NovelToon NovelToon
Sebuah Pilihan

Sebuah Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Enemy to Lovers
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Hidup Kian berubah drastis setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibu Keira, putri dari sahabat dekat kakeknya. Di tengah keputusasaan, Kian harus menghadapi permintaan terakhir dari ayah Keira yang sedang kritis—sebuah permintaan yang mengguncang hatinya: menikahi Keira dan melindunginya dari segala ancaman yang mengintai. Terjebak di antara janji yang berat dan perasaannya yang masih tak percaya pada cinta karena Stella, mantannya yang mengkhianati.

Kian dihadapkan pada pilihan sulit yang
akan menentukan masa depan mereka berdua. Haruskah ia memenuhi janji terakhir itu atau mengikuti kata hatinya yang masih dibayangi cinta masa lalu? Di tengah kebimbangan dan tekanan dari berbagai pihak, keputusan Kian akan mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesak

“Tasya!” panggil Devin dengan suara menggelegar. Namun, Tasya tidak memperdulikannya dan masuk ke kamarnya, membanting pintu hingga bergetar.

Dengan wajah memerah karena marah, Devin berjalan menyusul ke kamar Tasya.

“Mas,” panggil Grace dari bawah tangga. Ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaksetujuan.

“Enggak bisa, Sayang. Kalau didiemin terus, anak itu bakal makin kelewatan,” jawab Devin sembari melangkah menaiki tangga dengan tegas.

Di depan pintu kayu putih bertuliskan “Tasya,” yang penuh dengan stiker-stiker lucu, Devin berhenti.

Tok tok tok.

Devin mengetuk pintu, tapi tidak ada respons. “Tasya! Ini peringatan buat kamu. Kalau kamu manggil Keira yatim-piatu lagi, atau ngomong hal-hal merendahin kayak gitu, Kakek enggak bakal segan buat ngusir kamu dari rumah ini!” ancam Devin dengan nada serius.

Saat Devin berbalik, ia menyadari seseorang memperhatikannya. Ia mendapati Kian berdiri tak jauh dengan wajah penuh tanya.

“Kek, Tasya kenapa lagi?” tanya Kian.

“Tanya sendiri sama anaknya,” jawab Devin, lalu menghela napas. “Belasan tahun gua ajarin yang bener, enggak ada yang masuk ke otaknya.” Ia kemudian menuruni tangga dengan langkah berat.

Kian berdiri sejenak, mengumpulkan pikirannya, sebelum akhirnya mengetuk pintu kamar adiknya.

“Dek, abang masuk ya,” ucap Kian pelan sembari mendorong pintu.

Di dalam kamar, Tasya duduk di pojok tempat tidur, mendekap boneka kelinci besar kesayangannya. Cahaya matahari sore menyelinap melalui tirai, membuat kamar terlihat remang. Kian berjalan mendekat, lalu duduk di samping adiknya. Dengan lembut, ia mengusap punggung kecil Tasya.

“Dek, kenapa kamu nangis? Dan kenapa kakek marah?” tanyanya lembut.

Tasya tidak menjawab, hanya menggoyangkan kepalanya.

“Dek, jujur sama abang,” desak Kian.

Tasya mengangkat wajahnya yang sembab, air mata masih menetes di pipinya. “Aku… aku bilang Kak Keira yatim-piatu,” ujarnya pelan, suaranya terdengar gemetar. “Aku juga bilang aku nggak setuju sama nenek pas dia bilang abang cinta sama Kak Keira.”

Kian terdiam sejenak, menahan napas. “Kenapa kamu nggak suka sama Kak Keira?” tanyanya hati-hati.

Tasya menunduk. “Aku takut abang disakitin lagi, kayak waktu sama Kak Stella. Aku nggak mau lihat abang kayak dulu lagi, yang kayak nggak punya semangat hidup.”

Mendengar alasan adiknya, Kian merasa dadanya sesak. Ia menangkup wajah Tasya dengan kedua tangannya, memaksanya menatap.

“Dek, abang ngerti kamu sayang banget sama abang,” ucap Kian dengan nada serius. “Tapi Kak Keira sekarang istri abang. Dia tanggung jawab abang. Kalau kamu terus bilang hal-hal yang nyakitin, Kak Keira bakal sedih, dan abang juga bakal sedih karena merasa nggak bisa jagain dia.”

Tasya menunduk lagi. “Maaf ya, Bang,” ucapnya pelan, nadanya penuh penyesalan.

“Nanti, bilang maaf juga ke Kakek dan Kak Keira ya,” Kian mengacak-acak rambut Tasya sambil tersenyum kecil.

Tasya mengangguk, lalu memeluk Kian erat. “Iya, Bang. Aku janji.”

Di luar kamar, Grace tersenyum kecil dari celah pintu. Devin tiba-tiba memeluknya dari belakang.

“Kenapa? Seru banget ngintipnya,” goda Devin.

“Akhirnya Tasya udah sadar kesalahannya mas,” ucap Grace lega.

Devin tersenyum kecil. "Syukurlah.”

......................

Sementara itu, di rumah keluarga Ganendra

Keenan berjalan menuju kamar Keira dan mengetuk pintu dengan santai.

Tok tok tok.

“Masuk aja, nggak dikunci,” jawab Keira dari dalam.

Keenan membuka pintu dan melangkah masuk. Di dalam, Keira duduk membelakangi pintu di meja riasnya. Ia sedang mengeringkan rambut basahnya dengan hairdryer.

Keenan mendekat dan duduk di tepi kasur, memperhatikan adiknya dengan lekat. Pikirannya melayang, hanya ada satu kata: cantik.

“Cantik banget sih lu, Ra,” pujinya spontan.

Keira menoleh sedikit dan tersenyum kecil. “Bisa aja lu, Bang.”

“Serius. Eh, suami lu nggak kesini?” tanya Keenan. ”Dari kita disini siang, sampe sekarang, nggak ada dia.”

“Nggak tau. Mungkin ngambek atau energinya abis,” jawab Keira santai. “Waktu kita ke Disneyland aja, pulangnya dia cuma mau ngurung diri di rumah.”

Keenan tertawa kecil, lalu berdiri di belakang Keira. Dengan gerakan ringan, ia mengambil hairdryer dari tangan Keira dan melanjutkan mengeringkan rambut adiknya.

“Lu cinta nggak sih sama Kian?” tanyanya sambil terus mengeringkan rambut Keira.

“Banget,” jawab Keira tanpa ragu. “Dia selalu ada buat gua.”

“Kalau dia nyakitin lu, bilang ke gua ya,” ujar Keenan.

Keira menoleh, senyumnya hangat. “Makasih, Bang.”

Keenan menyelesaikan pekerjaannya, lalu memeluk Keira dari belakang. Pelukannya terasa hangat dan penuh kasih. “Maaf ya, gua nggak selalu ada buat lu.”

“Ekhem.”

Keduanya menoleh ke arah suara itu. Di ambang pintu, Kian berdiri dengan wajah kesal.

“Kian?” Keira segera melepaskan diri dari pelukan Keenan dan menghampiri suaminya.

“Ngapain lu peluk bini gua?” tanya Kian dengan nada dingin.

“Dia adik gua, terserah gua lah,” jawab Keenan santai.

“Tapi kan—” Kian tiba-tiba terhenti, wajahnya berubah.

“Ian, kamu kenapa?” tanya Keira khawatir.

“Aku nggak apa-apa…” Kian memegangi dadanya yang terasa sesak dan nyeri. Pandangannya mulai kabur, lalu tubuhnya melemas.

Bruk.

Keira menjerit panik. “Kian!”

Keenan bergegas mendekat. “Bawa dia ke rumah sakit sekarang!”

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!