Tristan dan Amira yang berstatus sebagai Guru dan Murid ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Tristan butuh kenikmatan, Amira butuh uang.
Skandal panas keduanya telah berlangsung lama.
Di Sekolah dia menjadi muridnya, malam harinya menjadi teman dikala nafsu sedang meninggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Alyazahras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMT
Di Sekolah.
"Pak Reyhan, nanti jam ketiga jangan lupa ngajar di kelas MIPA-3, ya," pinta salah satu murid perempuan sambil menatap genit pada Reyhan yang tengah jalan menelusuri koridor dengan setelan olahraga dan sneakers putih garis merah.
Reyhan baru saja selesai mengajar di kelas lain. Karena ingin melihat Amira, dia harus melewati kelas 12 MIPA-3 terlebih dahulu.
Dia melempar senyum sambil mengangguk pada murid perempuan tersebut. Murid perempuan itu langsung masuk ke dalam kelasnya dan menjerit sejadi-jadinya. Menghebohkan seisi kelas.
Reyhan yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala saja.
"Merhaba, Pak Reyhan," sapa beberapa murid MIPA-2 yang tengah nongkrong di depan kelas. Mereka sedang menunggu guru yang akan mengajar mereka dengan menyempatkan sedikit waktu untuk berbincang satu sama lain sebelum sang guru tiba.
"Merhaba (hay). Kalian bisa bahasa Turki? tanya Reyhan sambil berbaur.
Para murid wanita langsung mengerumuninya seperti semut menemukan gula.
"Bisa sedikit, Pak. Kan, udah lama diajar sama Pak Tristan. Kita cuma tau dasarnya aja dari Pak Tristan, hehe."
"Ngomong-ngomong Pak Tristan katanya gak masuk hari ini. Kenapa, Pak?"
"Pak Reyhan kan keponakannya Pak Tristan, pasti tau dong."
"Lho, memang iya Paman ... ah, maksudnya Pak Tristan gak masuk?" Reyhan malah balik bertanya dengan kening mengernyit.
"Bapak gak tau? Bapak aja gak tau, apalagi kita."
"Iya, saya gak tau. Rumah saya sama Pak Tristan beda. Dia juga gak ada bilang apa-apa sama saya. Mungkin sedang ada hal penting yang harus diurus," ujarnya ragu.
Mata Reyhan mengedar. Dia memeriksa setiap sudut ruang kelas 12 MIPA-2 secara seksama dan teliti. Namun, wajah sang pujaan hati tak terlihat di mana pun.
"Bapak nyari siapa?" tanya Uci yang baru saja datang bersama Sofi dengan membawa camilan di tangannya.
Reyhan ingat, gadis keturunan Mandarin ini yang duduknya bersebelahan dengan Amira.
"Nyari kamu," celetuk Reyhan.
Uci tentu saja langsung terkesima. Pipinya merona bagai tomat matang, merah sekali. Sofi, termasuk teman-teman yang lain pun jadi mengolok-oloknya.
"Ciie~ Uci, dicariin Pak Reyhan."
Uci mengulum senyum sambil berusaha menyembunyikan wajahnya di balik bahu Sofi.
"Bapak jangan suka terang-terangan, dong. Aku jadi malu, hehe," kata Uci. "Ada apa Pak nyariin aku? Mau main ke rumah bukan?"
"Idih, kepedean!" Sofi langsung meremas wajah Uci yang tebal.
"Hahaha, ya kali Pak Reyhan emang mau main ke rumah aku. Sirik banget si Sofi," kicau Uci.
"Temen sebangku kamu ke mana? Saya gak liat dari tadi. Kamu udah minta maaf sama dia mengenai masalah kemarin?" tanya Reyhan basa-basi-busuk.
Uci langsung teringat dengan kejadian kemarin saat dia tak sengaja memberitahu tempat tinggal Amira pada seisi kelas. Wajahnya langsung murung.
"Amira gak masuk, Pak," tutur Sofi.
"Gak masuk? Kenapa? Masih ngambek sama kamu ceritanya?" tanya Reyhan pada Uci.
"Keterangannya sih sakit, tapi gak tau juga kalau dia masih ngambek sama aku. Padahal aku udah minta maaf dari kemarin. Cuma dia gak nanggepin. Padahal aku udah jelasin, kalau aku cuma bercanda doang. Tapi, yah ... dia udah terlanjur kesinggung kali," jelas Uci dengan bibir mengerucut.
Reyhan terdiam merenung sejenak. Mendengar Amira sakit dari mulut teman-temannya, membuat Reyhan jadi cemas.
Dia memang sakit atau sedang menghindariku? (Batin Reyhan)
"Yaudah, yang penting kamu udah ngaku salah sama minta maaf. Dia gak mungkin semarah itu sama kamu. Nanti juga kalian baikan. Saya ke kantor dulu ya, permisi."
"Eh, eh, tapi Pak!" Uci tak sempat menghentikan. Reyhan sudah terlanjur pergi menjauh. "Aih, bukannya tadi Pak Reyhan bilang mau ketemu aku? Buat apa dia ketemu aku ya, Sof?"
"Ya itu, buat nanyain masalah kamu sama Amira udah kelar belom. Makanya jangan langsung ke-GR-an. Emangnya kamu pikir Pak Reyhan nyariin kamu buat apa? Wkwkwk ...," gurau Sofi sambil masuk ke dalam kelas dengan tawanya yang terbahak-bahak. Deretan kawat giginya terlihat dengan jelas.
"Kampret bener punya temen kayak si Sofi mah!" gerutu Uci mencibir.
°°°
'Ra, kamu sakit?'
Reyhan yang sedang duduk di dalam ruangan olahraga mengirimkan pesan tersebut pada kontak yang bernama Rara dengan emoticon love.
Dia memandangi layar ponsel, menunggu Amira membalas pesannya sampai beberapa saat, tapi Amira tidak kunjung membalasnya.
Jam sudah menunjukan pukul 11, sudah waktunya Reyhan masuk kelas MIPA-3 untuk mengajar. Namun dia diam tak bergeming. Dia tidak sadar waktu sudah berlalu cepat.
Reyhan memutuskan untuk menghubungi Amira. Namun, belum sempat tombol 'panggil' ditekan, seseorang masuk ke dalam ruangannya.
...
Jangan lupa Like & Komentarnya ya..
tp amira tnpa sepengetahuan ibunya dia lnjutin sekolh,,
iya kah thor