NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:42.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 ~ Gangguan (Lagi)

Ikbal berlari setelah memarkir motornya, berada di sebuah klinik dua puluh empat jam tidak jauh dari kosan Gita. Ia dihubungi oleh teman satu kosan Gita kalau gadis itu ditemukan pingsan.

“Pasien atas nama Gita?” tanya Ikbal pada perawat.

“Ruang perawatan di sebelah sana, mas,” tunjuk perawat itu.

Ikbal kembali melangkah cepat menuju ruang perawatan. Kamar dengan dua ranjang dibatasi oleh tirai. Entah apa yang terjadi sampai adik sepupunya ditemukan pingsan.

“Gita,” panggil Ikbal menatap wajah yang pucat dan terlihat menggigil, saat disentuh dahinya ternyata panas.

Perempuan yang tadi duduk di samping ranjang berdiri saat Ikbal hadir, mungkin tetangga kosan.

Tadi pagi saya lewat kamar Gita, pintunya terbuka. Waktu saya longok, dia terbaring di depan toilet. Saya samperin dan bangunin, badannya sudah panas. Makanya kita bawa kemari.”

“Iya, terima kasih mbak. Maaf merepotkan, mbaknya boleh balik ke kosan biar saya yang temani Gita.”

Perempuan itu menyerahkan ponsel dan dompet Gita yang dibawa untuk mencari tahu kontak keluarga dan kartu identitas saat mendaftar sebagai pasien di klinik tersebut. Ikbal masih dilema apakah menghubungi orang tua Gita atau tunggu gadis itu sadar.

Terdengar racauan dari mulut gadis itu.

“Gita, ini aku,” ucap Ikbal.

“Ba-pak, bapak, pocong.”

“Hah?”

Gita masih meracau, Ikbal panik karena demamnya masih tinggi. Gegas ia memanggil perawat, dokter jaga pun ikut masuk dan memeriksa. Entah obat apa yang dimasukan lewat selang infus, bahkan dokter bilang kalau sampai sore demam Gita tidak turun akan dirujuk ke rumah sakit besar. 

"Git, minum dulu ya!" 

Masih meracau kata bapak dan pocong, Ikbal bingung. 

"Mas Dirga, tolong aku." 

"Dirga," ucap Ikbal dan langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Dirga. Tidak sampai satu jam, Dirga datang. Menatap wajah Gita saat Ikbal menjelaskan kronologis berada di klinik. 

"Pocong?" 

"Iya, mas. Kayaknya dia diteror pocong." 

DIrga menyentuh dahi Gita ,memang panas. 

"Lo bisa ke kosannya Gita?" 

"Untuk apa Mas?"

Saat datang, Dirga membawa kantong plastik berisi beberapa botol air mineral. Membuka tutup botol dan merapal doa lalu menyerahkan pada Ikbal.

"Ke kamarnya Gita, siramkan ini di depan pintu dan jendela juga siram di area toilet."

"Gita bener diteror setan?"

"Nggak tahu, gue nggak lihat langsung kejadianya," jawab Dirga. "Sudah sana, pergi. Biar Gita gue yang jaga." 

"Titip yo mas, orangtuanya bisa marah ke aku kalau sampai dia kenapa-napa." 

"Gita bisa kenapa-napa kalau lo nggak cepat pergi." 

"Eh iya, aku berangkat." 

Setelah Ikbal pergi, Dirga menarik tirai pembatas area ranjang. Lalu kembali melantunkan doa, sambil mengusap wajah Gita. 

"Ba-pak," ucap Gita lirih. 

Dirga menyentuh telapak kaki Gita, mengusap pelan lalu memijat salah satu jari. Gita mengerang pelan.

"Istigfar, Git," ucap Dirga. 

"Mas," panggil Gita. "Tolong aku." 

"Hm." 

"Pocong, ba-pak." 

Gita berkata masih dengan mata terpejam dan berkeringat. Dirga mengambil tisu dan mengusap wajah, dahi dan leher yang terlihat berkeringat. 

"Git, bangun. Paksain melek, baca ayat yang gue kasih," bisik Dirga. 

Terdengar Gita menghela nafas lalu mengerjap pelan, menatap sekeliling ruangan. Mendapati Dirga ada di dekatnya bahkan sedang memijat telapak kakinya. 

"Mas, semalam ...." 

"Iya, gue udah tahu. Bisa bangun? Gue bantu." 

Gita beranjak duduk dibantu oleh Dirga. Pria itu meminta maaf karena akan menyentuh area punggung dan bahu, alasanya untuk menyembuhkan. 

"Lo sawan dan ketempelan," ujar Dirga dan Gita meringis saat area yang disentuh Dirga menimbulkan rasa sakit. 

"Aneh Mas, pocong itu ... wajahnya mirip bapak."

Dirga menghentikan aktivitasnya lalu duduk di kursi samping ranjang, menatap Gita sedangkan tangannya menyentuh dahi lagi dan menghela lega karena suhu tubuhnya tidak sepanas tadi.

“Mirip bapak?”

Gita mengangguk pelan. “Bapak masih hidup.  Kenapa saya diganggu pocong terus dan kenapa juga wajahnya mirip bapak?”

“Maaf, gue nggak tahu.” Raut wajah Gita seperti tertekan dan siap menangis. Dirga mengarahkan untuk kembali berbaring dan istirahat.

Saat Ikbal kembali, Dirga mengajak keluar kamar untuk bicara. Tidak ingin apa yang mereka diskusikan didengar oleh Gita.

“Gita bilang ia diteror dari rumah. Memang rumah kalian di mana?”

“Desa Barungan, tidak jauh dari pantai Slangi,” sahut Ikbal. “Dari sini sekitar dua jam naik motor.” Dirga menganggukan kepalanya. “Gita, kenapa mas?”

“Ketempelan mungkin. Aneh aja kalau sosok itu di lihat di rumah, tapi kebawa sampai kosan. Bisa jadi tubuh dia yang mengundang atau memang sudah ada perjanjian.”

“Perjanjian gimana, Mas?”

“Perjanjian dengan makhluk gaib, membuat manusia itu terikat dengan iblis dan akan ikut selama masih bernyawa. Yang paling parah kalau sudah menyatu, iblis itu menempati raga manusia. Untuk kasus Gita, mungkin saja ada keluarganya yang melakukan perjanjian dengan iblis.”

Ikbal menghela nafas sambil mengernyitkan dahi. Kalau benar yang dirasakan Gita karena dampak perjanjian dengan iblis, dugaan Yuda melakukan pesugihan  semakin jelas.

“Dari raut wajah lo, kayaknya  iya.”

“Belum tau juga Mas, sebenarnya Gita sedang menyelidiki hal itu. Keburu diteror duluan, sudah pasti takut dia.”

Terdengar isak tangis dan suara berbincang, Ikbal dan Dirga gegas kembali ke kamar. Ternyata Gita menelpon sambil menangis.

“Aku takut, Bu. Aku nggak mau pulang.”

“Gita,” panggil Ikbal.

Gita menyerahkan ponselnya pada Ikbal lalu mengusap air mata.

“Iya bude,” ujar Ikbal lalu keluar kamar dan melanjutkan perbincangan mereka.

“Mas Dirga, mungkin nggak kalau makhluk itu ikut kemari. Aku harus kemana biar aman?”

“Ada gue sama Ikbal, lo tenang aja.”

***

Sedangkan di tempat berbeda, Asih menangis setelah mengakhiri panggilan dari Gita dan dilanjutkan oleh Ikbal.

“Mas,” panggil asih. “Mas, kita harus berhenti.”

Yuda menatap pekarangan di belakang rumahnya, di mana ada kubur para tumbalnya. Ada hal yang aneh di sana.

“Mas, kita berhenti sekarang,” ujar Asih lagi sambil menggoyangkan lengan Yuda.

“Berhenti, apa?” tanya Yuda melirik sekilas dan kembali menatap pekarangan rumahnya.

Asih mematikan obrolannya tidak ada yang mendengar, pekerja di rumah mereka.

“Pesugihan, Mas. Kita harus hentikan, Gita diganggu. Dia bertemu pocong di rumah ini, bahkan sampai ikut ke sana. Sekarang, Gita sakit dan ada di klinik.”

“Hubungi Ikbal, minta dia bawa Gita pulang.”

“Gita tidak mau pulang, dia ketakutan. Aku yang akan ke sana.”

Setelah Asih berangkat diantar supir toko, Yuda pun pergi, tapi bukan menemui Gita melainkan ke tempat Mbah Kiyut.  Pria itu terlihat semakin renta dan terbatuk setiap bicara.

“Apa lagi, belum cukup kekayaanmu?”

“Justru itu saya kemari mbah. Ada yang aneh di rumah saya, tanaman di kubur para tumbal mendadak mati.”

Mbah Kiyut yang duduk di depan meja ritualnya, terbatuk lalu membakar kemenyan. Aromanya pekat memenuhi ruangan. Ia merapal mantra untuk mencari tahu penyebab keluhan Yuda.

“Hm. yang kamu sembah, ingin tumbal lebih cepat. siapkan bulan ini juga.”

“Loh, kenapa begitu mbah, seharusnya masih dua bulan lagi.”

“Ck, ikuti saja. keserakahan dan ketamakan bisa merubah perjanjian atau kamu melanggar pantangan.”

“Tidak ada mbah, tidak ada yang aku langgar.”

“Ya sudah, siapkan saja tumbalnya.” Mbah Kiyut terbatuk sambil memegang dadanya, melambaikan tangan seraya meminta Yuda pergi.

Dalam perjalanan pulang, Yuda memikirkan tumbal yang harus disiapkan dalam waktu dekat. Hitungannya berubah, bukan per enam bulan lagi. Meski uang yang didapatkan akan lebih banyak, tapi konsekuensinya semakin besar.

“Cari kemana lagi ya,” gumam Yuda.

Setelah maghrib ia tiba di rumah, mendapati kediamannya semakin sepi karena Asih sudah berangkat sejak tadi siang menjenguk Gita. Ponselnya bergetar, ternyata grup pesan rukun warga tempatnya tinggal. Ada berita putra dari pengurus RT kecelakaan dan kondisinya koma, banyak ucapaan doa di grup itu. Yuda malah tersenyum licik.

Brak.

Yuda terkejut mendengar suara dari belakang rumah. Asisten rumah tangga tidak mungkin, setelah maghrib semua pekerja di rumah itu sudah berada di bangunan samping mushola , tinggal di sana.

“Asih,” panggil Yuda.

Plek plek

Suara langkah kaki, bukan langkah terseret tapi suara lompatan. Yuda mengira Asih sudah kembali dan menyusul ke dapur, asal suara. Bukan Asih yang dia temui, sosok yang biasa ia tumbalkan. Berdiri menatap ke arahnya. Takut sudah pasti, tapi yang membuat Yuda takut adalah sosok pocong itu wajahnya meski hitam dan kotor, sangat mirip dengan … Asih.

1
maya ummu ihsan
baru ingat sama Tuhan
Rinisa
👍🏻👍🏻👍🏻
Rinisa
Syerem
Rinisa
Di Mulai teror nya...
Rinisa
judul & gambar nya bikin merinding, aku baca karya ini terakhir. . 🙊🙈
Rinisa
Seru & menenangkan...👍🏻
Rinisa
Horor terakhir yg blm ku baca...
🥰Siti Hindun
Aamiin..
🥰Siti Hindun
tegang euyyy
🥰Siti Hindun
demen banget sih tatap²an sama poci, Git🤭
🥰Siti Hindun
jadi inget celetukan ponakan aku waktu kecil, dia pernah nanya gini sama aku. bi kalo ada setan yg nama'y kuntilanak berarti ada juga dong kuntilindung?🤣🤣🤣🤣
🥰Siti Hindun
seru loh kak, untung aku baca'y jam segini. g kebayang gimana jadi'y kalo aku baca malem²
🥰Siti Hindun
begitulah manusia. ketika kita susah dn membutuhkan bantuan dari mereka yg kita dapat malah hinaan dn cacian.
🥰Siti Hindun
tatap-tatapan sama poci? siapa berani🤣🤣
🥰Siti Hindun
coba minta bantuan ma tu pocong Yud, jan cuma liatin doang😅
🥰Siti Hindun
baru mampir aku kak
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!