Catatan Hanna

Catatan Hanna

Ipar menyebalkan

Huuffhh...

Aku menghembuskan nafas berat, rasanya begitu sesak. Berdesak-desakan dalam bus yang penuh dengan penumpang. Beginilah suasana setiap aku pulang sekolah, biasanya ada bang Arman yang jemput aku, tapi kenapa hari ini tidak ada? Ah, mungkin dia sedang sibuk mengurusi perkebunan sawit.

"Han! Hanna!"

Aku tidak mempedulikan panggilan si abang-abang tukang ojek, mereka memang selalu seperti itu, menggodaku setiap melihat aku pulang sendirian.

"Han, Hanna sayang. Abang antar yuk!" itu suara bang Riko, aku sudah hafal nama-nama tukang ojek genit di sini.

"Han, Kalau abang yang anterin, kamu mau enggak?" tanya bang Samsul, aku hanya mendelik tajam merespon pertanyaan mereka. Melihat reaksi judes dari aku, ketiga pemuda itu tertawa senang.

Apes banget gue, kenapa sih tuh kuman-kuman pada nongkrong di sana tiap hari, aku benar-benar kesal hari ini. Tadi aku turun di depan gang, dan bus sekolah yang dibawa pak Jojo langsung kembali ke tempatnya. Aku terpaksa turun di depan gang dan melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki sampai ke rumah, karena kalau nyuruh pak Jojo nganterin aku sampe ke depan rumah, dia pasti akan nyiapin 1001 alasan untuk menolak, dengan alasan tidak mau berebut jalan sama pengguna jalan yang lain.

Hari ini matahari bersinar terik banget, aku merasakan wajahku ini sudah gosong.

Sepuluh menit berjalan kaki dari gang, akhirnya aku tiba di rumah. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah kakak iparku dan bang Arman yang sedang sibuk bermain dengan anak mereka, Aya.

"Assalamualaikum," ucapku dengan wajah masam. Aku tidak bisa tersenyum lagi, keringat mengucur deras di seluruh tubuhku, setengah seragam sekolahku sudah basah oleh keringat.

"Han, kok mukamu item banget. Kamu itu sebenarnya pulang sekolah atau habis pulang dari sawah sih?" tanya kak Riri, dia adalah istri bang Arman, abang kedua aku.

Kak Riri tertawa menatap wajahku yang mulai cemberut.

"Aku habis nyangkul," jawabku kesal.

"Maafin abang ya, Han. Abang enggak bisa jemput kamu, soalnya abang baru aja pulang dari toko sama kak Riri."

"Ngapain ke toko?" tanyaku sinis.

Huh, mana bisa aku bersikap baik di saat wajah dan seluruh tubuhku terasa panas begini.

"Beliin emas buat Aya." Kak Riri memperlihatkan emas yang melingkar di jari manisnya Aya. Tanpa sadar aku tersenyum sinis melihatnya, bagaimana tidak? Katanya enggak punya uang, tapi kok beli cincin emas bisa, kan aneh kedengarannya.

"Oeh, aku mau ke belakang dulu!" Aku langsung pergi ke belakang. Emosiku semakin bertambah tatkala melihat ibu sedang bergelut dengan pekerjaannya di dapur, ibu masak sambil nyuci piring. Aneh rasanya kalau iparku itu tidak ke dapur dan membantu ibu masak.

"Bu, kok sendirian masaknya?" tanyaku pada ibu.

"Biarin aja, Han. Ibu udah biasa sendiri kok, mereka juga cuma datang berkunjung, masa iya ibu minta tolong sama iparmu itu." Ibu kembali mengelap tangannya yang basah dan pergi melihat ikan yang digoreng supaya tidak hangus.

"Ya udah, aku ganti baju dulu. Setelah itu biar Hanna aja yang bantu Ibu," ucapku sebelum masuk ke kamar.

Setelah selesai mengganti seragam sekolah dengan pakaian rumah, aku langsung turun ke bawah untuk membantu ibu memasak.

Saat berada di dapur, aku bisa mendengar tawa ceria keponakanku dan orangtuanya.

"Lihat aja kalau setelah kita selesai masak mereka ikut makan, bakal ku sumbat mulut mereka satu per satu dengan taik ayam," ucapku mengomel sambil menggoreng tahu.

"Han, enggak baik ngomel-ngomel gitu. Bagaimanapun, mereka itu kakak-kakak kamu," ucap ibuku menegur.

"Ini bukan soal kakak, Bu. Kadang-kadang kelakuan mereka itu kayak benalu, ibu tahu kan apa itu benalu?"

"Lagi apa, Han?"

Aku terkejut, tiba-tiba aja kakak iparku sudah berdiri di depan pintu dapur.

"Lagi nyuci," jawabku ketus.

"Ya masak lah, Ri."

Aku melirik kesal ke arah ibu, ngapain juga ibu ikut jawab pertanyaan si wanita nyebelin itu.

"Oeh," balas kak Riri. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, aku pikir dia akan pergi, ternyata malah membuka kulkas dan mengambil es di sana.

"Untuk apa es itu, Ri?" tanya ibu.

"Mau buat sirup dingin, Bu," jawabnya singkat. Bukannya bantuin ibu dan aku masak, dia malah membuatkan air dingin untuk dirinya sendiri, lalu pergi dari hadapan kami tanpa mengatakan apa pun.

"Nah, lihat itu menantu ibu! Enggak peka banget," ucapku kesal.

"Biarin aja, Han. Toh kita juga bisa sendiri, ngapain minta bantuan orang lain.

"Awas aja kalau ikut makan bareng kita," ucapku lagi dengan nada emosi.

Setelah selesai masak, aku menata semua menu makanan di atas meja. Asap mengepul dari masakan buatan ibu, aroma opor ayam tercium sampai ke depan, tempat di mana bang Arman sama istrinya duduk.

Saat aku hendak mengambil opor buatan ibu, tiba-tiba keluarga kecil bang Arman mendatangi kami. Aya terlihat begitu bersemangat saat menatap makanan yang sudah aku dan ibu letakkan di atas meja.

"Sudah matang ya, Bu? Pasti enak tuh opornya, Arman udah lama enggak makan opor," celetuk bang Arman sambil melirik ke arah mangkok bersisi opor itu.

Tiba-tiba selera makanku hilang, apalagi saat melihat istri bang Arman yang seperti enggak punya malu, entah jenis apa mukanya itu, mungkin tembok kali ya? Jujur, aku sudah kepanasan melihat satu keluarga ini.

"Ma, ayam goreng." Aya menunjuk ke arah ayam goreng yang ada di piring nasi aku.

"Eh, jangan! Itu punya tante Hanna. Adek makan opor aja ya?" aku melihat kak Riri memasukkan opor ayam itu ke dalam piring nasi Aya.

"Enggak mau! Aku mau yang digoreng, bukan kuah kayak gini," ucap Aya gusar.

"Duh, adanya cuma itu doang, Aya. Tante Hanna cuma goreng satu buat dirinya sendiri," timpal ibuku memberi tahu.

"Ambil itu aja, Nak!" suruh bang Arman.

"Iya, makan itu aja, Aya. Opornya juga enak loh." Aku ikut nimbrung. Meski anak-anak, tapi aku tetap enggak mau ngalah kali ini, soalnya Aya sudah sering kali membuat aku jengkel, dia akan meminta apa pun yang dia inginkan. Enggak mau tahu itu punya orang lain atau bukan, setiap kali aku ngadu sama ibu, beliau selalu ngomong begini, "Namanya juga anak-anak, Han. Belum cukup akal."

Huh, aku bisa apa? Mengalah terus sama si Aya, memang yang ibu katakan benar. Aku akui akan kebenaran ucapan ibu.

"Enggak mau, aku maunya ayam goreng kayak Tante Hanna." Aya menunjuk ke piringku.

Aku mendelik tajam ke arah anak kecil berumur tiga tahun itu, tak disangka ternyata dia malah nangis kejer. Mungkin takut melihat mataku yang melotot sebesar biji jengkol, aku memutuskan masuk ke kamar dan makan di sana.

"Huaaaa... Tante Hanna jahat!" Aya menangis, anak itu juga menyebut aku sebagai tante jahat. Aku mana peduli.

Gegas aku langkahkan kaki ini menuju lantai atas, tempat di mana kamarku berada.

"Bu, masih ada ayam lagi enggak?" tanya iparku. Aku belum sepenuhnya pergi, sebenarnya aku masih berada di balik tembok yang menjadi penghubung antara dapur dan kamar tidur ibuku.

"Ada, kamu ambil aja di kulkas!" jawab ibu. Kak Riri segera membuka kulkas dan mengambil ayam lain untuk digoreng.

"Huaaaa... Aya mau ayam goreng."

"Udah, diem dulu, Nak. Tuh, ayamnya lagi mau digoreng sama ibu," ucap bang Arman.

Daripada nonton drama mereka yang enggak seru, mending aku ke kamar dan makan dengan tenang di sana.

Terpopuler

Comments

Risma

Risma

haha seru yah wkwk

2024-06-15

3

P 417 0

P 417 0

ini pengalman pribadi ya🤔

2024-05-23

1

lihat semua
Episodes
1 Ipar menyebalkan
2 Bagas menggila
3 Meninggalnya Bu Sumi
4 Ipar pelit
5 Kemunculan Mantan Kak Riri
6 Kenyataan Memang Begitu
7 Awal Semua Masalah Bermula
8 Pov Author
9 Tawaran Kerja
10 Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11 Mimpi Serasa Nyata
12 Ada Apa Di antara mereka?
13 Pov Author
14 Hutang
15 Marahnya Ibu
16 Tidak Mau Disalahkan
17 Pov Arman.
18 Pov Author. Bertengkar Lagi.
19 Kasih Sayang Ibu
20 Terima Atau Tidak
21 Malam Penuh Kejutan
22 Kado Ulang Tahun
23 Ibu Sakit
24 Bertengkar Lagi
25 Malam Terakhir Bersama Ibu
26 Pov Author Menyesal
27 Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28 Surat Dalam Lemari
29 Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30 Keputusan Terbaik
31 Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32 Kedatangan Rian
33 Dituduh Selingkuh
34 Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35 Sakit Apa
36 Pov Author. Detik Mendebarkan
37 Berpisah
38 Jangan Dekati Aku Lagi
39 Pov. Esih
40 Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41 Harus Tegas
42 Bertemu orang-orang yang memuakkan
43 Pov Author. Bukan sekedar Suka
44 Awal Yang Baru
45 Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46 Pov. Riri
47 Pov Author. Diikuti
48 Penyesalan Riri
49 Mimpi buruk
50 Ternyata Riri
51 Pov Author. Zidan Selingkuh
52 Siapa Dia
53 Diteror
54 Mulai Beraksi
55 Jebakan
56 Melarikan Diri
57 Melawan
58 Kita Berhak Bahagia (Akhir)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Ipar menyebalkan
2
Bagas menggila
3
Meninggalnya Bu Sumi
4
Ipar pelit
5
Kemunculan Mantan Kak Riri
6
Kenyataan Memang Begitu
7
Awal Semua Masalah Bermula
8
Pov Author
9
Tawaran Kerja
10
Tidak Semua Menjadi Hak Mereka
11
Mimpi Serasa Nyata
12
Ada Apa Di antara mereka?
13
Pov Author
14
Hutang
15
Marahnya Ibu
16
Tidak Mau Disalahkan
17
Pov Arman.
18
Pov Author. Bertengkar Lagi.
19
Kasih Sayang Ibu
20
Terima Atau Tidak
21
Malam Penuh Kejutan
22
Kado Ulang Tahun
23
Ibu Sakit
24
Bertengkar Lagi
25
Malam Terakhir Bersama Ibu
26
Pov Author Menyesal
27
Keributan Di Malam pertama Tahlilan
28
Surat Dalam Lemari
29
Ada Sesuatu Di Antara Mereka
30
Keputusan Terbaik
31
Pov Author. Aya Tidak Mau Pulang.
32
Kedatangan Rian
33
Dituduh Selingkuh
34
Memberi Penjelasan Kepada Oma Desi
35
Sakit Apa
36
Pov Author. Detik Mendebarkan
37
Berpisah
38
Jangan Dekati Aku Lagi
39
Pov. Esih
40
Pov Author. Bertamu Ke Rumah Zidan
41
Harus Tegas
42
Bertemu orang-orang yang memuakkan
43
Pov Author. Bukan sekedar Suka
44
Awal Yang Baru
45
Ada Apa Dengan Mantan Kakak Ipar?
46
Pov. Riri
47
Pov Author. Diikuti
48
Penyesalan Riri
49
Mimpi buruk
50
Ternyata Riri
51
Pov Author. Zidan Selingkuh
52
Siapa Dia
53
Diteror
54
Mulai Beraksi
55
Jebakan
56
Melarikan Diri
57
Melawan
58
Kita Berhak Bahagia (Akhir)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!