Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.
Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.
Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.
Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.
Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.
Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Ke Rumah
"Wuih, keren ini mas. Motor ini pasti mahal banget." kata Ridwan saat melihat motor yang akan dibeli oleh Damar.
Motor itu terlihat gagah seolah-olah menunjukkan kekuatannya
Setelah dia berpikir semalaman, dia tak akan mengunjungi rumahnya untuk sementara waktu ini. Jadi niatnya untuk mengambil motornya tak jadi dilaksanakannya.
Apalagi dia tau anak-anak yang dikira anak kandungnya itu sering di bawa oleh Rasita menemui Linggar.
Beberapa foto bahkan memotret kebersamaan empat orang itu layaknya sebuah keluarga.
Sungguh sakit hati Damar melihat foto-foto itu. Ternyata anak-anak sudah dikenalkan pada ayah kandungnya.
"Kalau yang ini katanya bisa lewat jalan terjal. Karena biasanya memang untuk orang-orang trip." kata Damar pada Ridwan.
"Gila keren, mas Damar keren abis." kata Ridwan sambil mengacungkan jempol ke arah Damar.
"Aku benar-benar dapat kejutan terus nih dari mas Damar. Kirain datang ke kota cuma untuk lihat-lihat universitas yang mau aku daftar. Ternyata benar-benar mengejutkan. Mana pulang ini belanjaan kita banyak banget lagi. Bapak aja sampai minta bantuan orang-orang desa untuk ngangkut barang-barang yang dikirim tadi pagi." kata Ridwan
Damar hanya terkekeh mendengar ucapan Ridwan, sepertinya dia kali ini menggunakan uangnya dengan tepat.
Hari ini pun damar menghabiskan waktunya mengajak Ridwan berjalan-jalan sambil melihat-lihat tempat kos. Kata Ridwan kalau nanti dia sudah kuliah tak bingung lagi mencari tempat kos. Jadi tau mana yang kira-kira sesuai dengannya.
Selain itu Damar juga membelikan oleh-oleh untuk orang-orang desa yang selalu baik padanya.
Bukan sesuatu yang mahal tetapi setidaknya bisa membuat bahagia orang-orang desa.
Dan tak terasa akhirnya mereka akan pulang ke desa Timur pagi ini. Damar dan Ridwan menggunakan motor baru yang dibeli Damar kemarin. Sedangkan barang-barang dibawa menggunakan mobil yang dikendarai oleh Luthfi.
Alisa membekali Damar banyak sekali oleh-oleh padahal dia sudah membeli untuk oleh-oleh orang desa
"Itu kan dari kamu, yang ini dari mbak. Bilang makasih sama orang-orang di sana. Ikan asin dan kerupuknya enak banget." kata Alisa saat Damar protes melihat oleh-oleh yang disiapkan mbak Li nya.
Akhirnya mereka pun berangkat menuju dermaga penyeberangan. Memulai perjalanan jauh dan melelahkan namun anehnya Damar malah tak sabar untuk kembali ke desa itu.
"Mas, kenapa gak minta pindah ke kota sih, mas. Kan enak di sini. Makan tinggal pesan, jalan gak becek. Mau nonton seharian juga bisa. Pokoknya enak banget." kata Ridwan.
"Kan enaknya sebentar, kalau duitnya udah habis bingung mau makan enak, jalan-jalan. Semuanya kan pakai duit." kata Damar
"Iya sih, kalau di sini semuanya serba pakai duit. Kalau di desa, mau makan singkong cabut di kebun, mau makan buat sendiri gak ada yang jualan kayak di sini. Kalau di desa palingan bubur sama nasi uduknya Mbah Nik doang." kata Ridwan.
"Nah itu tau, udah kita mau pulang. Harus semangat. Ditambah lagi barang bawaan kita banyak banget jadi harus semakin semangat." kata Damar sambil terkekeh, Ridwan pun ikut tertawa membayangkan cara mereka nanti membawa barang-barang yang sangat banyak itu
Entah kenapa hatinya merasa lebih senang ketika mengatakan mau pulang.
Di kota dia tak punya orang yang bisa di ajaknya ngobrol seharian seperti pak Sapto ataupun pak Aji. Tak ada Pak Yanto yang selalu mengajarinya cara berternak ayam.
Tak ada suara teriakan Bu Nur dan suara merdu Kasih yang menenangkan ibunya.
Keluarganya adalah orang-orang yang sangat sibuk. Mereka menghabiskan waktu untuk bekerja keras. Bahkan tak jarang keluar kota ataupun keluar negeri untuk bertemu klien atau membuka cabang perusahaan.
Amira saja sekarang sudah sibuk mengurusi Senja Organizer milik mbak Li selain itu sekarang adik satu-satunya itu sudah berkeluarga dan sudah memiliki kehidupan sendiri.
Damar dulu mengira Rasita adalah rumahnya. Tempat dia pulang melepaskan lelah setelah seharian bekerja. Teman berbagi suka dan duka, ibu dari anak-anaknya.
Ternyata semuanya hanyalah angan Damar saja. Rasita hanya memanfaatkannya saja. Tak pernah menghargai kerja kerasnya.
Dan kini Damar merasa jika desa Timur adalah rumahnya, tempatnya kembali pulang.
🍀🍀🍀
Kembali ke rumah, home sweet home
Jangan lupa like nya ♥️
kok lama gak berlanjutttt????
wahhhh..
sejahtera..