Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Buas..!! ( 3 ).
Bang Raka terus memperhatikan setiap gerak gerik Bang Hanggar yang tidak biasa. Ia membawa salinan laporan dan menghampiri Bang Hanggar. Terus terang hatinya was-was sebab ia mengerti betul bagaimana watak seorang Hanggar bahkan di luar kepala. Dirinya sudah mendengar selentingan kabar dari anggota bahwa Bang Hanggar menyekap salah satu keluarga pemberontak yang sudah menganiaya Arlian.
"Gar, aku dengar kau menyekap salah seorang anggota keluarga dari pihak sebelah?" Tanya Bang Raka.
"Memangnya kenapa?" Bang Hanggar balik bertanya dengan malas. Asap rokok membumbung tinggi seakan mengaburkan isi hatinya yang pekat dan sarat akan permasalahan dunia.
"Jika kau lihat dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini, lebih baik kita interogasi saja dan lepaskan dia..!!" Saran Bang Raka.
"Melepaskan dia?? Dia mati pun masih belum bisa menggantikan kesakitan yang Lian rasakan." Jawab Bang Hanggar. "Jika dia ada hati, dia tidak akan memilih untuk menjadi pemberontak.
"Kau baca dulu..!!" Bang Raka menyerahkan salinan laporan agar Bang Hanggar bisa membacanya dengan teliti.
Bang Hanggar enggan menerimanya, ia malas berurusan dengan apapun yang berhubungan dengan pihak yang bertikai dengannya.
"Pria yang kau tangkap itu adalah anak angkat kesayangan ketua adat. Bisa di bilang dia adalah kaki tangan ketua adat. Putra satu-satunya hilang entah kemana. Kurasa hilangnya putra ketua adat tidak akan memberikan dampak apapun sebab sudah tidak ada pertahanan lagi yang bisa mereka lakukan." Kata Bang Raka menjelaskan.
Telinga Bang Hanggar mendengarnya, namun dirinya hanya tersenyum seolah mencibir segala laporan yang baru saja di dengarnya.
"Gar, sekarang yang terpenting adalah kamu fokus dengan kesembuhan Lian. Dia sangat membutuhkan seluruh perhatianmu." Nasihat Bang Raka sebagai sahabat Bang Hanggar.
"Urus saja masalahmu sendiri, nikahi Laras dan jangan pernah ikut campur lagi dalam urusan rumah tanggaku dan Lian. Bimbing dia agar tidak ceroboh dalam mengambil keputusan..!!!" Ucap Bang Hanggar.
Bang Raka tidak bisa berbuat apapun sebab memang ada beban moral yang ada di pundaknya. Sakitnya Arlian membuat tekanan sendiri dalam hatinya. Ia pun diam dan memilih undur diri.
***
byuurr..
Bang Hanggar menyiram tubuh Yassa dengan air garam, gadis itu gelagapan. Yassa hanya bisa menggelinjang dan memercing menahan rasa pedih di tubuhnya.
Sikap Yassa membuat Bang Hanggar semakin tidak suka. Seharian kemarin Bang Hanggar sudah menyiksanya, namun sedikit pun belum membuat hatinya puas.
"Apa kau tau bagaimana rasa sakit di hatiku???" Ucap geram Bang Hanggar.
"Aku tau dan aku juga tau betapa istrimu mendapatkan musibah memiliki laki-laki sepertimu. Tidak punya otak, tidak punya hati dan tidak punya perasaan. Emosimu membuatmu tidak bisa berpikir jernih, kau laki-laki gila yang pernah kutemui." Kata Yassa.
"Aku gila karena kelakuan ayahmu. Dia menodai istriku yang sedang hamil muda di depan mataku tanpa perasaan dan kau.. bersekutu dengannya. Kamu perempuan dan kamu sudah merasakan arti sebuah 'noda, kehormatan dan kesucian'." Jawab Bang Hanggar.
Yassa berdiri di sisa tenaganya. Ia melihat mata merah seorang pimpinan pasukan khusus dan ia menyadari sakit di hati pria tersebut pasti sangatlah dalam.
"Kehormatan seorang gadis sudah menjadi milikmu, jika kesucian itu mampu menghapus dendam di hatimu, aku ikhlas menebusnya. Tapi tolong bunuh aku sekarang..!! Aku tidak sanggup menanggung bebanku..!!" Kata Yassa.
"Apa kau bilang??? Bunuh??? Kalau kau mati sekarang, kau tidak akan merasakan apa yang di namakan penderitaan. Aku akan menghajar fisik dan batinmu, sampai kau mati..!!!!!!!" Ancam Bang Hanggar kemudian keluar dari ruang rahasia itu.
...
"Hanggar dimana???" Tanya Bang Raka tak melihat sosok Letnan Hanggar sedikit pun.
"Aku juga belum melihatnya, asalkan Hanggar tidak kalap lagi, semua aman." Jawab Bang Bowo.
"Hanggar itu kalau sudah ngamuk, pikirannya buntu. Kau tak ingat, caranya membunuh ketua adat???? Itulah Hanggar." Bang Raka terus melihat ke arah sekitar. Ia mengusap dadanya menghalau cemas dan gelisah memikirkan sahabatnya.
//
Bang Hanggar merosot di bawah sebuah pohon. Ia menyangka setelah 'menyiksa' Yassa, hatinya akan jauh lebih baik namun ternyata ia salah. Batinnya ribuan kali lipat jauh lebih tersiksa.
Ingin rasanya Bang Hanggar mengakhiri hidupnya namun ia masih mengingat, ada anak istri yang membutuhkan perlindungan darinya.
Kini hanya dirinya dan Tuhan saja yang tau bagaimana beban dan pedih di hatinya. "Nyawamu saja tidak akan cukup untuk menebusnya, Yassa."
\=\=\=
Kasus keteledoran Bang Hanggar sudah terdengar sampai pusat. Membumi hanguskan musuh tanpa ada perintah merupakan tindak pembangkangan. Namun Panglima menutup kasus tersebut dengan melepas jabatannya. Kini Bang Hanggar hanya hanya tinggal menunggu surat perintah untuk tempat penugasan barunya.
"Makan ya, sayang..!! Di habiskan..!!" Bujuk Bang Hanggar.
Di dalam hatinya selalu ingin menjerit pilu. Bang Bowo terpaksa mengikat kedua tangan Arlian karena istri sahabatnya itu selalu memberontak dan mengamuk.
Arlian berlinang air mata, tatapan matanya kosong dalam gelapnya dunia. "Kenapa Lian belum mati juga?" Ucapnya lirih.
"Tidak boleh bicara begitu. Tuhan memberikan umur panjang agar kita bisa senantiasa menjadikan apapun yang kita alami sebagai pelajaran hidup." Sebenarnya sebijaksana itulah seorang Hanggar. Hanya saja kepahitan hidupnya membuat pribadinya menjadi hitam kelam.
"Lian tidak suka malam, tapi hidup Lian semuanya malam." Gumam Arlian membuat hati Bang Hanggar semakin pedih. Arlian merebahkan diri dan meringkuk dengan pikirannya sendiri.
Bang Hanggar ingin memeluk Arlian dengan erat, ada rasa rindu di dalam diri namun semua terbatas dan terganjal keadaan, Bang Hanggar pun meninggalkan Arlian.
:
Bang Bowo melihat Bang Hanggar menuju suatu tempat. Dirinya sama sekali tidak mengetahui ada tempat semacam itu di sekitar hutan. Tempat yang sungguh mengerikan karena gubug tersebut hanya terbuat dari pelepah dan dedaunan.
Kali ini Bang Bowo sungguh terkejut, ada tiga orang anggota berjaga bergantian. Saat para anggota melihatnya, Bang Bowo meletakkan telunjuk di depan bibirnya.
Tak ada satupun anggota yang berani melanggar, bagaimana pun Bang Bowo juga seorang perwira.
Bang Bowo segera mengintip ke dalam gubug, sungguh terkejut hati Bang Bowo melihat Bang Hanggar sedang menyiksa seorang wanita. Baru kali ini Bang Bowo melihat sahabatnya itu kesetanan dan mencambuk seorang wanita.
Demi rasa kemanusiaan, Bang Bowo menerobos masuk ke dalam ruang tersebut. "Sadar Gar..!! Nyebuutt.. Eling anak istri..!!! Dia perempuan, kenapa kamu bisa jadi seperti setan begini???"
"Istriku juga perempuan. Mereka sudah membuat istriku menderita." Kata Bang Hanggar.
"Edaan kowe Gar?????" Bang Bowo menggoncang kedua lengan Bang Hanggar. Dirinya seperti tak percaya sahabatnya bisa melakukan hal sebrutal itu.
Yassa sudah lemas. Di sisa tenaganya, ia menggapai kaki Bang Hanggar dan memeluknya. "Bunuh saja aku..!!"
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.