"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 : Rumah Baru Suasana Baru
..."Mempercayai itu mudah, tetapi membuat percaya itu susah. Jika sudah mendapatkan kepercayaan itu, janganlah disia-siakan. Belum tentu kepercayaan itu datang kembali untuk yang kedua kalinya."...
...~~~...
Deg!
Seketika ruangan yang tadinya damai menjadi tegang. Apalagi Arumi yang tiba-tiba saja kaget dengan penuturan dari suaminya. Entah kenapa, ia juga belum siap untuk pindah lagi karena sudah merasa nyaman bersama mama mertuanya. Namun, apalah daya dia yang hanya seorang istri yang harus turut kepada suaminya.
"Apa tidak terlalu cepat Alaska? Arumi kan baru sembuh. Gimana kalau dia kenapa-napa nanti? Papa tidak ingin ya mengambil resiko besar seperti itu, apalagi kamu tahu sendiri luka di tubuh istrimu baru sembuh," turut Papa Farhan kurang terima dengan keputusan Alaska yang secara tiba-tiba itu.
"Sudah Papa jangan khawatir, Alaska pasti menjaga Arumi dengan baik. Lagian rumah itu harus segera Alaska tunjukin ke Arumi kan? Ia sudah menjadi pemiliknya. Alaska mau bangun keluarga sendiri Pa!" ucap Alaska yang masih kekeh dengan keputusannya.
"Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu Alaska? Bagaimana dengan Arumi? Apa kamu sudah membicarakan ini dengannya?" tanya Papa Farhan karena ia tidak mau putranya salah mengambil langkah.
"Sudah Pa, Alaska sudah memikirkan semuanya dari jauh hari. Alaska ingin membuat kejutan untuk Arumi, tapi Alaska belum mengatakan hal ini kepadanya," tutur Alaska dengan santai.
Papa Farahan seketika menatap Arumi dalam. "Apa kamu setuju dengan keputusan Alaska?" tanyanya serius.
Arumi hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Namun, seketika Arumi pun mengangguk setuju. Setelah dipikir-pikir, ia harus mengikuti kata suaminya. Mau bagaimanapun juga sekarang sudah kewajibannya mentaati suami.
"Ya udah Papa izinkan jika memang tidak membahayakan keadaan Arumi," ucap Papa Farah seketika setelah mendapatkan jawaban dari menantunya.
"Baik Pa, ayo kita berangkat sekarang. Alaska sudah menyuruh pelayan tadi membawakan koper kita ke mobil," lanjut Alaska sangat antusias.
"Yes akhirnya aku bisa lepas dari drama ini. Kita tunggu bagaimana reaksi istriku nanti setalah tahu semuanya," batin Alaska diiringi dengan sunggingan di bibirnya.
"Mama juga mau ikut Alaska," ucap Mama Rina tiba-tiba.
Alaska menatap Mana Rina, lalu mengangguk sebagai jawaban.
Tidak lama dari itu, kini semuanya sudah siap, lalu Meraka berempat pun mulai menaiki mobil. Seketika mobil mewah itu pun melanju dengan kecepatan sedang. Rumahnya tidak terlalu jauh hanya menempuh setengah jam Meraka sudah sampai di rumah baru yang sengaja Alaska berikan kepada Arumi sebagai mahar pernikahannya.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Arumi pelan saat turun dari mobil dengan perasan yang campur aduk antara seneng dan sedih menyatu.
Terlihat bangunan rumah mewah satu tingkat dengan desain elegan dan mewah, sehingga enak untuk dipandang. Ditambah halaman yang cukup luas, serta tanaman yang tertata rapih membuat rumah dan halaman itu bersih. Ditambah lagi dengan mobil pajero sepor mewah berada di garasi.
"Kujutan sayang. Ini rumah untuk kamu, Mas melunasi mahar yang mas katakan. Tolong diterima ya istriku," ucap Alaska pada saat keduanya sudah berada di depan rumah yang sudah terbuka.
"Ini beneran untukku Mas? Ini rumah kita?" tanya Arumi dengan wajah yang berbinar-binar, menatap sekeliling rumah termasuk di dalamnya.
"Iya sayang, ini untukmu." Alaska tersenyum soraya mengusap lembut kepala Arumi yang tertutup hijab.
"Sebanyak ini Mas? Arumi tidak menyangka Mas memberikan mahar pernikahan kita sebanyak ini," turut Arumi yang masih belum menyangkanya.
"Iya Arumi, ini semua adalah mahar yang Alaska berikan sewaktu akad. Baru kali ini Alaska memperlihatkannya kepadamu," ucap Mama Rina mendekati menantunya.
"Jadi, ini beneran Ma?" Arumi terus meyakinkan dirinya bahwa ini sungguhan.
"Iya bahkan ada satu lagi yang Alaska belum tunjukin kepadamu," lanjut Mama Rina soraya melirik Alaska.
"Iya sayang, ayo ikut Mas." Alaska menarik tangan Arumi untuk ikut bersamanya, meninggalkan Papa Farhan dan Mama Rina begitu saja, sedangkan Arumi hanya pasrah ditarik begitu saja oleh suaminya.
"Mas tunggu, jangan cepet-cepet dong! Malu tahu dilihat Mama sama Papa," lirih Arumi pelan yang hanya dihiraukan oleh Alaska.
Sesampainya di dalam kamar, Alaska memberikan permata yang sudah menjadi hak milik Arumi.
"Ini untukmu sayang." Alaska menyerahkan kotak berisi permata itu kepada Arumi.
"Mas ini apa?" tanya Arumi heran.
"Buka saja nanti juga kamu akan tahu," tutur Alaska.
"Masyaallah Mas, apalagi ini? Mas ini terlalu banyak. Arumi tidak bisa menerimanya," ucap Arumi yang dibuat terkejut dengan isi dari kotak itu yang ternyata permata indah dan tentu saja harganya sangat mahal.
"Sudah simpan saja sayang, itu sudah menjadi hak milikmu. Semua ini mahar dariku," ucap Alaska dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya.
Arumi dengan telatan menerima semua pemberian dari suaminya yang katanya sebagai mahar pernikahan.
****
Sepuluh menit kemudian, Papa Farah dan Mama Rina pamit untuk pulang karena masih banyak urusan lainnya.
"Jaga dirimu juga istrimu! Papa akan pulang sekarang," kata Papa Farah kepada Alaska.
"Iya Pa, itu sudah pasti," jawab Alaska yang masih bersikap ramah.
"Arumi jaga diri kamu juga ya? Papa harap Alaska tidak berbuat macam-macam. Jika nanti dia melakukan kekerasan, jangan segan-segan bilang sama Papa ya?" ucap Papa Farhan yang kali ini kepada Arumi.
"Iya Pa, Papa sama Mama hati-hati ya. Terimakasih banyak sudah mau ikut menemani Arumi," kata Arumi dengan wajah berseri.
"Iya sayang, Mama titip Arumi ya Alaska? Jaga dia baik-baik! Arumi kamu juga harus jaga kesehatan, Mama tidak mau kamu sakit lagi. Oh ya, Mama juga akan sering berkunjung ke sini untuk melihat anak juga menantu Mama," ucap Mama Rina yang ikut berpesan.
"Iya Ma pasti Mas Alaska menjaga Arumi. Mama hati-hati ya? Jangan lupa sering berkunjung nanti," sahut Arumi sembari berpelukan dengan Mama Rina.
"Mama sama Papa pamit ya? Assalamualaikum," ucap Mama Rina yang kemudian berlalu meninggalkan keduanya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Arumi berbeda dengan Alaska yang kini mulai datar.
Susana hening setelah kedua orang tua Alaska pulang. Arumi pun masuk ke dalam rumah bersama Alaska. Namun, kini ada yang berbeda dari Alaska yang membuat Arumi menjadi heran. Apalagi tangan suaminya yang tadi berada di pinggangnya kini sudah terlepas.
"Menjauhlah! Aku sudah muak melihat mukamu selama seminggu ini," tegas Alaska dengan nada cukup keras sehingga membuat seisi rumah menggelegar oleh suaranya.
Duuaarr!
Bagaikan disambar petir di siang bolong. Suara Alaska sangat begitu menakutkan, bahkan tubuh Arumi seakan tertusuk belati tajam yang membuat pertahanannya runtuh. Tangannya bergetar, tubuhnya pun sudah tidak kuasa menahan keseimbangannya, kedua matanya mulai berembun menahan air mata yang akan segera mendarat ke pipi mulusnya.