NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nabila

Wajah Devan tampak bermuram durja, mendengar pengakuan Rani adiknya. Kalau pernikahan Ayu selesai di gelar, pria itu pada akhirnya telah sah menjadi suami Ayu.

Hati Devan remuk redam mendengar berita pernikahan Ayu yang terkesan buru- buru. Bahkan baik Devan atau ibunya tidak di undang di acara resepsi itu.

Akan tetapi Devan harus berbesar hati menerima keputusan gadis yang di cintainya itu. Mungkin sudah menjadi suratan takdir mereka berdua tidak berjodoh.

Namun hati Devan tidak bisa di bohongi, dia akan selalu mengenang cinta itu untuk selamanya.

Kisah cinta nya sudah usai sampai di sini, Devan harus melanjutkan hidupnya ke depan. Tidak mau lagi mengenal cinta yang hanya membuat batinnya sengsara.

*****

Satu bulan kemudian ..

Tinggal satu jam lagi kantor tempatnya bekerja usai. Devan lekas membereskan beberapa berkas untuk diserahkan pada atasannya Bapak Bowo.

Dengan tergesa Devan melangkah menuju ruangan Pak Bowo. Tapi karena terburu- buru, Devan menjatuhkan beberapa berkas itu hingga jatuh berserakan di lantai. Tapi ketika dia baru saja membungkuk hendak mengambil berkas yang berserakan di lantai, tumit sepatu warna hitam sudah menginjak berkas itu.

Devan reflek terdiam, kemudian menyusuri kaki ramping yang indah itu dan melihat ke atas. Yang tampak di depannya adalah seorang gadis cantik yang bertubuh ramping.

Di Wajah gadis cantik itu terdapat riasan tipis. Dia memakai kaos ketat berwarna hitam yang menampilkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Bawahan nya memakai rok pendek berbahan jeans, menutupi bokongnya yang cukup mulus. Kedua kakinya jenjang dan putih, memakai sepatu hak tinggi berwarna hitam. Penampilannya sungguh memikat hati.

"Maaf, Nona, eh!"

Devan terkejut melihat gadis yang berdiri anggun di hadapannya.

"Kalau jalan hati- hati," kata gadis itu berbicara pada Devan sambil tersenyum tipis dan menatap tajam pada wajah tampan Devan.

"Papi?"

Devan terkejut, dasar. Kalau gadis itu putri dari atasannya Bapak Bowo.

"Papi atasan di kantor ini. Namanya Pak Bowo, apa Bapak lupa? Satu bulan yang lalu kita pernah bertemu," terangnya.

Devan menjawab setelah tercengang sejenak.

"I- iya Nona," ucap Devan gugup sambil menatap lurus pada gadis yang ada di depannya.

Gadis itu tersenyum ketus memperhatikan Devan dari atas kepala sampai kaki.

"Tolong antar aku menemui Papi, aku lupa ruangannya ada dimana."

Gadis muda itu memandang Devan dengan tatapan merendahkan, lalu lanjut berkata."

"Kamu pasti bawahan Papi,"

"... "

Devan menatap kosong pada gadis angkuh itu. Sekilas gadis itu mengingatkannya pada Ayu.

"Astaga!" Sekelebat mata, Devan teringat akan Ayu, namun segera ia tepis bayangan itu.

Devan melirik jam tangannya lalu dengan tergesa pergi dengan berkas ditangan yang di pegang nya erat.

Melihat sikap acuh Devan yang pergi begitu saja. Akhirnya gadis itupun mengikuti Devan dari belakang dengan perasan dongkol bercokol di hati.

Sampai di ruangan Pak Bowo, Devan langsung menyimpan berkasnya di atas meja kerja Pak Bowo.

"Sore Pak. Ini berkasnya, saya sudah menyelesaikannya semuanya," ujar Devan sambil menyeret kursi yang ada di sana kemudian dia duduk di hadapan Pak Bowo.

Pak Bowo Langsung memeriksa berkas yang dibawa Devan.

"Hmmm .... bagus ...." gumannya.

"Pak. Boleh saya pulang sekarang."

"Why?" Pak Bowo mengangkat alisnya menatap Devan yang duduk dengan wajah gelisah.

"Sa- saya ada perlu, Pak."

"Memangnya ada perlu apa?"

"I- itu Pak," Devan menjawab gelagapan karena gugup.

Tiba- tiba seorang gadis melongokkan wajahnya dari sebalik pintu.

"Papiiii ... "

Gadis itu kemudian berlari menghambur menghampiri Pak Bowo.

"Nabila sayang ...." Pak Bowo langsung menyambut gadis itu dengan melebarkan kedua tangannya. Lalu mereka berdua berpelukan.

Devan langsung berdiri dan mengerlingkan mata ke arah gadis yang tadi berpapasan dengannya.

Sekilas gadis yang tengah di peluk ayahnya itu tersenyum manis pada Devan.

Devan baru ingat, gadis itu tenyata putri Pak Bowo yang dulu pernah berada satu ruangan saat dirinya menerima tugas dari Pak Bowo.

Penampilan Nabila sedikit pangling, jadi Devan lupa- lupa ingat.

"Ohiya Pak Dev, kenalkan ini putri si mata wayang ku. Nabila namanya, kemarin bapak belum sempat mengenalkan dia pada Bapak. Ayo nak, kenalan dulu. Ini Pak Devan. Karyawan Papi yang paling baik."

Gadis yang bernama Nabila itupun tersenyum mendekati Devan sambil mengulurkan tangannya.

"Nabila."

"Devan," jawab Devan singkat.

Setelah berkenalan dengan gadis yang bernama Nabila, Devan meminta ijin pulang cepat pada Pak Bowo.

"Pak. Jam kantor tinggal 1 jam lagi. Kalau diijinkan boleh saya pulang sekarang, Pak!" Pinta Devan, berucap sedikit sungkan.

"Baiklah Pak Dev. Tapi sebelum pulang, Bapak boleh minta tolong."

"Ya Pak. Minta tolong apa?"

"Begini. Nabila kan baru dua hari berada di Bandung. Saya minta, Bapak mau temani putriku jalan- jalan sebentar saja, bagaimana Pak Devan mau, kan?"

Devan menelan ludah.

"Bagaimana Pak? Bapak mau, kan? Sebentar saja Pak," pinta Pak Bowo sambil menepuk bahu Devan.

"Eh, iya. Saya mau Pak," jawab Devan gugup. Bagaimana ia bisa menolak permintaan atasannya. Pak Bowo adalah orang baik dan selalu mendukungnya. Berkat Pak Bowo juga, Devan diangkat menjadi Kadiv ( Kepala Devisi) di kantornya. Itulah mengapa Devan begitu menghormati Pak Bowo. Pria berkepala botak dan perutnya buncit itu. Adalah seorang Direktur utama di kantor tempatnya bekerja.

Nabila yang sejak tadi memperhatikan Devan, tampak melebarkan senyum manisnya. Membuat Devan kikuk dan salah tingkah.

"Ayo Nak. Pergilah dengan Pak Dev. Terserah kamu mau jalan kemana," suruh Pak Bowo sambil menuntun tangan Nabila dan mendekatkannya dengan Devan.

Devan mengangguk canggung.

Kalau bukan karena permintaan Pak Bowo atasannya. Devan malas mengantar gadis ini jalan-jalan, tapi apa boleh buat. Terpaksa ia mengiyakan permintaan Pak Bowo, karena Devan sangat menghargai dan menghormati Pak Bowo sebagai atasannya.

Berjalan di depan Nabila. Devan tak sedikitpun memperlihatkan sikap ramah pada gadis itu. Pikirannya tetap saja pada Ayu. Devan akui, dirinya belum bisa move on dari Ayu.

"Hei!" Nabila berteriak keras, menegur Devan yang berjalan tergesa mengabaikannya dirinya.

Teriakan Nabila membuyarkan lamunan Devan.

"Eh. Iya." Devan menoleh ke belakang, sadar. Kalau Nabila tertinggal jauh di belakangnya.

Beberapa karyawan yang ada di sana mulai memperhatikan mereka berdua. Bahkan mereka saling berbisik satu sama lain membicarakan Devan dan gadis cantik putri dari Pak Bowo.

Devan hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Ayo cepat, gak enak kita dilihat mereka." Devan lantas meraih tangan Nabila, dan cepat membawa nya keluar.

"Biarin saja. Lagi pula, kenapa kamu jalannya terlalu cepat, sih!" tegur Nabila dengan wajah ketus.

"Ya sudah. Ayo cepat, keburu sore. Memangnya kamu mau jalan kemana?" tanya Devan sedikit kesal. Niat pulang cepat untuk bicara hal yang penting dengan Rani adiknya, gagal sudah, karena pak Bowo memintanya untuk menemani putrinya jalan- jalan.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!