Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Pukul 2 dini hari, Novel baru pulang. Abel mengantar mereka sampai ke parkiran mobil. Abel melambai pada Mikaela yang terbangun.
Setelah Novel pergi, Abel kembali ke apartemen nya dan berpapasan dengan Luna yang hendak pulang.
"Kau mau kemana? " tanya Abel.
"Pulang Pak! " jawab Luna.
Abel menyentuh bahu Luna dan menggerakkan badannya untuk menatap jam dinding.
"Lihat itu pukul berapa? " bisik Abel dekat ke telinganya.
"Dua Pak! " jawab Luna polos.
"Masuk ke kamar mu yang dulu, tidur, besok berangkat ke kantor dengan ku" lanjut Abel sembari mendorongnya.
Luna menghela, dia malas menginap karena pasti besok harus bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk Abel.
Tapi karena dia sangat mengantuk, akhirnya dia tertidur pulas.
#
Pukul 12.00
Luna bangun dengan tersenyum dan meregangkan semua ototnya.
"Ahhhh, sudah lama tidak tidur senyenyak ini" ucapnya.
Kemudian menatap ke arah jam dinding.
"Jam 12.00" ucapnya sambil senyum.
Tapi kemudian dia terperanjat dari ranjang dan berlari ke kamar mandi.
"Astaga aku terlambat" ucapnya setelah mandi dan hanya memakai handuk saja.
"Baju... mana baju.... ini bukan rumah ku. Astaga aku lupa dengan bajuku" dia uring-uringan mondar-mandir kesana kemari dengan paniknya.
Hingga sadar terlihat baju menggantung di luar lemari dengan catatan di depannya.
-Datang ke kantor setelah makan siang, aku berikan kau cuti setengah hari untuk hari ini-
Luna baru merasa tenang, kemudian mengusap pakaiannya.
"Ini kan baju yang dia belikan dulu, saat pertama kali aku menjadi sekretaris" gumam Luna.
"Kenapa dia simpan, kan aku letakkan di tempat daur ulang waktu itu" gumamnya lagi seraya memakainya.
Luna juga melihat dua tas kecil berisikan kacamata dan produk kecantikan.
"Apa ini? Dia bahkan membelikan produk kecantikan" Luna heran tapi senang.
Ada sebuah catatan lagi.
-Pakai kacamata yang nyaman, gunakan produk kecantikan yang aman-
Luna tersenyum, merasa tindakan Abel sangat manis karena ternyata sangat memperhatikan dirinya begitu detail.
Luna duduk merias diri, dia mencoba memakai lipstiknya juga.
Tapi saat dia menatap dirinya lebih dalam dia membelalak.
"Jangan-jangan ini sebagian dari pesangon ku?" gumamnya.
Rasa takutnya kembali dan membuatnya menghapus lipstik kemudian buru-buru keluar dari rumah Abel.
#
Abel sedang meeting, dia sibuk karena acara STARTV AWARD yang diadakan tahunan. Semua orang pun sibuk, begitu juga seharusnya Luna pun sibuk.
"Mana si Luna? " tanya Devan.
Vera, sekretaris Devan menatap ke arah Abel yang diam saja. Dia tahu Luna dipanggil semalam dan tak pulang.
"Semalam... " Vera hendak menjawab.
"Dia di rumah ku, sedang mengambil berkas" jawab Abel.
Tak lama kemudian, Luna datang dengan berkas di tangannya.
Abel menatapnya, heran kenapa wajah Luna polos tanpa lipstik, padahal dia baru membelikannya.
"Ini dia sudah datang, kamu kayak manager songong aja datang ke kantor setelah makan siang" ucap Devan dengan sedikit gurauan.
Luna hanya tersenyum, Vera menatap Luna dan Abel bergantian.
Abel mengambil berkasnya dan menjelaskan semua ide acara yang dia ambil dari semua karyawan.
Pemilik ide yang diambil mendapatkan bonus untuk bulan ini, mereka semua terlihat senang. Abel juga akan mengadakan acara makan malam sehari setelah Award tersebut. Semua orang senang riang mendengarnya. Tapi Luna terlihat datar dan sesekali menggigit bibirnya sendiri.
Abel memperhatikannya sampai selesai meeting hingga kembali ke ruangannya.
"Kenapa tidak pakai lipstik yang aku beli untuk mu? " tanya Abel.
Luna membulatkan matanya, dia mendekat dan menyatukan tangannya di hadapan Abel.
Abel terkejut karena Luna menggeser kursinya untuk menghadap ke arahnya.
"Pak, aku benar-benar minta maaf soal tempo hari aku berteriak padamu, aku benar-benar tidak sadar saat itu, mungkin karena PMS, anda tahu kan kalau period ku setiap bulannya sangat sakit, ya mungkin karena itu aku bisa berteriak. Aku sangat menyesal, jangan pecat aku ya Pak" ucap Luna memohon.
Abel ingin tertawa, tapi menahan diri. Dia pikir Luna mulai bosan bekerja, tapi mendengar begitu, hanya karena merasa takut dipecat.
"Kau membuatku terkejut, ya, ya aku tidak akan memecat mu" jawab Abel.
Luna tersenyum lega.
"Tapi dengan satu syarat" Abel melipat tangannya di dada.
Luna menelan salivanya.
"Syarat? " tanya Luna takut.
"Tempati apartemen yang berhadapan dengan tempat ku.... "
"Apa? " Luna terkejut.
"Aku belum selesai bicara" Abel berdiri.
Luna menunduk.
"Kau ingat Sarah, dia yang menempati sebelumnya, dia sudah bangkrut dan tak bisa membayar sewanya, dia meminta waktu untuk memindahkan semua barangnya, tapi dia tak bisa tinggal disana karena sudah pindah ke luar negeri. Jadi, sementara kau tinggal disana sampai dia memindahkan barangnya" jelas Abel.
"Tapi Pak.... " Luna jelas hendak menolak.
"Kalau kau tidak mau, pikirkan untuk menulis pengunduran diri dari sekarang" ucap Abel menggertak.
Luna membelalak.
'Ini sama saja dengan tinggal dengannya, dia akan terus memanggil ku seenak jidatnya, apa sebenarnya yang ada di pikirannya? ' tanya hati Luna.
"Apa arti diam dan tatapan itu? " tanya Abel.
Luna menelan salivanya.
"Baik Pak, aku akan pindah, tapi bolehkah... "
"Tidak dengan Vera, dia sekretaris Devan, kalau dia mau tinggal di apartemen seperti mu, suruh Devan menyewakan untuknya" Abel kembali bekerja.
Luna menganga tak percaya Abel tahu yang ada dipikirannya, dan juga kesal dengan jawabannya.
"Kau sudah cuti setengah hari, jika masih tak bekerja artinya kau libur hari ini, aku potong gaji mu" ucap Abel karena Luna tak pergi.
"Baik Pak" Luna keluar dan kembali ke mejanya.
Dia menghela berkali-kali, Aryo memperhatikan dirinya. Dia pergi ke pantry dan membuatkannya kopi.
"Ini, minumlah, kau terlihat kelelahan" ucap Aryo.
Luna tersenyum menyambut kopinya.
"Terimakasih" jawabnya.
Luna meminumnya, kemudian menatap Aryo.
"Oh ya, ide mu diambil hari ini. Bonusnya juga keluar hari ini. Kau akan mentraktir teman-teman mu? " tanya Luna.
"Aku tidak punya teman selain kau yang mau mengajak ku bicara" ucap Aryo.
Benar, itu karena Aryo terlalu terlihat terobsesi dengan jabatan dan selalu bekerja dengan baik, selalu mendapatkan bonus dan pujian dari atasan. Mereka jadi merasa Aryo terlalu cari muka.
Luna tersenyum menyadari alasan yang lainnya tidak suka padanya, dia juga pernah mengalaminya.
Pandangan Luna beralih ke ruangan Abel dan melihatnya sedang melipat tangan juga menatapnya.
"Kembali bekerja, kurasa Pak Abel sedang mengawasi ku" gumam Luna pada Aryo.
Aryo menoleh kemudian terkejut juga melihat tatapan mata Abel.
Aryo pergi, Luna kembali bekerja.
Abel berpikir, sudah bisa membuat Luna semakin dekat dengannya. Tapi tak bisa menghindarkan dia dari pria pria yang menyukainya.
Mengingat bagaimana Lucas memperlakukan Luna dengan manis, hadiah demi hadiah selalu dia berikan.
Louis yang terus memuji Luna yang sangat kompeten dalam segala hal.
Sekarang Aryo, karyawan teladan.
Abel menghela kemudian kembali mengerjakan sesuatu di komputer nya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>