marah, kalau bisa, besok udah memutuskan untuk resign.
Alfath kembali menerangkan sekali lagi, kalau masih gak ngerti, fix Kimmy hanya pura-pura. Selesai menerangkan, dia meminta Kimmy mengerjakan ulang soal yang dia beri.
"Nih," Kimmy menyodorkan buku berisi soal dari Alfath yang sudah dia kerjakan.
Alfath langsung istighfar melihat semua soal yang dikerjakan Kimmy salah. Ini sih bukan sepertinya lagi, tapi emang iya, Kimmy sengaja bikin dia kesel.
"Mau jalan-jalan gak?" tawar Alfath. "Kamu udah seminggu gak diizinan keluar kan?"
"Kamu mau ngajak aku jalan-jalan?" Kimmy langsung bersemangat.
"Iya, tapi ada syaratnya. Selesaikan dengan benar 5 soal tadi. kalau benar semua, kita jalan-jalan. Biar aku yang minta izin sama papa kamu."
Dengan semangat 45, Kimmy segera menyelesaikan soal dari Alfath. Sebenarnya sejak tadi dia bisa, hanya pura-pura bodoh aja biar Alfath nyerah. Setelah selesai, dia berikan lagi buku tersebut pada Alfath.
Alfath menghembus nafas panjang. Dugaannya benar, sebenarnya Kimmy bisa, buktinya ini benar semua.
Sesuai janjinya, Alfath mengajak gadis itu jalan setelah minta izin Pak Bram. Sore-sore, keliling naik motor, seru juga. Udaranya sudah tak terlalu panas, dan pemandangannya sangat indah terutama langitnya.
Kimmy mengerutkan kening saat motor yang dikendarai Alfath berhenti di sebuah pasar loak. Pasar yang selain menjual barang-barang antik, juga buku bekas.
"Jangan bilang, disini jalan-jalannya?" perasaan Kimmy mulai tidak enak.
"Yap, betul sekali. Kita jalan-jalan disini sambil belajar."
"Yah.... " Kimmy menghentakkan kakinya kasar. Padahal harapannya ke mall, tapi kenapa malah nyasar ke pasar loak? Gak seru. Mana yang dijual di sana, enggak banget.
"Ini namanya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Jalan-jalan sambil nyari buku, olahraga sekaligus belajar."
"Tapi gak seru," Kimmy menghentakkan kakinya kasar.
Alfath mulai berjalan menyusuri pasar, mencari buku yang sekiranya dia atau Kimmy bisa pakai untuk belajar. Kimmy yang tampak tak bersemangat, hanya mengekor saja di belakang Alfath, hanya mematung sambil bersedekap saat Alfath sibuk memilih buku.
"Gak mau beli buku, novel juga ada loh?" tawar Alfath.
"Males," sewot Kimmy.
Alfath memilah-milah buku yang ada di rak atapun disusun di atas meja, sementara Kimmy yang mulai bosan, mengambil ponsel dan mulai berselancar di dunia maya. Saking fokusnya pada ponsel, Kimmy sampai tak tahu jika Alfath sudah pergi.
"Pak, cowok yang datang sama saya tadi mana?" tanya Kimmy pada penjual buku.
"Oh... pacarnya tadi, Neng."
"Bukan."
Penjual tersebut mengerutkan kening.
"Iya, yang tadi, tapi dia bukan pacar saya," ujar Kimmy.
"Oh... " pria tengah baya itu manggut-manggut. "Katanya pergi sebentar, Neng disuruh tunggu di sini."
Kimmy mendengus, kesal pada Alfath yang pergi tanpa bilang, tapi malah nitip pesan pada penjual buku. Malas sekali dia nunggu di sini, mending pergi saja.
"Neng, mau kemana?"
"Pergi."
"Loh, tapi kata pacarnya, suruh tunggu di sini."
"Bukan pacar saya, Pak," Kimmy memutar kedua bola matanya malas. Dia mau pergi, tapi tiba-tiba pipinya disentuh oleh sesuatu yang dingin. Saat dia menoleh, ternyata ada ea krim cone menempel di pipinya, siapa lagi yang melakukan itu kalau bukan Alfath.
"Jangan suka marah-marah, nanti cepat tua. Nih," Alfath menyodorkan es krim pada Kimmy. Tadi tak sengaja, dia melihat penjual es krim keliling yang berhenti di tepi jalan tak jauh dari tempatnya. Kasihan pada Kimmy yang sejak tadi tampak bosan, dia putuskan untuk membelikan gadis itu.
"Kamu?" Kimmy hanya melihat 1 es krim.
"Aku gak usah. Aku lanjut milih buku dulu." Alfath kembali masuk ke dalam toko.
Kimmy menyimpan ponselnya ke dalam gas, membuka pembungkus bagian atas es krim tersebut lalu memakannya. Dia memperhatikan Alfath yang sibuk memilih buku sambil senyum-senyum.
Astaga, kenapa aku senyum-senyum gini sih, hanya karena diberi es krim?
...--------------...
Sudah hampir 2 minggu Alfath mengajar Kimmy. Selama itu juga, dia selalu dibuat kesal oleh gadis itu. Menurutnya, sebenarnya Kimmy tidak bodoh, dia hanya malas saja, entah apa sebabnya.
Dan sore ini, seperti biasa Alfath datang ke rumah Kimmy, tapi ada yang tak biasa disana, terlihat Bi Nana dan Mama Ratih mondar-mandir di teras. Dari raut wajahnya, mereka tampak cemas.
Alfath menghampiri lalu mencium tangan Tante Ratih.
"Al, bisa bantuin tante gak?" Tante Ratih memegang lengan Alfath.
"Ban... tuin apa, Tante?" Alfath mengernyit bingung.
"Kimmy kabur dari rumah, sebentar lagi papanya pulang, dia pasti kena masalah."
Alfath menghela nafas panjang, heran dengan cewek bernama Kimmy itu, tak bosan-bosannya bikin masalah.
"Temen kamu ada gak yang bisa melacak posisi seseorang? Tante sudah telepon dia dari tadi, tapi ponselnya gak aktif. Tante sudah cek rekaman CCTV, Kimmy terlihat di jemput Farel tadi."
"Farel?" Alfath mengerutkan kening.
"Pacarnya Kimmy. Om Bram gak suka sama cowok itu, dia pasti makin ngamuk kalau tahu Kimmy perginya sama Farel. Tolong ya, Al, tolong cariin Kimmy."
Sebenarnya Alfath ingin menolak karena itu bukan dalam daftar tugasnya sebagai tutor, tapi bibirnya terasa kelu. Dia tak kuasa menolak permintaan seorang ibu yang sedang mencemaskan putrinya. Membayangkan jika saat ini, mamanya yang ada dalam posisi Tante Ratih dan sedang mencemaskan Ayleen.
"Ya sudah Tante, minta nomornya Kimmy, biar aku minta temen ngelacak posisinya. Temen aku ada yang pintar urusan beginian."
Tante Ratih masuk ke dalam, mengambil ponsel yang dia letakkan di meja ruang tamu, selanjutnya mencari nomor Kimmy dan mengirimkan pada Alfath. "Maaf ngerepotin kamu ya, Al," dari raut wajahnya, wanita itu tampak sungkan.
"Gak papa kok, Tante."
Alfath menghubungi temannya, meminta tolong secepatnya melacak posisi Kimmy.
...----------------------------...