Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Pov Dewa.
Dewa kembali menikmati cairan beralkohol pada gelas minumannya disela acara pernikahannya dengan Vivian. Tanpa mempedulikan wanita cantik yang kini berstatus sebagai istrinya terus mengingatkan agar dirinya tidak mabuk.
"Sayang, kau sudah terlalu banyak minum."
Vivian mencoba mengingatkan kembali suaminya. Entah mengapa pria yang ia kenal tak begitu menyukai minuman justru terlena pada cairan memabukkan tersebut dibanding menikmati acara pesta pernikahan mereka. Sebuah pesta pernikahan termahal dan termewah, dengan banyaknya para tamu undangan yang hadir baik dari kalangan pengusaha, juga para pejabat penting di negaranya.
Bahkan acara pernikahan mereka sudah dapat dipastikan menjadi berita tranding nomer satu di seluruh media online. Dan pastinya hari ini akan menjadi hari patah hati bagi semua wanita yang mengharapkan bisa menjadi pendamping seorang Dewa Arbeto. Seorang pria sukses dari keluarga terkaya, dan terpandang di seluruh Asia. Pria yang mati-matian Vivian perjuangkan meskipun dengan cara menggunakan nama keluarga besarnya.
"Sayang...."
Vivian memberanikan diri menahan tangan Dewa yang terus menerus minum tanpa mempedulikan ucapannya.
"Lepas!"
Suara berat sarat dengan perintah tegas membuat Vivian takut. Ia reflek melepas tangan Dewa tanpa berani untuk berbicara lagi. Dia bahkan tak berani menatap Dewa, yang sudah dapat dipastikan tengah menatapnya dengan tajam.
"Pergilah! Acara sudah hampir selesai!"
Lagi, Dewa memerintah pada Vivian dengan tegas.
"Tapi sayang, aku ingin masuk ke kamar bersamamu. Kau tidak lupa bukan malam ini malam pertama kita," Vivian mencoba merayu suaminya.
"Aku bilang pergi! Kau tahu betul aku tidak suka mengulang perkataan!"
Dewa kembali minum tanpa mempedulikan Vivian yang menghentakkan kaki dengan keras sebelum beranjak dari tempat tersebut. Kedua matanya kini menatap ruangan ballroom yang mulai sepi, bahkan seluruh keluarga besarnya sudah berpamitan pulang untuk beristirahat mengingat acara yang baru saja selesai itu menguras tenaga dan waktu mereka. Kini yang ada diruangan tersebut hanya beberapa pelayan hotel, dan Edward yang sejak tadi setia berdiri disampingnya.
"Dimana Ryu?" tanya Dewa pada asisten pribadinya.
Karena tadi Ryu pergi meminta ijin untuk ke toilet, tapi sampai dengan saat ini adiknya itu belum juga kembali. Padahal Ryu mengatakan akan menemaninya minum-minum.
"Sepertinya Tuan Ryu sudah pulang," ucap Edward meskipun tidak yakin adik tuannya itu langsung pulang atau mampir ketempat lain.
Karena tadi ia sempat melihat Ryu keluar dari ballroom untuk mengejar gadis yang ia ketahui bernama Ara. Gadis yang berstatus sebagai adik angkat dari Nona Vivian. Namun Edward tidak berani memberitahukan hal tersebut, karena tidak ingin merusak suasana hati tuan Dewa dengan membicarakan tentang gadis yang tidak disukai tuannya.
Dewa kembali diam, namun kali ini ia beranjak dari tempat tersebut karena merasa kepalanya berat. Bahkan ia hampir terjatuh kalau saja Edward tidak menahan tubuhnya.
"Tuan, biar aku mengantar Anda."
Edward membantu tuan Dewa untuk berjalan menuju pintu lift. Sementara Dewa membiarkan langkah kakinya dibantu oleh asisten pribadinya.
"Sebenarnya ada masalah apa, Tuan?" tanya Edward setelah pintu lift tertutup.
Ia tahu betul jika perasaan tuannya tengah tidak enak atau sedang menghadapi permasalahan yang berat, pasti akan lari pada minuman beralkohol.
"Kau terlalu banyak bertanya, Ed!"
Edward pun tak lagi bertanya. Keduanya saling diam sampai pintu lift terbuka setelah sampai dilantai yang dituju.
"Pulanglah!"
"Tapi Tuan, aku akan —"
"Aku bukan anak kecil, jadi pergilah!"
Dewa mendorong asisten pribadinya untuk kembali masuk ke dalam lift. Setelah memastikan pintu lift tertutup, ia berjalan menuju kamarnya dengan langkah sempoyongan.
"Sial, kenapa berat sekali!" umpat Dewa sembari menggelengkan kepalanya yang terasa pusing.
Ia terus berjalan dengan meraba dinding agar tak terjatuh, sampai tubuhnya terjerembab kedalam kamar saat tangannya menyentuh sebuah pintu kamar.
Palagi pas Ara hamil dan kau yg mendapatkan morning sickness parah.. baru tau rasa kau Dewa 🫣😜