Siapakah gadis kampung bernama Lily ini, sehingga Eko Barata memberikan syarat kepada tiga puteranya? Untuk mendapatkan hak waris kekayaan Barata, salah satu dari mereka harus berhasil menikahi Lily.
"Ingat! Papa tidak akan memberikan kalian warisan jika salah satu dari kalian tidak bisa menikahi Lily, camkan itu!" kata Eko Barata tegas.
Syarat yang diberikan Eko Barata terdengar konyol bagi banyak orang. Mereka menganggap Lily tidak pantas menjadi menantu keluarga Barata. Namun, ketika satu per satu kemampuan hebat Lily terungkap, dia berhasil membungkam semua mulut yang menyepelekannya.
Siapa sebenarnya Lily, dan apa rahasia di balik kehebatannya? Temukan jawabannya dalam "Lily: Rahasia Gadis Kampung".
Selamat membaca ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Vito sangat geram.
Vito menjelaskan bahwa untuk pertama kalinya perusahaan Barata akan memasuki industri fashion, dan hanya Perusahaan Radar yang bisa membantunya, jadi di sini, perusahaan Barata yang lebih membutuhkannya.
"Bukankah tuan Agam harus mengikuti syarat yang perusahaan kami ajukan? Karena perusahaan Barata sangat membutuhkan kerja sama ini," jelas Vito dengan wajah yang sinis.
"Baiklah, kita sudahi saja diskusi kita saat ini, di waktu yang lain aku bisa jamin perusahan Barata tidak akan bekerja sama dengan perusahaan Radar dalam bentuk proyek apapun," jelas Agam dingin dan datar.
Vito yang mendengar itu kemudian menghempaskan proposal tersebut dan meninggalkan ruangan. Lily berdiri dari pangkuan Agam dengan kesal. Dia mengatakan kepada Agam, jika perusahaan Radar salah satu perusahaan besar, jika tidak bekerja sama dengannya, di masa depan perusahaan Barata bisa rugi.
"Itu tidak masalah, aku masih bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan yang berada di luar negeri," jelas Agam.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak bekerja sama dengan perusahaan QWERTY saja?"tanya Lily.
"Hmm, perusahaan QWERTY terlalu misterius, bekerja sama dengannya, hanya membuang-buang waktu saja," timpal Agam.
"Apa?? Membuang-buang waktu?!" batin Lily geram.
"Baiklah, aku bisa membantumu, aku kenal dengan CEO QWERTY, aku bisa menjadi jaminan untuk perusahaan QWERTY Jika mereka akan merugikan perusahaan Barata. Aku yang akan mengganti kerugianmu. Jadi, kau bisa ajukan kerja sama dengannya, jika ada yang salah aku yang akan ganti rugi, ingat itu," jelas Lily dengan menyilangkan tangannya di dada.
"Ganti rugi? Kau yakin?" timpal Agam dengan nada meledek.
Agam melangkah meninggalkan ruangan membuat Lily benar-benar sangat kesal.
...----------------...
Mereka berdua tiba di rumah, Eko Barata menyambut kedatangan Lily dan Agam dan mengucapkan selamat, karena tiba-tiba perusahaan Radar dan perusahaan QWERTY meminta kerja sama dengan perusahaan Barata.
"Secepat itu?!" tanya Agam sedikit heran.
Eko Barata tidak mengerti apa yang Agam katakan, tiba-tiba dia menelpon asistennya dan membenarkan jika perusahaan QWERTY menerima kerja sama mereka yang telah diajukan sebelumnya, tapi syarat yang diinginkan masih di pikirkan.
Mereka semua mengucapkan selamat kepada Agam, tapi dia menjelaskan jika proposal itu milik Lily.
"Ternyata kau sangat cerdas Lily, Paman bangga padamu," ucap Eko.
"Bagaimana konsepnya?" tanya Daren.
Lily menjelaskan bahwa dalam dunia fashion dia ingin menciptakan sebuah style keluarga, dan harus digunakan berpasangan. Mata Daren berbinar, dia menawarkan diri sebagai brand ambasadornya, dia siap tidak dibayar, asalkan bisa menggunakan karya Lily dan membantunya.
"Bagaimana kalau kita potret bersama saja menggunakan desain Kak Lily, pasti akan habis terjual setelahnya," ucap Daren.
Daren memberikan penawaran yang baru, selain wajahnya yang tampan dia juga memiliki fans yang banyak, hanya butuh sehari membuat produk perusahaan Barata habis terjual.
"Tidak usah, aku bisa membayar seorang model profesional untuk itu," ucap Agam dingin.
"Kakak... Lily bukan milikmu seorang, bagaimana bisa kau melarangnya hanya untuk potret semata," ucap Bagas mulai provokasi.
"Lily sibuk, di kantor dia memiliki banyak tugas yang harus dikerjakannya," timpal Agam.
Bagas menepuk pundak Daren yang duduk di sebelahnya. Dia mengatakan bahwa selama ini Agam memiliki banyak waktu berdua dengan Lily, tapi dia masih tidak ingin memberikan kesempatan dengan yang lainnya.
"Benar, Kak Agam, Lily bukan cuma milikmu seorang," ucap Daren kesal.
Eko menghentikan perdebatan mereka, dia menengahi semuanya, dia meminta Lily yang memilih, keputusan ada padanya, apa yang akan dia lakukan setelahnya.
"Aku yang akan melakukannya sendiri bersama Daren," ucap Lily.
Daren kemudian bersorak bahagia.
...----------------...
Beberapa hari kemudian, sesi pemotretan di mulai, Agam yang selama ini tidak pernah ikut dalam proyek seperti itu akhirnya terlihat juga, beberapa pose membuat Lily dan Daren harus mesra membuat Agam sangat kesal.
Agam menghabiskan air mineral yang berada di hadapannya, dan meremas botol minuman tersebut.
"Oke selesai, istrahat, kita akan lanjutkan satu jam lagi," teriak Fotografernya.
Agam segera mendekati Lily yang terlihat lelah dengan membawa botol minuman. Daren melihat itu pun heran.
"Untuk pertama kalinya kakak ikut mengawasi pemotretan yang membosankan ini untuk kakak," jelas Daren.
"Aku CEO perusahaan, tidak ada yang salah jika mengawasi pekerjaan kalian," timpal Agam.
"Perusahaan atau kakak hanya ingin bertemu dengan kak Lily?" ledek Daren.
"Tidak kusangka, kakakku ini akhirnya tertarik juga dengan seorang wanita, biasanya kau hanya tertarik dengan laptop dan kantor mu itu," ucap Daren kembali.
Daren kemudian memasukkan tangannya dalam saku, dia menjelaskan kepada Agam bahwa Lily miliknya, dan tidak ada seorang pun yang boleh mengambilnya,
"Dasar bocah, kau bicara apa sih?!" ucap Lily.
"Aku sekarang sudah jadi pria dewasa," ucap Daren.
"Dibanding denganmu, kau masih kalah jauh," ucap Agam dingin.
Lily hanya menggelengkan kepalanya. Seperti biasa, Daren akan mulai memancing perdebatan yang akan membuat orang lain kesal, dan setelahnya bukan minta maaf, dia justru yang lebih marah dari orang yang dibuatnya marah.
...----------------...
Malam hari acara selesai, semuanya pulang begitu pun dengan Lily. Daren berlari mengejar langkah Lily dan meminta Lily ikut dengannya.
"Aku ingin mengajak Kakak ke tempat yang seru, pasti kakak tidak akan merasa bosan," ucap Daren.
Tiba-tiba Agam muncul tepat di hadapan mereka menggunakan mobilnya.
"Lily cepat naik," perintah Agam.
"Kakak, kau curang, aku yang lebih dulu mengajak Kakak untuk..."
"Aku ingin membahas proposal itu denganmu," ucap Agam kembali dengan sorot mata tajam dan sedikit kesal.
Lily kemudian meminta maaf kepada Daren karena menolak ajakannya, dia berlari kecil memasuki mobil Agam dan mereka akhirnya pergi.
"Kakak, kau...!!!"
Agam sudah menaikkan kaca mobilnya dan menginjak pedal gas penuh.
Lily terdiam di atas mobil, tiba-tiba Agam mulai perbincangan singkatnya.
"Sudah kubilang, jangan telalu dekat dengan Daren," ucap Agam.
"Kenapa? Apa kau cemburu?"
Agam menjelaskan jika Daren masih memiliki fans fanatik dan bisa saja kembali berusaha mencelakai Lily, dia hanya harus berhati-hati dan belajar dari masa lalu.
"Iya, aku mengerti, itu juga masuk akal," timpal Lily.
Drrrttttt
Drrtttt
Drrrttt
Bagas Calling.
Lily mengangkatnya. Di sana ada suara Bagas yang terdengar santai, dia menjelaskan bahwa saat ini dia memiliki seorang pasien tua renta bernama Nenek Ina, dia mengenal Lily sangat baik.
"Dia berasal dari kampungmu."
"Nenek Ina? Iya aku mengenalnya, dia yang mengasuhku saat aku masih bayi, ada apa dengannya?" timpal Lily.
"Saat ini dia akan dioperasi, dan hanya aku yang bisa melakukan itu, tapi..."
"Tapi?"
"Aku sibuk, kecuali kau menemui aku saat ini di rumah sakit, mungkin saja..."
"Aku segera ke sana," timpal Lily cepat.
"Kau harus datang sendiri," ucap Bagas kemudian mematikan panggilannya.
Agam melirik Lily dan menanyakan apa yang terjadi, tapi Lily beralasan bahwa itu hanya informasi tidak penting.
"Apa kau yakin?"
Lily kemudian mengangguk dan tersenyum, dia berusaha membuat Agam untuk tidak curiga dengannya.
"Aku akan meminta Ferdi menanganinya, karena ini ada hubungannya dengan dia, Ferdi adalah sahabat terbaikku," jelas Lily.
Agam mengangguk, dia kemudian melajukan mobilnya kembali ke rumah bak istana tersebut, setelah Lily benar-benar yakin melihat agam masuk ke dalam ruang kerjanya, dia diam-diam meninggalkan kembali kediaman menggunakan mobil salah satu pelayan dengan diam-diam melewati jalur belakang rumah.