Melody Mikayla gadis berusia 18 tahun terpaksa harus menikah dengan Alvaro Evano seorang pria yang jauh lebih tua darinya, bukan usia yang menjadi persoalannya, tetapi Alvaro adalah orang asing baginya dan sudah memiliki kekasih. Alvaro mau menikah dengan Melody karena terjerat masalah di masa lalu, masalah apa yang membuat Alvaro tidak bisa menolak pernikahan itu padahal mempunyai kekasih? Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ailah Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang Ardiaz Beli?
Seorang pria berusia 30 tahunan sedang menikmati secangkir kopi, sesekali melihat arloji di tangan kirinya mengedarkan pandangan mencari seseorang. Raut wajahnya mulai tersenyum ketika yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Alvaro mendekati pria tersebut sambil tersenyum lebar.
Mereka sedikit berpelukan dan berjabat tangan, lalu pria yang baru saja datang pun duduk di kursi yang berada di hadapannya. Ia memanggil pelayan menyuruhnya untuk memesan makanan atau minuman terlebih dahulu, pria itu hanya memesan kopi saja.
"Kamu sibuk terus, ketemu juga susah."
"Sorry, tapi mau gimana lagi pekerjaan nuntut aku buat selalu on time."
"Emang sih si paling rajin, pengusaha muda."
Alvaro mengatakan kalau dirinya sudah tidak muda lagi sehingga tentu saja harus punya pekerjaan untuk menjamin hidupnya di masa depan.
"Kamu benar, tapi seharusnya kamu juga memikirkan untuk menikah." Pria itu berbicara sambil sedikit tertawa.
Ia adalah Deon teman dekat Alvaro, Deon ini tidak tahu kalau Kabari sudah menikah karena ternyata Alvaro merahasiakan pernikahannya dari temannya itu. Deon menanyakan apakah Alvaro masih dengan Serena? Sebab, ketika mereka bertemu setahunya Alvaro berpacaran dengan Serena.
Mereka berdua terkahir bertemu itu tahun lalu ketika Serena baru menjadi kekasih Alvaro. Ya hubungan mereka baru menginjak satu tahun. Alvaro mengatakan padanya kalau ia masih bersama Serena dan sampai kapanpun juga akan tetap dengannya, tidak ada wanita lain.
"Mungkin kamu gak ada wanita lain, tapi kalau dia ada pria lain gimana?" tanya Deon dengan raut wajahnya menggoda Alvaro.
Bagi Alvaro tentu saja itu tidak akan mungkin terjadi karena Serena sangat mencintainya. Deon hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum karena ia tahu kalau Alvaro sudah jatuh cinta memang selalu tulus.
"Kamu mau pindah lagi ke sini?" tanya Alvaro memastikan.
Deon mengangguk, awalnya ia pergi ke luar kota untuk bekerja hanya saja merasa tidak nyaman berada di sana. Ia pun memutuskan untuk kembali lagi ke tempat tinggalnya. Alvaro menawarkan untuk bekerja di tempatnya saja jika Deon belum menemukan pekerjaan.
Deon menolak, ia tidak mau satu pekerjaan dengan temannya karena merasa kalau ada masalah di pekerjaan nantinya merembet ke masalah pribadi. Alvaro mengerti apa yang dikatakan Deon ada benarnya juga.
Pertemuan mereka cukup singkat, Alvaro pergi karena kekasihnya mengajak untuk bertemu. Deon tidak bisa berbuat apapun, sebelum pergi Alvaro menyuruhnya untuk mampir ke rumah. Kata Deon pasti hanya saj tidak tahu kapan ke sana, ia juga ingin bertemu dengan orang tua pria itu Ardiaz juga.
Kembalinya Deon membuat Alvaro agak pusing karena ia takut kalau Deon justru malah mengetahui pernikahannya. Alvaro berdecak kesal membuatnya memukul setir mobil. Pandangannya menjadi tidak fokus karena memikirkan itu sehingga membuatnya tidak sengaja hampir menabrak Melody.
Ia langsung menghentikan kendaraannya keluar dari sana melihat Melody yang berdiri tepat di hadapan mobil. Raut wajah Melody yang ketakutan karena hampir tertabrak pun menjadi semakin panik setelah tahu orang tersebut adalah Alvaro.
"Kalau jangan lihat-lihat, udah tahu ada mobil malah lewat!"
"Maaf, saya buru-buru."
"Kerjaannya keluyuran," ucap Alvaro.
Melody menjelaskan kalau dirinya tidak asal keluar karena ada tugas yang harus dikerjakan dengan teman-temannya. Ia tidak peduli dengan penjelasan itu justru kembali memasuki mobil, merendahkan kaca meminta Melody untuk pindah tempat.
Gadis itu menyeret langkahnya ke pinggir jalan, kendaraan kembali melaju membuatnya memperhatikan. Alvaro melihat gadis itu dari kaca spion. Tidak lama kemudian, ia tiba di taman yang sudah ditunggu oleh kekasihnya. Serena memasang raut wajahnya yang sedih, ia sempat bersandar di pundak pria tersebut.
"Katakan, kamu kenapa?"
"Aku gak apa-apa, kok."
"Bilang aja, kalau emang ada masalah nanti aku bantu."
Serena menggelengkan kepalanya, Alvaro menangkup pipinya sambil berbicara kalau ia siap membantu apapun yang bersangkutan dengan Serena. Gadis itu menatapnya dengan haru karena perkataan Alvaro. Ia pun mengatakan pada kekasihnya butuh uang buat membeli pakaian karena ia adalah model sehingga harus tampil maksimal.
Kata Serena mau ada pemotretan khusus produk kecantikan yang mengharuskan dirinya tampil dengan pakaian yang bagus. Sebab, di sana tidak disediakan pakaian hanya tata rias saja. Itu hal kecil untuk Alvaro, tentu saja ia mengabulkan keinginan kekasihnya ini.
Alvaro langsung mengajaknya pergi ke toko pakaian, netra Serena langsung berbinar. Ia merasa sangat senang karena minta apapun pada Alvaro pasti tidak akan ditolak. Selama satu tahun ini Serena sudah mendapatkan banyak barang dari pria tersebut.
Bukan hanya itu, Serena juga sudah seperti istrinya karena Alvaro kerap kali memberikan uang setiap bulan pada kekasihnya ini. Tidak ada orang keluarganya yang tahu tentang barang-barang yang selalu diberikan pada wanita itu, entah bagaimana reaksi mereka jika tahu.
Serena berkata di sela-sela perjalanan mereka, "Kamu tahu, aku sangat beruntung punya pacar kayak kamu."
Alvaro yang sedang menyetir pun sedikit meliriknya kemudian berkata kalau ia lebih beruntung karena memiliki Serena. Alvaro merasa sangat dicintai kekasihnya, ia sangat suka selalu diandalkan oleh Serena. Alvaro mempunyai sifat yang suka jika diandalkan oleh orang yang dicintainya.
Mereka pun tiba di tempat tujuan, Serena menggandeng tangan Alvaro. Mereka tidak sengaja menabrak Ardiaz yang membawa paper bag, benda itu jatuh membuat Alvaro hendak mengambilnya, tetapi dengan sekejap mata Ardiaz merampasnya.
"Kamu di sini juga, ngapain?"
"Ya suka-suka aku, kenapa?"
Alvaro menatapnya dengan kesal begitupun Ardiaz yang sesekali melirik Serena ke arah tangannya yang masih berada di lengan Alvaro.
"Nggak, aku cuma nanya karena ketemu di sini."
"Tapi aku ada di sini bukan urusan Kak Alvaro," pungkas Ardiaz sembari pergi.
Alvaro mengerutkan keningnya melihat ke arah benda yang dibawa oleh adiknya. Serena sedikit menarik tangannya mengajaknya untuk melanjutkan tujuan. Alvaro merasa heran terhadap Ardiaz yang tiba-tiba belanja, biasanya juga ia beli pakaian paling satu tahun sekali ketika tahun baru.
Ardiaz ini memang tidak suka belanja hanya saja sekalinya belanja kayak orang yang tidak pernah belanja. Ia memang tidak terlalu memikirkan gaya berpakaian, tetapi gaya pakaiannya tetap keren. Ia kerap kali menggunakan celana panjang yang dipadukan dengan kaos pendek dilengkapi jaket, kemana-mana ia selalu menggunakan jaket kecuali ke kantor atau acara-acara tertentu.
"Kenapa lagi?" tanya Serena karena Alvaro masih saja tidak mau melangkah.
Alvaro menggelengkan kepalanya, ia melanjutkan langkahnya. Sedangkan, Ardiaz menyerahkan apa yang dibelinya pada pelayan di sana. Ia minta barangnya dimasukkan ke kotak cantik, pria mengedarkan pandangannya ketika menunggu benda tersebut kembali ke tangannya. Raut wajahnya menandakan takut akan ada orang dikenal datang ke sana.
'Untung saja Kak Alvaro gak lihat isinya, kalau lihat bisa bahaya. Dia menyebalkan,' Ardiaz membatin sambil mengetuk-ngetuk meja kaca dengan jari telunjuknya.