Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retabia Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan alki laki lain.
Enam tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditembak Satpam?
"Bu dokter Retania?" Reta yang baru saja menghidupkan mesin motor scoopynya jadi menoleh.
"Ya?" Tatapnya heran pada seorang laki laki muda berseragam satpam dan membawa sebuah buket bunga mawar yang besar besar dan berwarna merah.
Perasaan Retania sudah ngga enak. Dia juga malu, apalagi ada beberapa orang yang ada di sana memperhatikannya.
Dia akan ditembak satpam? Tadi malam dia ngga mimpi apa apa....
Retania ngga pernah merasa ngasih harapan pada satpam atau rekan rekannya sesama tenaga medis. Dia ingin memenuhi janjinya pada satu satunya kakak laki lakinya kalo dia ngga akan menikah sebelum dapat gelar dokter spesialis mata. Dia ngga akan menyia nyiakan kepercayaan kakaknya yang sudah bekerja keras membiayai sekolahnya.
Karena itu Retania ngga pernah menanggapi niat serius lawan jenisnya. Juga ngga pernah memberi mereka harapan.
"Dokter Retania?" ucap satpam itu seolah ingin memastikan. Dia membaca kalung id card yang masih tergantung di leher gadis cantik di depannya.
Retania ingin menyangkal tapi si-alnya dia masih mengenakan id cardnya.
Ngga lucu, kan, kalo.satpam.itu yang mengingatkan kalo dia melakukan penyangkalan?
"Ya....," jawabnya agak ragu.
"Bu dokter, ini dari tuan muda saya," ucapnya sambil mengulurkan buket bunga mawar yang indah itu.
"Tuan muda siapa? "
Kapan dia punya kenalan tuan muda.... Bahkan sampai diberikan buket bunga seindah ini...? Batinnya penuh tanya.
"Tuan muda Davendra Arkatama, bu dokter. Anak pemilik rumah sakit ini," jelas satpam itu sangat sopan.
Si pasien yang kakinya digips itu? batinnya shock. Jantungnya sedang menari nari sekarang.
Bukan prank, kan....? Bodohnya lagi hatinya sekarang amat sangat senang.
Walau dilanda keraguan yang amat sangat, dia mengambil juga buket itu cepat cepat. Takut dibatalkan karena satpam ini sudah salah orang.
Bo-do amat. Sayang dengan buket bunganya. Pasti harganya mahal.
"Saya permisi, bu dokter," pamit satpam itu sebelum beranjak pergi.
Retania masih termangu. Dia tatap buket bunga mawar itu dengan bingung.
"Wow, cantik sekali buketnya, Ret. Mawar merah darah," seru Elza yang baru muncul di tempat parkir. Sinar matanya menatap kagum dan penuh keingintahuan.
"Siapa yang kasih, Ret?"
"Hemmm..... Satpam....." Ngga mungkin Retania mengatakan kalo yang ngasih Davendra Arkatama, si anak pemilik rumah sakit. Dia bisa dikira halu tak tertolong.
"Satpam?" tawa keras langsung tersembur dari mulut Elza.
"Satpam yamg mana?" tanyanya penasaran dengan masih tawa yang tersisa di wajahnya. Dia merasa sudah mendapat hiburan terbaik dan gratis setelah capek yang luar biasa berkutat dengan banyaknya pasien.
"Ngga tau. Baru lihat juga." Kali ini Retania menjawab dengan jujur.
"Oooh, satpam baru."
Retania ngga menjawab. Dia pun mengeluarkan satu satunya tote bag yang selalu dia bawa di tasnya. Ini membuatnya mengurangi sampah plastik juga kalo belanja di mini market.
Kemudian menyimpan buket itu perlahan itu ke dalam tote bag yang memang cukup besar.
Jangan sampai rusak, batinnya. Mungkin tuan muda itu sedang kesambet sampai ngasih bunga sebagus ini untuknya. Hatinya terasa sangat cerah.
Syukurlah muat, batinnya lagi.
Biar cuma prank, tapi jantung Retania masih belum stabil juga ritme detakannya.
Terlalu cepat dan keras memukul dadanya hingga terasa sakit tapi menyenangkan.
"Satpam sampai ngasih kamu buket mahal gitu, pasti cinta berat sama kamu, Ret," bahas Elza lagi.
Iya, kalo satpam yang gajinya UMR. Kalo anak pemilik perusahaan, pasti ngga ada artinya mengeluarkan recehannya untuk buket ini, batin Retania menyahut.
"Zulfa mana?" Retania mengalihkan pertanyaan.
"Dia pulang duluan."
"Oooh. Ya udah, ayo, pulang "
"Oke. Motorku di sana. Hati hati di jalan. Ingat satpamnya di rumah aja. Bahaya kalo di jalan," ucap Elza kemudian dia tergelak.
Retania hanya membalas dengan tawa saja.
Kamu belum tau aja siapa yang kirim El, de-sahnya dalam hati.
Retania ngga bisa membayangkan reaksi Elza jika tau yang sebenarnya.
Dia aja sampai sekarang masih merasa semua ini adalah mimpi yang ngga nyata.
Tapi Retania ngga ingin berharap apalagi bermimpi terlalu tinggi. Kalo jatuh pasti akan sakit banget.
Anggap saja laki laki muda dengan skor mendekati sempurna itu hanya terkesan dengan tindakan medisnya. Ngga lebih.
*
*
*
"Kata bu dokter, terima kasih tuan muda," lapor pengawalnya saat hanya berdua saja dengan tuan mudanya di ruangannya.
Nyonya besar sedang pergi, sedangkan calon tunangan tiuan mudanya belum datang menjenguk.
"Makasih."
"Sama sama tuan muda."
Davendra menyesali kakinya yang masih digips. Harusnya dia sendiiri yang memberikannya. Kesannya pasti akan lebih dramatis.
Anak pemilik rumah sakit sedang jatuh cinta dengan seorang dokter magang.
Bibirnya mengembangkan senyum tipis.
Bunga mawar yang dia pilih sendiri melalui vcall, merupakan tukang bunga favorit kakak kakaknya kalo mau ngirim buat istri istri mereka.
Farros sebagai kakak tertuanya sampai ngakak waktu mendengar permintaannya.
Flashback on
"Serius ngasih bunga buat si cerewet itu?"
"Bukan buat dia." Si cerewet adalah perempuan yang mamanya ingin tunangkan dengannya.
Farros terbelalak, takjub.
"Untuk perempuan lain? Serius adikku yang dingin ini sudah punya tambatan hati?" tanyanya beruntun. Tawanya seketika terhenti.
Waktu itu Davendra hanya nyengir saja.
"Siapa?" tanya Farros penasaran.
"Dokter di rumah sakit mama."
Farros terdiam. Dia menatap adiknya sangat serius.
"Dokter spesialis apa?" Mamanya pasti akan sangat selektif.
"Dokter magang."
"Jangan becanda," sentak Farros kaget. Jawaban yang ngga dia inginkan.
"Apa tampangku kelihatan maen maen?"
Farros terdiam. Ngga perlu lama lama menarik kesimpulan atas apa yang akan dilakukan adik bungsunya nanti.
"Jangan maenkan perasaan anak gadis orang."
"Aku ngga maen maen. Aku serius."
Sunyi sejenak.
"Oke. Terserah kamu. Kamu udah dewasa." Kemudian dia memberikan kartu nama tempat tukang bunga favoritnya.
"Bunganya rekomen banget," promosi Farros.
"Bunga apa sebaiknya yang aku pilih?"
"Mawar merah yang besar besar."
"Oke. Thank's my lord."
"Semoga berhasil."
Endflashback.
"Ohya, apa dia kelihatan suka dengan bunganya?"
Langkah pengawalnya terhenti. Dia berbalik menatap tuan mudanya sebelum menjawab.
"Bu dokter kelihatan bingung xan terkejut, tuan. Tapi overall, dia terlihat senang."
"Oke."
Setelah pengawalnya menutup pintu kamar rawat inapnya, dia mulai meraih ponselnya. Melihat pekerjaan pekerjaan yang dikirimkan sekretarisnya.
Ada satu panggilan yang masuk. Davendra mengabaikannya.
Anya Josephine.
Calon tunangannya.
Gadis itu masih berani merengek pada mamanya padahal sudah jelas dia menolaknya.
Davendra menghentikan ketikannya.
Rata rata para dokter dan perawat perempuan yang merawatnya akan tampak hiperaktif di depannya.
Tapi dokter magang itu malah mengacuhkannya. Seakan akan dia pasien biasa saja yang biasa dia rawat.
Senyum tipisnya terukir lagi. Sudah lama dia ngga diperlakukan.sebagai dirinya sendiri, tanpa embel embel nama besar kedua orang tuanya.
buktikan kalau kamu adalah wanita yang kuat 😭😭💪💪
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti
tau gak kakk, aku seneng.🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳.ini bikin rame,, 🤯🤯ya meskipun si kemala pasti akan dpt gelar almarhumah dari nyonya lampir......