NovelToon NovelToon
Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: She Amoy

Pernikahan Raina dan Riko menjadi kacau karena kehadiran mantan kekasih Raina. Terlebih lagi, Riko yang sangat pencemburu membuat Raina tidak nyaman dan goyah. Riko melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan istrinya. Namun, rasa cemburu yang berlebihan itu perlahan-lahan membawa bencana. Dari kehidupan yang serba ada menjadi tidak punya apa-apa. Ketakutan Riko terhadap banyak hal membuat kehidupannya menjadi konyol. Begitu pun dengan istrinya Raina, Ia mulai mempertimbangkan kelanjutan pernikahan mereka. Masa depan yang diinginkan Raina menjadi berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Amoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama Bekerja

Hari pertama bekerja di perusahaan ini tidak semulus dengan pakaian merah muda yang baru saja aku setrika. Sejak semalam, aku sudah mempersiapkan banyak hal. Menyapu lantai, mengepel, cuci piring dan cuci baju. Sengaja kukerjakan semua agar pagi hari tidak tergesa-gesa. Belum lagi si kecil yang makin hari makin sulit diajak tidur cepat.

Laptop dan charger sudah kumasukan ke dalam tas. Beberapa potong pakaian, minyak telon, susu, dan diapers kususun juga di dalam tas bayi yang masih awet itu. Tidak lupa aku juga menyiapkan biskuit bayi kesukaan Arkana. Anak itu lebih rewel daripada Aksa. Jadi, aku harus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Sejak pukul empat, aku sudah bangun. Menyetrika baju dan kerudung. Kalau saja Riko setuju dengan usulanku untuk membiarkanku dengan Arkana tinggal di rumah Ibu, aku tidak akan serepot ini. Ibu dengan sigap akan membantu menjaga bayi itu. Lagipula, bisa-bisanya Riko membiarkan tokonya terbengkalai dan mengantar aku ke Parung untuk bekerja. Setidak percaya itukah Riko padaku?

“Mas, subuh Mas, bangun!” Aku membangunkan Riko untuk yang kedua kalinya. Pukul enam kurang, kami sudah harus berangkat. Jika lewat sedikit saja, kendaraan akan semakin padat.

“Ya.. ya..” Mata Riko masih terpejam. Kuputuskan untuk membangunkan Arkana lalu memberinya susu. Pasti akan menangis, biar saja. Sekalian membangunkan bapaknya. Idealnya, jika tekad Riko ingin mengantarku sebagai bentuk kepedulian, ia akan tidur lebih awal. Bagaimana mungkin ia bisa bangun lebih cepat, kulihat jam dua dini hari tadi, Riko masih sibuk dengan ponselnya.

Arkana sudah bangun dan selesai kuseka. Sambil menunggu, aku minum segelas teh hangat dan selembar tawar dengan olesan coklat.

“Mas, bangun Mas, udah kesiangan ini! Kalau nggak bangun aku pergi sendiri ya?”

Harus diancam sepertinya. Riko langsung bangun dengan muka cemberut. Jangankan salat subuh, baru disadarkan dari tidur saja sudah mengeluh. Aku menghitung waktu, sudah pukul lima lewat duapuluh menit. Seharusnya Riko sudah mandi dan siap-siap memanaskan mobil.

“Raina! Buatkan kopi!” teriak Riko. Belakangan ini, panggilan 'sayang' sudah jarang menyapa telingaku. Dengan sabar, aku menunggu Riko menikmati kopi dan rokoknya. Demi kelancaran pekerjaan yang susah payah kudapatkan. Meskipun gelagat terlambat sudah kurasakan sebelum berangkat.

“Jangan buru-buru, aku paling enggak bisa kalau diburu-buru!” Riko berteriak lagi.

Kalau saja tidak ingat dengan anak yang sedang kugendong ini, ingin kusiram mukanya dengan air panas. Apa aku yang kurang sabar, atau laki-laki ini yang kelewatan.

Akhirnya Riko selesai mandi. Lantas dia memanaskan mobil dan mengecek air radiator. Kenapa kegiatan itu tidak disiapkan sejak kemarin. Aku terpaksa menunggu lagi.

Pukul enam lewat sepuluh menit kami berangkat. Aku sudah pasrah jika nanti terlambat. Semoga jalanan hari ini lebih lancar dari biasanya.

Arkana kembali tertidur ketika kami memasuki parkiran kantor. Aku menidurkan Arkana di baby chair warisan dari Ria, bekas anaknya dulu. Untung saja belum terlambat, masih lima menit lagi menuju pukul delapan.

“Mas, mending kamu ke rumah Ibu deh, kan tinggal belok terus lurus. Setengah jam juga nyampe.”

“Enggak, aku di sini saja!” Riko menolak dengan tegas.

“Nanti kamu kerepotan, kalau dia nangis gimana? Terus kalau pengen susu gimana?”

“Aku panggil kamu lah buat bikin susu dulu di mobil. Kamu bawa termos kan?”

“Iya bawa. Tapi kan aku lagi kerja Mas. Masa kamu nggak bisa bikinin susu, kan udah sering dikasih tahu takarannya.”

“Enggak bisa, nggak ngerti!”

“Nanti kalau Arkana lapar gimana? Aku sampai sore loh!”

“Ya nggak apa-apa, nanti kamu kan istirahat, kita bisa makan siang bareng sekalian kamu urus Arkana.”

Aku diam, hanya mengangguk. Orang gila mana yang menunggu istrinya kerja sampau sore sambil bawa anak. Tidak masuk akal. Perilaku Riko benar-benar di luar nalar.

Sudah saatnya aku masuk. Segera kutinggalkan Riko dan bayi lucu itu. Apa susahnya ke rumah Ibu. Di sana dia bisa tidur dan anak kami akan diurus dengan baik oleh Ibu. Kenapa Riko bersikeras menunggu di parkiran. Apa dia tidak lelah?

Pukul sepuluh, Riko tidak memberi kabar. Alhamdulilah, mungkin dia sudah berhasil membuat susu untuk Arkana. Aku kembali bekerja dan berkutat dengan materi yang sedang aku susun.

Perkenalan singkat dengan sesama karyawan sudah kulakukan tadi pagi, semuanya lancar, meskipun ada beberapa yang bertanya soal tempat tinggal dan keluarga. Mungkin mereka takjub, mengetahui tempat tinggalku yang cukup jauh di Jakarta.

Menjelang makan siang, beberapa orang sudah menawariku untuk makan bersama. Tapi aku menolak dengan halus, aku terpaksa bilang kalau suami dan anakku menunggu di luar.

“Mas, Arkana sudah minum susu? Aku langsung masuk ke dalam mobil dan menggendong Arkana yang sepertinya kepanasan.

“Belum, tadi makan biskuit.”

“Jadwal minum susunya gimana?” tanyaku yang mulai kesal karena jadwal minum susunya terlewat.

“Kan aku bilang enggak ngerti.”

“Terus ini kepanasan, AC mobilnya mati ya Mas?

“Kumatikan. Nanti bensinnya cepat habis!”

“Kalau gitu kenapa jendelanya nggak dibuka sampai bawah? Biar anginnya masuk!”

“Masa sampai bawah, nanti orang-orang lihat dong. Jangan ah, privacy!”

“Kalau Mas malu kenapa nggak ke rumah ibu sih daripada nunggu di sini?” tanyaku semakin kesal.

“Sudah ah, aku lapar, ngomel mulu! Kita ke restoran aja, aku mau makan!”

Akhirnya kami pergi ke rumah makan terdekat. Riko memilih restoran, bukan warung nasi. Mungkin dia ingin masakan yang lebih enak. Kubiarkan saja suamiku itu.

Setelah makan, aku disuruh membayar semuanya. Dia bilang aku sudah mulai bekerja jadi bisa menghasilkan uang. Tanpa banyak protes, kubayar semua makanan kami. Untung saja aku masih punya uang simpanan pemberian Krisna dulu. Sampai sekarang, Riko tidak pernah mengetahuinya.

Setelah itu, Riko kembali mengantarku ke kantor.

Arkana sudah kuberi susu dan biskuit. Sebelum masuk ke dalam kantor, beberapa karyawan menyapaku dan memandang Krisna. Lalu atasanku menyapaku sambil berjalan menuju pintu masuk.

“Sudah makan Na?” tanyanya sambil tersenyum.

“Iya Pak, sudah. Bapak sudah makan juga kan?”

“Iya, ya udah yuk kita lanjutkan pembahasan materi tadi.”

Tidak terasa pekerjaan di hari pertama sudah selesai. Aku memiliki atasan yang cukup baik dan tegas. Hal yang sedikit mengganggu dan membuatku malu adalah pertanyaannya.

"Serius, suami kamu nunggu di luar? Kenapa gak disuruh masuk?"

"Enggak apa-apa. Dia sambil koordinasi kerjaannya di mobil lewat telepon." Aku menutupi keadaan sebenarnya. Sangat jelas kalau Riko begitu ketakutan aku kembali bekerja. Dia terlihat cemburu dan tidak suka.

Perjalanan pulang menuju Jakarta hari itu dipenuhi drama telenovela. Aku yang ingin memejamkan mata sejenak sambil menggendong Arkana, tidak jadi karena teriakan Riko.

“Siapa laki-laki yang berdiri di depan tadi? Bos kamu? Suka ya dia, sama kamu?”

1
pembaca setia
bagus ih ceritanya. ayo lanjutkan Thor
Fathan
lanjut thor
Fathan
bagus banget ceritanya. relate sama kehidupan nyata dan gak lebay.
Fathan
pusing banget tuh anak
Fathan
bodoh
Fathan
tinggalin ajaaa
Fathan
rAina bodoh
Fathan
ngeselin rikooo
Fathan
menarik nih, seru
Fathan
rapi bahasanya
pembaca setia
ceritanya menarik. mengungkap sebuah kejujuran perasaan penulis. Bahasa rapi dan minim typo. rekomendid novelnya
Sunshine🤎
1 like+subscribe untuk karya mu Thor. semangat trus sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain, dan jangan lupa promosiin karya agar popularitas meningkat/Good/
SheAmoy: makasih kakak
total 1 replies
anggita
like👍+☝iklan buat author.
SheAmoy: makasih kak
SheAmoy: makasih banyak kakak
total 2 replies
SheAmoy
thanks kak
Necesito dormir(눈‸눈)
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
SheAmoy: makasih kaka
total 1 replies
Black Jack
Saya benar-benar tenggelam dalam imajinasi penulis.
pembaca setia: menarik banget nih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!