NovelToon NovelToon
Catatan Hanna

Catatan Hanna

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Kontras Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Saat tidak ada teman yang dapat mendengar keluh kesahnya, Hanna menorehkan semua uneg-unegnya di buku hariannya. Tentang cinta, teman, dan keluarga, semua ada di sana.

Hidup Hanna yang begitu rumit, membuat dia kadang-kadang frustasi, namun dia tetap harus kuat menghadapi ombak kehidupan yang terus menghantam.

Ikuti kisah hidup Hanna di "Catatan Hanna."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Mau Disalahkan

"Iya, kamu itu adik ipar yang enggak tahu diri!"

"Oh ya, kalau aku adik ipar enggak tahu diri, lantas kamu kakak ipar apa? Kakak ipar yang enggak punya harga diri?"

Aku mulai melepaskan tanganku yang sedari tadi menjambak dan mengacak-acak rambutnya kak Riri. Aku berdiri tegak di depannya dengan muka yang mungkin sudah merah padam.

"Berani sekali kamu berkata---"

"Enggak usah dibantah, Kak. Kamu memang enggak punya harga diri. Kamu sudah berstatus sebagai istri orang, tapi masih suka ngedeketin cowok lain. Kamu pikir aku enggak tahu tentang kebusukan kamu ini, hah!? Kamu selingkuh sama bang Zidan, mantanmu itu. Sampai sekarang kalian masih punya hubungan, ngaku aja deh!" aku sedikit menjauh dari kak Riri, takut juga kalau dia ngamuk seperti banteng kesetanan.

Betul seperti dugaanku, dia terlihat sangat marah dengan tangan yang dikepal kuat. Aku menoleh ke belakang, melihat ibu dan bang Arman yang berdiam diri seolah memberikan kesempatan kepada kami untuk adu jotos.

"Bang, kenapa kamu diam aja? Kenapa enggak ngebelain aku sama sekali saat Hanna memfitnah aku?"

Bang Arman menatap kak Riri seketika, wajahnya berubah sangar.

"Apa yang harus aku katakan sama Hanna? Semua orang juga sudah tahu, Ri," ucap bang Arman, dia memalingkan wajahnya ke luar rumah.

"Ri, semua orang di kampung ibu sudah tahu kalau kamu masih suka ketemu sama si Zidan. Kamu itu sudah mencoreng nama baik keluarga kita, kamu pikir ibu enggak tahu sama kelakuan kamu?" ucap ibu, beliau kembali menarik nafas dalam-dalam. "Ibu yang harus menanggung malu karena perbuatan kamu ini, dan kamu Arman, mestinya kamu bisa mendidik istri kamu jadi lebih baik," ucap ibu, bang Arman juga tak boleh terlewatkan.

Bang Arman beralih menatap ibu, dan kak Riri kembali memusatkan perhatiannya kepadaku.

"Hann, kamu lihat kan. Ini semua karena kamu, seharusnya kamu diam aja."

"Diam kamu bilang, Kak. Aku sama ibu udah enggak bisa berdiam diri terus, kalian urus itu hutang-hutang kalian sama pak Anto, dan jangan sampai dia datang lagi menemui aku dan ibu!" ucapku dengan tegas.

"Kamu pikir aku enggak punya uang buat bayar hutang itu, hah!?" kini kak Riri berdiri di depanku dengan berkacak pinggang.

"Oh ya? Kalau memang punya uang, mestinya kalian bayar dong, jangan biarin dia ngemis sama ibu dan aku?" Aku sudah tidak tahan lagi, ingin segera kukeluarkan segala sesuatu yang selama ini ku pendam di hati, mungkin ini saatnya.

"Kamu memang punya uangnya, Kak. Namun sayangnya kamu sulit untuk membayarnya, iya kan?"

"Jangan sembarangan ngomong kamu, Hann!" sambar kak Riri, dia selalu tidak terima dengan setiap omonganku, padahal apa yang aku katakan adalah fakta.

"Loh, apa aku salah? Kamu masih ingat kan uang aku yang dipinjam sama bang Arman untuk bikin acara tujuh bulanannya kamu, Kak? Kalian janji untuk membayarnya, tapi kenyataannya sampai sekarang sama sekali belum kalian bayarin. Kalian bahkan bangun rumah menggunakan sebagian dari uang milik ibu," ucapku gamblang. Lega rasanya sekarang, sudah lama aku ingin mengatakan ini semua.

"Kamu memang dasar pelit ya, uang segitu aja perhitungan sama abang sendiri," balasnya sambil tersenyum sinis ke arahku.

Uang segitu katanya? Menurut dia tujuh juta adalah uang yang sedikit, benar-benar ipar enggak tahu diri. Padahal itu semua adalah uang tabungan aku, tabungan dari uang jajan yang ku sisihkan sedikit demi sedikit. Pada akhirnya harus kuberikan pada mereka karena dipaksa, dan saat aku minta untuk dikembalikan malah jawabannya nanti dan nanti.

"Aku enggak perhitungan sama bang Arman, kalau saja uang itu memang benar untuk dia, tapi ini untuk kamu, Kak. Kamu itu sama aku aja pelitnya minta ampun," balasku menohok.

"Hanna!" sentak bang Arman, dia bangun dari duduknya dan berjalan menghampiriku. Tangannya terkepal kuat, urat lehernya juga tampak jelas, emosinya mungkin sudah tak bisa ditahan lagi karena mendengar pertengkaran aku dan istrinya dari tadi.

"Kenapa? Abang mau marahin Hanna?"

"Jelas abang akan marah sama kamu, sudah cukup dari tadi abang denger kamu ngehina istri abang. Baik buruknya Riri, dia tetap istri abang. Jadi, aku tidak terima kalau kamu terus menjelek-jelekkan dia. Uang yang kamu kasih buat kami, itu juga tidak seberapa. Kamu juga jangan lupa kalau dulu saat masih kerja di luar kota, abang yang ngirimin uang buat kamu belajar," ucap bang Arman, dia malah mengungkit tentang uang yang pernah dia kirim untuk aku dulu. Saat itu ayah sudah tiada, aku hanya hidup pas-pasan sama ibu untuk biaya hidup sehari-hari, hasil dari kebun tidak menentu. Kami juga membayar hutang-hutangnya ayah, banyak pengeluaran saat itu, membuat aku dan ibu sangat kesulitan bahkan ibu juga harus menjual perhiasannya.

Kak Yuni juga baru merintis usahanya, dia baru menikah dan toko yang didirikan belum sebesar saat ini.

Alhamdulillah sekarang hidup kami sudah jauh lebih baik, ekonomi keluargaku juga sudah membaik, namun bang Arman dan bang Andi malah kembali masuk dalam lubang yang sama.

Sekarang aku dan ibu yang harus menanggungnya.

Aku yang tadinya begitu bersemangat saat memojokkan istri bang Arman, kini giliran aku yang harus terdiam membisu. Kenapa bang Arman tidak bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah.

Ibu ikutan bangun dan meraih tanganku, melihat aku terpaku diam, ibu segera mengajak aku pulang. "Sayang, ayo kita pulang! Omongan abang kamu tidak usah diambil hati, dia anak lelaki, memang sudah seharusnya untuk dia menafkahi kamu dan ibu, saat itu dia juga belum berkeluarga. Salah besar jika dia mengungkit apa yang sudah dia berikan untuk kamu, ayo kita pulang!" ajak ibu, beliau menarik tanganku. Matanya berembun menatap bang Arman yang berdiri di sisi kak Riri.

Ibu menuntun aku, kami berjalan beriringan. Tiba di ambang pintu, bang Arman kembali memanggil dan ibu menoleh ke belakang.

"Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan lagi sama ibu, Man? Apa kamu juga mau mengungkit apa yang pernah kamu berikan sama ibu?" tanya ibu.

"Bu, aku minta maaf jika apa yang aku lakukan salah. Tapi aku mohon untuk tidak terus menyalahkan Riri, dia cuma punya aku, Ibu jangan pernah membenci dia, Bu. Riri tidak punya ibu lagi, beda sama Hanna, dia masih punya Ibu sebagai tempat berkeluh-kesah," ucap bang Arman. Ternyata dia menyusul kami hanya untuk mengatakan ini saja, tidak penting banget.

"Man, ibu tidak pernah membenci istri kamu, ibu juga sayang sama dia. Ibu cuma tidak suka sama kelakuannya saja, kamu juga tidak becus menjaga istrimu sendiri. Seharusnya kamu larang dia bertemu dengan lelaki lain, lelaki yang bukan mahramnya. Kamu ini suami, Man. Kamu kepala keluarga, kamu imamnya, kamu punya hak untuk bicara, kamu harus tegas dalam mendidik istri kamu! Memangnya kamu sanggup menanggung semua dosa dia?"

Setelah membuat bang Arman bungkam, aku dan ibu langsung pergi tanpa memperdulikan tatapan tajam kak Riri. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu di kediaman mereka, yang kulihat hanya motor kak Yuni yang masuk dalam pekarangan rumah mereka. Kak Yuni dan bang Imran, mungkin mereka hendak menagih hutang sama bang Arman.

1
* bunda alin *
dan indah pada waktu nya 🥰
P 417 0
semoga kita semua selalu di berikan kesehatan ,kebhagiaan dan keberkahan/Pray//Pray/
P 417 0
hmmm.bner2 di tamatin/Sleep//Sleep/
P 417 0
perasaan yg mbulet/Drowsy/
* bunda alin *
tap tap tap ..
P 417 0
tamat/Sleep/
* bunda alin *
tegang bgt ,, 😱
P 417 0
/Drowsy//Drowsy/tuh kan akibatnya klo terlalu baik
P 417 0
/Proud//Proud//Proud/hmmm bner2 polos
P 417 0: ntah/Silent/
🥑⃟Riana~: apanya yg polos/Sweat/
total 2 replies
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/rekomendasi yg bgus
P 417 0
ajaran yg baik bkl jdi baik hasilnya/Smile/
* bunda alin *
malang nya Hanna,,, selalu di hinggapi hal yg tdk terduga
ayo donk .. kapan Hanna bisa bahagia ... 💜
P 417 0
hmmmm .berarti ada dalng lain juga/Speechless/
🥑⃟Riana~: Anda/Shame/
P 417 0: sapa🙄
total 4 replies
P 417 0
oooo.ternyata bgas /Sleep//Sleep/
🥑⃟Riana~: hooh 🤧
total 1 replies
P 417 0
sapa sih sebnernya/Drowsy//Drowsy/
P 417 0
ooh tk kira abis gitu aja/Facepalm//Facepalm/
P 417 0
sepertinya obrolan di atas sedikit kurang mnurt aku/Silent/
🥑⃟Riana~: Harus ditambah lagi? kamu aja yg nambah kk/Sweat/
total 1 replies
* bunda alin *
tq sdh up ,, next thor
P 417 0
kita udah berapa tahun ya🤣🤣🤣🤣
P 417 0
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/klo ngliat di reel mngkin lbh seru kali ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!