NovelToon NovelToon
Menuai Rindu

Menuai Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:51.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ayu

" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

barongan

Saat Wira menghentikan motornya, pendopo itu sudah ramai.

Semua penari rupanya sudah berkumpul, hari ini adalah latihan terakhir sebelum pertunjukan.

Kota kecil ini akan mengadakan acara besar besaran,

Semua tim kesenian, baik reog, kuda lumping dan tari tradisional lainnya akan di undang untuk menunjukkan penampilan terbaik mereka.

Bagi penampil terbaik akan mendapatkan apresiasi yang besar, berupa sejumlah uang tunai.

Tentunya itu bukan suatu tujuan untuk Wira, namun bagi yang lainnya bisa saja hal itu menjadi harapan dan semangat.

Wira hanya tampil di acara acara penting, jika sekiranya acara itu kecil, dan untuk hiburan sekedarnya saja, Wira lebih memilih menjadi penonton, dan pembarong lain yang akan tampil.

Wira menggandeng tangan Mega, berjalan memasuki pendopo.

Tapi Mega dengan cepat melepaskan tangannya dari genggaman Wira.

Awalnya Wira heran kenapa Mega melepaskan tangannya, namun ketika ia sadar akan status Mega, Wira kembali berjalan dengan tenang.

Semua mata menatap Wira dan Mega, termasuk para menari Jathilan yang rata rata perempuan.

Tentu saja banyak dari mereka yang berbisik bisik penasaran.

mereka melihat Mega dari atas ke bawah, tentu saja penampilan Mega jauh berbeda dengan perempuan perempuan disana.

Meskipun hanya dengan celana jeans, dan blouse simpel berwana denim, Mega tetap terlihat mencolok.

Suroto bangkit dari duduknya saat melihat Wira dan Mega datang.

" Mega?!" sambut Suroto dengan senyum lebar,

" mas Suroto.." sapa Mega sembari menyalami Suroto.

" Wah..! Singo barong kalian sudah datang ini..!" suara Suroto terdengar begitu keras, sehingga semua mata menatap Wira.

Melihat itu Wira hanya menghela nafas pelan, sembari menatap Suroto yang baginya cukup usil itu.

" Sudah! Latihanlah dengan serius dan semangat," ujar Suroto pada Wira agar segera bersiap siap.

" Kau sendiri?" tanya Wira,

" Yo sama.. kau kira aku kesini mau apa?" jawab laki laki berusia empat puluh tahun itu.

Wira menatap Mega,

" kau duduk saja di ujung sana, jangan kemana mana ya?" ujar Wira,

Suroto tertawa mendengar itu,

" Mega bukan anak kecil bosss.. Ayo latihan!" Suroto mendorong Wira agar segera bersiap siap di tempatnya.

Seperti biasa,

Musik khas reog mulai berbunyi, membuat semua penari bersiap di tempatnya masing masing,

Termasuk Wira, laki laki bertubuh tinggi itu duduk bersila di hadapan dadak merak, setelah duduk di hadapan dadak merak Wira terlihat begitu fokus, ia tidak lagi melihat sekitarnya, apalagi Mega,

Lagi lagi Mega merasa Wira menjadi sosok yang berbeda.

Seorang pemuda terlihat memakai topeng bujang ganong,

Itu topeng yang dulu di gunakan oleh Wira, saat usia Wira masih begitu muda.

pemuda itu menari dengan begitu lincah, sama seperti Wira dulu.

Ingatan Mega masih begitu segar,

Wira yang muda dan enerjik.

Setelah itu mas Suroto dengan tujuh laki laki mulai menari, mereka berjajar membentuk barisan.

Lama Mega menikmati tarian mas Suroto, gerakannya gagah, serempak dengan yang lainnya.

Karena terlalu terlena melihat mas Suroto dan lainnya, Mega sampai sampai lupa dengan Wira.

Perempuan itu terlihat terkejut, saat melihat Wira sudah berdiri dengan dadak merak atau yang sering juga di sebut barongan itu.

Mega tidak berkedip, ia memang pernah melihat reog sebelumnya, biasanya orang orang yang bertubuh besar dan cenderung gempal yang mengangkatnya.

Mega masih tertegun, benarkan itu Wira? Ia membatin,

Tapi baju dan celana itu milik Wira, postur tubuh itu juga milik Wira.

Wira mulai berjalan ke tengah, ia menggerakkan tangan dan kakinya, mulai menari, bahkan beradu dengan pembarong yang lain.

" oh Tuhan.." keluh Mega sembari menyentuh dadanya,

bagaimana Wira bisa menari santai begitu, sementara topeng itu begitu besar?

Apakah tidak berat?

Mega takjub, namun juga khawatir.

topeng besar itu di goyangkan, di gerak kan kesana dan kemari,

Wira benar benar membuat Mega tidak habis pikir.

Tiba tiba di tengah latihan, seorang penari Jathilan menari di hadapan topeng besar itu.

Terlihat masih begitu belia,

gerakannya begitu luwes, senyumnya pun terkembang manis.

Setelah cukup lama gadis itu menari, dadak merak itu terlihat merunduk,

setelah Wira merunduk gadis itu perlahan duduk di atas barongan.

Dadak merak itu kembali diangkat, dengan gagah membawa seorang gadis di kepalanya, ia bahkan menari seperti tanpa takut kalau kalau gadis yang sedang di bawanya itu akan jatuh.

Mega terdiam, benar benar terdiam.

Laki laki di balik topeng itu adalah Wira,

sungguh itu Wira.

Melihat seorang gadis menari dan berlenggak lenggok di hadapan Wira saja ia sudah tidak senang,

Apalagi melihat Wira mengangkat perempuan itu di atas kepalanya.

Yah.. Mega tau itu topeng, topeng..!

bukanlah kepala Wira, namun di dalamnya tetaplah kepala Wira,

tetap saja ia tidak senang,

tidak rela.

Mega memang pernah tau adegan seperti ini dalam reog, tapi yang ia lihat adalah laki laki lain,

Sementara sekarang, laki laki itu adalah Wira.

Mega membuang pandangannya,

ia sungguh tidak mampu menahan rasa tidak senang yang mendesak desak di dalam dadanya.

1
indy
semangat kakak. semoga wira n yuda baik baik saja
Murni Zain
Kasihan Yudha semoga sehat kembali
Mika Saja
trimakasih mba ayu,,,sehat selalu,,,,,semoga akan baik2 SJ entah itu Wira maupun Yudha,,
Isda Wardati K
karya dg alur cerita yang bagus
ayuningdianti: terimakasih kak.. ☺️🙏
total 1 replies
Nene Juan
Thor aku baca nya sampai gx bisa napas saking tegang nya..
margareta nababan
harus happy ending yaaa kakkk, jangan sampai tamat dulu
Murni Zain
Serius Handoko menangis 🤔🤔
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
indy
Pak handoko ke anak sendiri saja tega apalagi ke orang lain
Mika Saja
bisa nangis kau pak Handoko, penyesalan mu SDH TDK berguna lg, tinggal menunggu semua yg kau pnya akan hilang sekejap mata,,,mba ayu minta up 1x LG ya 🤭🥰
Mika Saja: siap mba ayu👍🥰🥰
ayuningdianti: besok ya kak.. matanya udah berat..😁🙏🙏
total 2 replies
margareta nababan
AYO UP LAGI KAKKKK PLIS KAMI NUNGGUIN MEGA D BAWA WIRA
Mika Saja
dah Wira ayo bw pergi aja Mega,, pelayan nya SJ sampai blng bgtu,tentunya mrk tau apa yg terjadi dirumah itu,,,
Nene Juan
Sampai ketinggalan tiga part, kenapa gx ada notip, di hpku yah..
Lyna Elza
hadehhhh HANDOKO dipelintir tangan nya Uda kesakitan kayak gitu..... sok pahlawan
Iyee Kah
suksess slalu thorr
ayuningdianti: amin kak...
total 1 replies
Sitti Ramadan
aku nangis lo thor, sedih, terharu wira dtg untuk mega, trus yudha ikhlasin mega buat wira walaupun dia juga harus babak belur
Murni Zain
Alhamdulillah akhirnya pertolongan dtg tepat waktu.. mas Wira ❤😍🥰
mbk Ayu the best ❤❤❤
Wiwik Roviyantini
kok ada y orang tua macam Handoko 😶😶😶
margareta nababan
kakkkkk, ayo up lagiiii saya ga sabarr nii
ayuningdianti: agak malam kak..🙏
total 1 replies
evi Lusi
makash upnya mbak Ayu
evi Lusi
wuih tepat waktu maz wiraa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!