Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Bachtiar
Mustaza duduk di ruang tamu kediaman Nareswara berhadapan dengan Aditya dan Almeera. Masih terlihat jelas di wajah Almeera bahwa dia merasa gelisah dengan kehadiran Mustaza.
"Jadi, jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!" Almeera berkata dengan nada yang sangat serius.
"Aku mencarinya untuk mempelajari sihir," balas Aditya singkat.
Almeera terlihat tak terima. "Kenapa harus dari dia? Kamu tau ibu ini juga seorang mage tingkat tinggi."
"Aku tau, Ibu. Tapi aku rasa teknik keluarga Bachtiar yang kasar jauh lebih cocok denganku. Teknik ibu memang kuat hanya saja itu terlalu lembut dan lebih banyak fokus pada serangan jarak jauh."
"Tapi-
"Dia benar, Almeera. Aku benci mengatakan ini, tapi anakmu memang tidak terlalu cocok mempelajari teknik magic keluarga kita," potong Saka yang tiba-tiba muncul kemudian duduk di samping Mustaza.
"Kau tidak usah ikut campur! Ini adalah urusanku dengan putraku."
Saka mengangkat bahunya acuh. Dia hanya mengatakan sesuai dengan apa yang ia lihat dari Aditya. Kalaupun Aditya ingin mempelajari teknik keluarga Ganendra, dia lebih cocok dengan teknik berpedang bukan magic.
Aditya menghela napas panjang saat melihat wajah ibunya yang masih terlihat tegang. Dia tau ibunya pasti akan bereaksi seperti ini. Dia perlu mengatakan sesuatu untuk menghilangkan kegelisahannya.
"Ibu, aku tau ibu tidak nyaman dengan kehadiran seseorang yang sudah dicap sebagai kriminal oleh kerajaan. Tapi percayalah! Dia bukan orang jahat. Ibu tau kan apa yang kerajaan telah lakukan kepada keluarga Nareswara? Mereka melakukan berbagai hal yang sama jahatnya untuk menjatuhkan keluarga Bachtiar."
Almeera mengetukkan jari telunjuknya ke sandaran kursi. Matanya menatap tajam ke arah Mustaza yang sejak tadi hanya diam. Dia tau kalau kerajaan telah melakukan banyak hal buruk untuk menghancurkan reputasi keluarga Nareswara, tapi apa iya kerajaan sampai bersandiwara untuk membantai sebuah keluarga tingkat Marquess.
"Apa yang membuatmu yakin bahwa dia bukan pelaku pembantaian keluarganya?" tanya Almeera dengan mata yang masih menatap Mustaza tajam.
Kepala Aditya memutar otak dengan keras untuk menemukan jawaban yang masuk akal. Untuk saat ini dia tidak bisa mengungkapkan kalau dia mendapatkan informasi itu dari Mustaza sendiri di kehidupan yang sebelumnya. Di saat itu semua konspirasi dan kebusukan kerajaan sudah terungkap. Untuk sekarang dia perlu mengatakan hal yang lain.
Aditya diam sebentar kemudian mengatakan hal pertama yang terlintas di otaknya. "Aku mendapatkan informasi dari salah satu temanku yang bisa dipercaya."
Terlihat kalau Almeera tidak puas dengan jawaban yang diberikan Aditya. Dia bisa melihat ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh putranya.
Saka yang melihat keraguan Almeera mulai bersuara lagi. "Tenang saja! Aku yakin si tua bangka ini bukan orang jahat. Aku sudah mengenalnya selama puluhan tahun. Dia tidak mungkin membantai keluarganya sendiri."
Almeera menghela napas kasar. "Oke, jika memang begitu aku setuju, tapi dengan syarat dia harus menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Bachtiar."
Mustaza tersenyum lalu menyandarkan tongkat yang ia pegang ke samping meja. "Baiklah. Dengarkan ceritaku sampai selesai!"
Almeera hanya mengangguk mengiyakan. Dia perlu tahu bagaimana cerita keluarga Bachtiar dari sudut pandang Mustaza.
"Keluarga Bachtiar kami adalah salah satu dari sebelas keluarga paling berpengaruh di kerajaan Nusantara. Keluarga kami secara turun temurun bertanggung jawab pada bagian pencatatan keuangan kerajaan. Semua tidak ada yang aneh dan baik-baik saja sampai suatu hari kami menemukan sesuatu."
Mustaza menghentikan ceritanya sejenak. Dia merasa sangat marah ketika mengingat kejadian waktu itu. Dia tidak menyangka kerajaan memiliki kebusukan yang begitu mendalam.
"Suatu hari kami menemukan adanya aliran dana mencurigakan yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah. Awalnya aku pikir pencatatan dana itu terjadi baru-baru ini saja, tapi ternyata sudah puluhan tahun dilakukan dan tidak pernah terdeteksi. Saat aku melaporkan ini kepada keluarga kerajaan, mereka terlihat marah seolah-olah mereka adalah pelakunya."
"Apakah keluarga kerajaan menghabisi keluargamu setelah itu?" tanya Almeera.
Mustaza menggelengkan kepalanya. "Tidak secepat itu. Setelah aku melapor tidak ada tindak lanjut sama sekali. Baru lima tahun kemudian seluruh anggota keluargaku dibunuh secara tiba-tiba dan aku dituduh sebagai pelakunya. Mereka merencanakan dengan sangat matang sampai aku sama sekali tidak bisa mengelak. Aku hanya bisa kabur dan bersembunyi dari kejaran mereka."
"Bagaimana kau yakin kalau kerajaan adalah pelaku pembantaian itu?" tanya Almeera lagi.
"Tentu saja. Orang yang membantai keluargaku adalah orang yang sangat aku kenal. Dia adalah Duke Nazareth yang dikenal sebagai kaki tangan kerajaan yang paling setia."
"Duke Nazareth?" Saka terlihat sangat terkejut. "Aku tau dia orang yang agak tidak waras, tapi aku tak menyangka dia adalah pelaku yang tega melakukan pembantaian seperti itu."
Aditya memandang wajah ibunya yang terlihat mulai melunak. Sepertinya cerita dari Mustaza hampir tidak bisa ia bantah. Sejak awal ibunya memang sangat mencurigai Duke Nazareth. Dia yakin Duke Nazareth juga ada hubungannya dengan kejadian menghilangnya ayahnya.
"Baiklah, aku percaya padamu, tapi aku akan mencari tau tentang hal ini lebih jauh," ucap Almeera pada Mustaza.
Wajah Aditya terlihat lega saat mendengar itu dari ibunya. Alasan sebenarnya ia meminta Mustaza datang langsung ke kediaman Nareswara bukan hanya untuk menjadi guru sihirnya. Dia ingin Mustaza menjadi bagian dari orang yang berdiri bersamanya sampai akhir. Musuh yang harus ia lawan bukan hanya kerajaan, tapi juga masih ada Dark Heaven di balik mereka yang jauh lebih mengerikan.
...****************...
Setelah makan malam Aditya duduk di teras depan bersama dengan Mustaza. Roni yang berada di pos samping gerbang masih mengawasi mereka dengan sangat waspada.
"Kau punya orang-orang baik di sekitarmu, Nak," ucap Mustaza.
"Ya, karena itulah aku harus menjadi lebih kuat untuk melindungi mereka."
Mustaza tertawa dengan sangat keras. "Hahaha, aku suka semangatmu, Nak. Jadi sihir seperti apa yang ingin kau pelajari dariku?"
Aditya tampak berpikir sejenak. "Aku ingin mempelajari sihir Enchantment, seperti Speed atau Strength Enchantment."
Mustaza mengelus jenggot putihnya yang panjang. "Hmm, sepertinya itu memang akan cocok dengan petarung jarak dekat sepertimu."
"Tentu saja. Karena itulah aku mencarimu. Hanya keluarga Bachtiar yang mempelajari sihir semacam itu dengan sangat mendalam."
Mustaza mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah, sebelumnya aku perlu tau. Elemen apa yang kau miliki?"
"Darkness," jawab Aditya singkat.
"Darkness?" Mustaza terlihat tak percaya. "Apa kau melakukan perjanjian dengan iblis?"
Aditya mengerutkan keningnya. "Kenapa semua orang menganggap aku memiliki kontrak dengan iblis hanya karena aku memiliki elemen kegelapan?"
"Ya jelaslah. Hampir tidak ada orang yang memiliki elemen ini selain mereka yang berhubungan dengan iblis."
Di kehidupan yang sebelumnya Aditya juga menunjukkan elemen kegelapan yang sama. Hanya saja saat itu kegelapan yang ia tunjukkan sangat kecil karena kapasitas mana miliknya juga kecil. Hampir tidak ada orang yang merasa dia berhubungan dengan iblis. Tapi di kehidupan ini semua berbeda karena kegelapan miliknya sangat padat dan melimpah.
"Jangan melamun! Kita mulai saja dasar-dasar sihir itu sekarang."
"Baiklah."
^^^Continued ^^^
selamat berkarya terus.....