Kehidupan Nazela begitu terasa sesak. Iya,dia bisa menajali hidup sesuai keinginan nya namun,tak ada hari tanpa berdebat dengan sang mamah yang ingin anaknya menjadi dokter. Keputusan Nazela menjadi seniman membuat sang mamah murka setiap harinya,hingga membuat Nazela sesak setiap kali melihat mamahnya.
Namun kehidupannya mulai berubah ketika sang sahabat mengenal kan nya pada Islam. Nazela memang seorang muslim namun ia cukup jauh dari kata taat karna background keluarga nya. Pola pandang Nazela mulai berubah ketika Sabrina mengenalkan nya pada tempat bernama pesantren. Ia mulai belajar mengenal Islam lebih dalam hingga ia merasa nyaman dengan hijab dan baju baju panjang yang tak membentuk lekuk tubuh nya. Ia akhirnya ia harus menghadapi berbagi macam ujian hidup termasuk ujian percintaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ell lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi dekat
Nazela menaiki anak tangga yang tidak terlalu tinggi itu, setelah menyelesaikan kegiatannya di kampus Ia langsung pergi ke restoran milik Afkar yang menjadi tempat pertemuan nya dengan Malik. Nazela berhenti melangkah ketika sesuatu mencuri pandangannya. Ia berjalan mendekati kaca restoran dan melihat secarik kertas yang menempel, ia membacanya begitu seksama, setelah memahami apa yang di bacanya itu ia langsung masuk ke dalam restoran dan mencari tempat yang tepat dan nyaman, dia memang sengaja datang lebih cepat dari yang di rencanakan agar tidak membuat Malik yang menunggunya. Karena Nazela berfikir dia yang membutuhkan Malik jadi dia yang harus tepat waktu, dan karena memang Nazela adalah orang yang tepat waktu dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ia lakukan.
''Afkar!!''
Nazela spontan memanggil nama Afkar ketika ia berpapasan dengan Afkar yang hendak keluar restoran. Nazela yang excited melihat Afkar karena ada maksud tersembunyi tanpa ragu langsung menahan tangan Afkar untuk menghentikannya. Afkar yang tersentak kaget dengan panggilan dan sentuhan tangan Nazela langsung melangkah sedikit menjauh agar Nazela melepas genggamannya dari lengannya.
''Ok,ok. Sorry, sorry''
Nazela yang menyadari perasaan Afkar langsung melepaskan genggamannya dan langsung ikut melangkah menjauh
''Nazela, aku pikir sopo. Kok hijabnya ndak di pake?''
Tanya Afkar ketiaka melihat rambut Nazela yang terikat asal, Afkar pun langsung mencoba mengalihkan pandangannya.
''Ya karena gue emang gak pake hijab, kemaren pake hijab itu karena di pesantren. Terus lo juga kan pernah ketemu gue gak pake hijab''
Jelas Nazela begitu santai seperti sudah berteman lama dengan Afkar
''Iyo juga sih, cuman yo aneh aja''
Cetus Afkar dengan mata yang tak bisa diam memandang ke arah lainnya
''Baju e cocok juga di kamu''
Puji Afkar ketika masih melihat Nazela mengenakan baju yang ummi nya kasih pagi tadi
''Oh iya, by the way gak papa kalo bajunya gue pake?''
''Yo ndak papa, kan ummi bilang udah ndak muat. kamu nek makan sama Sabrina tok?''
Tanya Afkar mengalihkan pembicaraan karena ia merasa sedikit canggung
''Gak, gue ada janji sama pak Malik''
''Pak Malik? maksud mu mas Malik?''
''Iya''
''Mau apa?''
''Mau bimbingan skripsi, kan pak Malik dos pem gue''
Jawab Nazela membuat Afkar mengangguk paham
''Oh iya, gue mau daftar kerja di sini dong!''
Cetus Nazela tiba tiba membuat Afkar langsung memandangnya namun hanya sesaat
''Kerja di sini?''
''Iya. Tadi gue lihat ada announcement di depan katanya membuka lowongan kerja, mencari pegawai baru, jadi gue pengen kerja part time di sini''
''Ohhhh,itu..''
Afkar menggaruk pelipis matanya yang tak gatal, ia diam sejenak untuk memberi jawaban yang tepat
''Itu udah ndak berlaku, pegawainya udah dapet''
''Yah. Kenapa masih di tempel kalo udah dapet''
Tukas Nazela dengan raut wajah penuh kekecewaan. Membuat Afkar yang melihat nya tak enak hati
''Sebetulnya aku nek ganti announcement itu dengan announcement untuk mencari manager keuangan, tapi belum sempet nek ganti. Kalo kamu mau aku ndak jadi tempel announcement nya''
Ucap Afkar dengan terbata bata karena ia harus menyusun kalimatnya agar tidak menyinggung Nazela lagi
''Duh... tapi gue gak belajar itu''
''Yo wis kalo ndak mau..''
''Mau, mau, mau. Gue mau''
Ucap Nazela memotong perkataan Afkar, Membuat senyum Afkar terlihat namun sangat samar
''Kapan gue mulai kerja?''
''Besok mungkin, biar aku iso ajarin kamu dulu opo aye tugas mu nanti, kamu iso dateng pagi jam 8''
''Ok, selamat bekerja sama bos''
Nazela mengulurkan tangannya tanda meminta berjabat tangan namun, Afkar justru mengatupkan kedua telapak tangannya tanda menolak dengan sikap santunnya. Nazela heran dan sedikit bingung sebelumnya namun iya pun ikut mengatupkan telapak tangannya.
''Kalo gitu saya pergi dulu, Assalamualaikum''
''Waalaikumussalam''
Setelah mendengar jawaban salam dari Nazela, Afkar berjalan menuju pintu keluar restoran.
''Gak papa Nazela, lo ini pinter, lo bisa belajar hal baru yang belom pernah lo pelajarin sebelumnya''
Nazela bergumam sendiri sambil menarik kursinya hendak duduk, Afkar yang memperhatikannya dari luar restoran tiba tiba mengangkat kedua sudut bibirnya, ia tersenyum sambil mencoba melepas kertas pengumuman yang Nazela bicarakan tadi.
Entah apa yang Nazela rasakan dan pikirkan hingga dia bisa langsung bicara santai dan terlihat akrab dengan Afkar. Nazela tipikal orang yang cuek dengan orang baru dan bicaranya hati hati jika orang itu lebih tua darinya seperti ia kepada Malik.
Afkar pun merasa heran sendiri ketika ia membuat alasan dengan mencari manager keuangan padahal sebelumnya ia tidak punya niat sepeti itu. Afkar mengurus sendiri keuangan restorannya meskipun ia memiliki empat pekerjaan sekaligus. Afkar adalah orang yang cuek, dia jarang sekali bicara dengan lawan jenisnya kecuali dalam hal pekerjaan dan bicara dengan Sabrina, karena mereka berdua sudah dekat dari kecil, ia bahkan tidak berani menatap perempuan bahkan yang berhijab sekaligus.
*****
''Ini saya berikan resep obatnya nanti tinggal di tebus aja, terus jangan lupa istirahat nya ya mba! obat ini hanya untuk menahan rasa sakit dan memperlambat perkembangannya. Kalo mba yakin dan semangat, kemungkinan mba punya waktu yang lebih banyak''
''Makasih ya dok. Oh iya dok, apa dokter mau jadi salah satu penyemangat hidup saya? saya tinggal sendiri dan hanya punya satu kucing yang buat saya mau melakukan pengobatan ini''
''Boleh mba, mba bisa langsung dateng ke sini atau hubungi saya secara langsung. Mba gak usah sungkan,anggap saya seperti keluarga mba sendiri!''
''Makasih banyak ya dok''
''Sama sama mba''
Ucap Camila pada pasien yang telah selesai ia periksa
''Tok, tok, tok!!!''
Pintu ruangan Camila terdengar di ketuk seseorang dari luar, membuatnya langsung yang menyeka air matanya yang hampir jatuh karena obrolan dengan pasien tadi.
''Ya masuk!!''
Perintah Camila, membuat pintu ruangannya terbuka dan menampakkan seorang wanita muda dengan pakaian yang menunjukan bahwa dia adalah seorang perawat
''Maaf dok, saya dapet amanah dari dokter Farid katanya berangkatnya di majukan jadi sore ini''
''Ok, makasih ya sus''
''Sama sama dok, saya permisi dulu''
''Ya''
Setelah sang perawat meninggalkan Camila dan ruangan medisnya itu, ia langsung mengambil handphone nya yang tergeletak di atas meja belakangnya
''Tut, tut,tut...''
Suara dari hp nya terdengar tengah memanggil seseorang
''Halo Mil, kenapa?''
Terdengar suara sang mamah yang ada di balik telepon
''Mamah lagi ngapain?''
Tanya Camila membuka pembicaraan dan bangun dari tempat duduknya, ia berjalan singkat memandangi halaman rumah sakit yang luas dari jendela ruangannya yang berada di lantai atas
''Mamah lagi buat catering, tumben kamu telpon mamah jam segini?''
''Mah, kaya nya gak bisa pulang hari ini. Mungkin sampe satu minggu''
''Kamu mau kemana kok gak bilang mamah dari kemaren''
''Maaf yah mah, aku lupa terus kalo mau bilang. Aku ada kegiatan sosial sama dokter yang lain di Jawa Barat, kemungkinan sampe satu minggu''
''Terus barang barang kamu? baju ganti kamu?''
''Aku udah bawa sebagian nanti tinggal kekurangannya aku cari di sana''
''Ya udah kamu hati hati ya!, jangan lupa kabarin mamah!''
''Iya mah, ya udah nanti aku kasih tau Zela biar gak pulang telat dan gak nginep di tempat lain biar bisa nemenin mamah selagi aku gak ada''
''Iya sayang''
''Mamah ingat kan pesan aku pagi tadi?''
''Iya mamah ingat, dan akan mamah coba dari sekarang''
''Makasih ya mah''
''Gak usah bilang makasih, emang itu yang harus mamah lakuin. Dah ya sayang, mamah masih repot''
''Ok mah''
Camila mengakhiri panggilannya, ia kembali duduk dengan senyum yang penuh ketenangan setelah mendengar jawaban sang mamah barusan. Dalamnya hatinya ia berbisik
''Semoga dengan ini, aku bisa lihat keharmonisan mereka lagi. Dan aku telah berhasil memainkan peran ku''
Camila menarik napasnya lega, kemudian ia mulai menyiapkan keperluan yang ia butuhkan selama kegiatan. Camila adalah dokter spesialis cancer di rumah sakit tersebut, dan terkadang ia mengikuti kegiatan sosial untuk melakukan pemeriksaan atau hanya sekedar kunjungan dengan para penderita cancer di Indonesia.
*****
''Jadi gimana, apa yang harus saya bantu?"
Tanya Malik pada Nazela yang mulai fokus pada laptopnya. Mungkin satu jam lebih Nazela menunggu Malik di sana, namun itu memang tujuannya. Hingga ketika Malik datang mereka tidak banyak basa basi
''Bapak bisa tolong periksa ini?"
"Mana saya lihat!"
Nazela menyerahkan laptopnya agar Malik dapat melihatnya lebih jelas, Malik yang begitu fokus menatap layar laptop Nazela dengan kaca matanya, membuat Nazela gelisah karena takut banyak membuat kesalahan
"Pak, kalo saya mau tanya boleh?"
Ungkap Nazela untuk mencairkan ketegangannya
"Ya silahkan!"
Ujar Malik masih dengan laptop milik Nazela
"Kemaren malem itu beneran seni lukis yang di buat tangan sama anak anak pesantren itu?''
"Iya, kamu gak percaya?"
"Bukannya gak percaya sih pak, tapi saya kaget aja. Ternyata ada sekolah yang menjadi tempat untuk bisa mendapat 2 keistimewaan sekaligus"
''2 keistimewaan, maksud kamu?"
Malik mulai mengalihkan pandangan dari laptop ke arah sang pemilik laptop.
"Ilmu skill dan ilmu agama. Itu keren banget kan pak?"
"Ya, kamu bener. Saya juga sedikit ada penyesalan kenapa dulu gak masuk pesantren aja"
''Kalo saya berasa masuk ke dalam kehidupan yang berbeda"
''Kenapa bisa?''
''Ya saya baru menyadari aja, kalo agama saya ini adalah agama yang indah dan luar biasa. Saya cukup jauh dengan agama saya sampe saya baru merasakan dan menyadari itu sekarang?''
''Jadi kamu mulai penasaran dengan agama kamu sendiri?"
''Ya, lebih tepatnya, ingin Mulai mencari arah''
''Terus kenapa hijab nya malah di lepas?''
Tanya Malik setelah iya melihat hal beda dari Nazela setelah pagi tadi. Sebenarnya ia sudah ingin bertanya dari awal melihat Nazela, namun ia mengurungkan niatnya karena ia memang tahu kalau Nazela memang tidak berhijab sebelumnya.
''Aduh pak. Saya sebenarnya kesel dengan pertanyaan bapak, dan males buat jawabnya. Karna bapak orang ke tiga yang bertanya hal yang sama hari ini''
Ucap Nazela dengan wajah yang memang terlihat kesal
''Orang ketiga? terus orang pertama dan kedua nya siapa?''
Malik justru bertanya dengan terdengar sedikit tawanya yang melihat raut wajah kesal Nazela
''Orang pertama pastinya Sabrina, dan yang kedua Afkar''
''Afkar?''
Tanya Malik yang tak menyangka dengan jawaban Nazela
''Iya, Afkar yang pak Malik kenal''
''HAHAHAHA''
Malik yang terkekeh membuat Nazela mengernyit kan dahinya penuh keheranan
''Kenapa pak, ada yang lucu?''
''Iya ada, Afkar nanya kaya gitu ke kamu?''
''Iya pak, emang kenapa aneh?''
''Ya menurut saya aneh, karena saya tau Afkar cukup banyak. Dia itu orang yang lumayan cuek sama perempuan, apalagi gak berhijab kaya kamu, tapi dia malah nanya gitu ke kamu?''
''Iya pak waktu saya dateng ke sini, terus gak tau pergi kemana. Tapi emang iya juga sih pak, saya itu gak sengaja pegang tangannya terus dia langsung jauhi saya, abis itu dia ngomong sama saya tapi matanya gak tau lihat kemana, udah kan dia tinggi, kan jadi susah saya ngomong nya''
Tutur Nazela begitu detail, membuat Malik terus tertawa melihat cara Nazela menyampaikan ceritanya sampai mereka pun lupa topik apa yang mereka bahas sebelumnya. Hingga keduanya tertawa bersama. Walaupun Nazela tipikal orang yang cuek, tapi karakter ceria nya membuat orang baru merasa nyaman ketika mulai mengobrol apalagi Malik memang orang yang suka bicara walau terlihat bijaksana dan serius ketika sedang diam. Obrolan dan candaan mereka terus berlanjut hingga dering hp Nazela yang menghentikannya.
''Sebentar ya pak, saya angkat telepon dulu''
Ujar Nazela setelah mendapati handphone nya berdering, ia langsung berjalan sedikit menjauh dari meja makannya setelah mendapat kode setuju dari Malik
"Iya kak, kenapa?"
Tanya Nazela pada orang yang menelepon nya, dan ternyata adalah sang kakak.
"Kamu lagi di mana Zel?"
"Aku lagi ngerjain skripsi kak, kenapa?"
"Sama Sabrina?"
"Gak, sama dosen pembimbing aku"
"Oh gitu, kakak cuman mau pesan kamu jangan pulang telat atau nginep di tempat lain, soalnya kakak mau ada kegiatan sosial selama seminggu di Jawa Barat. Takut mamah sendirian di rumah"
Jelas sang kakak dengan suara yang lembut namun terdengar tegas
"Iya kak"
"Jaga mamah y!"
Nazela tidak langsung meng iyakan perintah sang kakak, helaan napasnya terdengar sampai sebrang telepon nya
"Zell!!"
"Iya kak"
Jawab Nazela dengan sedikit paksaan
"Ya udah aku tutup y kak, gak enak dosen nungguin, wassalamu'alaikum"
"Ya, waalaikumussalam"
Kalimat yang baru Camila dengar dari Nazela membuatnya sedikit heran namun iya kembali pada kewajibannya untuk menjawab.