NovelToon NovelToon
RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: LennyMarlina

“Apakah kau sedang berusaha untuk mengakhiri hidupmu?”

Celphius menemukan seorang gadis yang di buang seseorang di dalam hutan dalam kondisi tubuh yang sudah memprihatinkan. Suatu ketika saat Celphius membawanya pulang ke rumah, terjadi keanehan misterius pada gadis itu di mana setiap pulang dari luar, tubuh gadis itu sudah di penuhi dengan darah dan kamar yang berantakan. Ingin mencari tahu sumber masalah itu, Celphius pun memasang kamera tersembunyi di kamar gadis itu dan hasilnya membuat bibirnya menganga!

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LennyMarlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Sebatas Teman

Berbeda dengan yang ada di restoran ternama, saat ini Celphius dan Tuan Cillian tengah menikmati kebersamaan mereka dengan makan malam sederhana di rumah. Walau demikian, suasananya menjadi sangat mewah.

Itu karena Celphius memberikan dampak positif pada keluarga di rumah dan menjadikan suasananya seperti menyimpan keluarga yang tenang dan damai. Tuan Cillian tersenyum menyaksikan putranya makan dengan lahap.

“Celphius, Ayah sangat senang bisa makan berdua denganmu malam ini. Sudah lama sekali kita tidak melakukan hal sederhana seperti ini karena saling menyibukkan diri satu sama lain,” ucap Tuan Cillian.

“Dan akhirnya kita bertemu di malam yang sangat penting ini di mana hanya ada kita berdua yang sudah lama tidak makan bersama.” Beliau terus berkata-kata. “Bagaimana makanannya menurutmu? Kamu menyukainya?”

Orang tua itu menunggu sebuah jawaban yang keluar dari bibir sang putra yang masih terus mendatarkan raut wajahnya seakan-akan tidak ada satu pun kebahagiaan yang bisa membuatnya tersenyum sedikit saja.

“Saya makan malam bersama Ayah juga alasannya karena saya sedang lapar. Saya tidak mungkin membawa makanan ke dalam kamar. Itu seperti saya sedang merajuk dan tidak mau satu meja dengan Ayah,” jelas Celphius.

Orang yang sedang memendam amarahnya cenderung menghindari kontak dengan orang lain termasuk ketika sedang waktunya makan pun, orang tersebut akan lebih memilih membawa makanannya ke dalam kamar.

Tuan Cillian mengangguk, “Ayah mengerti kamu sangat membenci Ayah. Tapi, Ayah tidak pernah membencimu dan akan selalu menganggapmu sebagai anak yang menyukai ayahnya sendiri. Ayah harap kamu mengerti.”

“Kalau meminta Ayah untuk mencari keberadaan ibumu itu sangat sulit karena sudah lama sekali waktu berlalu begitu cepat. Ibumu juga pasti berpindah-pindah tempat atau mungkin dia sudah tidak ada,” celetuk Tuan Cillian.

BRAK!

Celphius meletakkan sendok makan di samping piring makanannya mendengar ocehan ayahnya yang menyebut kalau wanita yang sudah melahirkan kedua anak itu sudah tidak ada di dunia ini. Hal berani yang tak mudah diucap.

“Jika Ayah memang sedang berpikiran seperti itu sebaiknya Ayah mengatakannya pada orang lain saja. Jangan di hadapan saya yang mengharapkan Ibu kembali. Kalau Ayah seperti ini, Ayah terlihat sangat benci Ibu.”

“Apakah Ayah tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi kalau Ayah terus memprovokasi saya seperti ini? Ayah bisa saja kehilangan anak pertama Ayah yang sangat ingin dijadikan sebagai pewaris keluarga ini,” lanjut Celphius.

Lelaki itu kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya setelah menghabiskan makan malamnya. Tanpa mengucap 'selamat tidur', anak itu langsung meninggalkan area dapur. Dia tidak mau menemui ayahnya seperti ini.

Ucapan ayahnya itu terus mengganggu pikiran Celphius bahkan ketika sampai di dalam kamarnya pun, kata-kata menyakitkan itu masih menempel dalam jiwanya. Celphius menjadi berpikir, bagaimana kalau itu semua benar?

‘Sebenarnya apa yang sudah kupikirkan? Ibu tidak mungkin meninggalkan kami berdua seperti ini. Ibu adalah orang yang kuat. Tidak semudah itu Ibu pergi dan meninggalkan kami berdua tanpa bertemu dengannya.’

Daripada memikirkan hal itu, lebih baik Celphius menghubungi Vernon saja. Dia ingin tahu apa yang sedang dilakukan Ruby selama dirinya berada di rumah ayahnya. Kamera juga belum terpasang karena ada yang rusak.

Vernon

[Halo, Tuan?]

Celphius

[Kau sedang apa?]

Vernon

[Saya sedang berada di kamar Nona Ruby. Saya sedang memastikan Nona Ruby tidur dengan nyenyak malam ini tanpa terjadi sesuatu. Apa Anda ingin melihatnya, Tuan?]

Celphius

[Ya. Alihkan teleponnya.]

Bodyguard itu mengalihkan sambungan telepon menjadi sambungan video call yang bisa melihat dengan jelas penampakan di sekitar orang-orang itu. Vernon pun memutar kameranya ke belakang mengarah pada Ruby.

Vernon

[Nona Ruby baru saja tertidur, Tuan. Tidak lama sebelum Anda menghubungi saya.]

Gadis itu memang sedang menutup kedua matanya dan tubuhnya tidur menyamping ke arah kiri menghadap pada jendela kamar. Celphius menatapnya dengan lekat melalui sambungan video itu. Berharap Ruby bisa cepat sembuh.

Celphius

[Pastikan dia tidak akan menyakiti dirinya sendiri. Kau tidak boleh mengalihkan pandang sedikit pun darinya. Dia bisa saja mencari cara untuk menyakiti dirinya sendiri.]

Vernon menganggukkan kepalanya, [Saya mengerti, Tuan. Saya akan melaksanakan tugas saya dengan baik tanpa melakukan kesalahan sedikit pun. Anda jangan khawatir.]

Celphius

[Hm. Dan, 'ya. Segera pasang kamera itu secepatnya. Besok aku akan mengajak Ruby pergi keluar untuk berjalan-jalan. Setelah itu, kau bisa memasang kameranya setiap sudut.]

Vernon

[Baik, saya mengerti.]

TUUT!

Sambungan teleponnya langsung ditutup. Tidak baik juga mengganggu orang yang sedang tidur padahal belakangan ini Ruby sangat susah tidur seperti orang yang mengalami gangguan insomnia. Itu mungkin Ruby sangat kelelahan.

Barulah Celphius bisa beristirahat dengan nyaman jika gadis itu sudah mulai bisa tidur tanpa harus menggunakan berbagai cara. Sedikit menghela napasnya dengan panjang lalu perlahan menutup matanya sedikit demi sedikit.

.

.

.

Kembali di suatu restoran yang menyiapkan banyak makanan dan minuman mahal juga terkenal, Flavian dan Sienna menyantap makanan mereka dengan duduk saling berhadap-hadapan seperti orang-orang pada umumnya.

Gelagat Sienna sejak tadi tampak mencurigakan. Seperti gelisah akan sesuatu yang tidak pasti yang membuat tubuhnya spontan bergerak-gerak tanpa arti. Flavian juga melihat bagaimana kegelisahan itu menyerang Sienna.

“Sienna, apa yang terjadi?”

Wanita itu langsung mendongak, melihat ke arah Flavian dengan terkejut sambil berkata, “Eh? Apa?” Dia tidak fokus mendengarkan pertanyaan lelaki itu sehingga menanyakan kembali apa yang membuat Flavian berbicara padanya.

“Aku tadi bertanya padamu, apa yang terjadi? Kamu terlihat tidak merasa nyaman. Apa tempat duduknya terlalu keras untukmu?” tanya Flavian. Tempat duduknya memang terbuat dari kayu dan timbul rasa tak nyaman.

“Iya, kursinya memang terlalu keras. Tapi, tidak apa-apa. Kamu tidak perlu berlebihan seperti itu. Aku baik-baik saja,” sahut Sienna. Wajahnya mengalih ke arah lain seolah sedang menipu Flavian dengan kepolosannya.

“Ini tidak bisa dibiarkan.”

Flavian berdiri dari tempat duduknya dan membuka jasnya seakan memberi kode bahwa lelaki itu ingin menolong wanitanya. Setelahnya, dia menghampiri Sienna juga menyuruh berdiri untuk meletakkan jasnya.

“Coba kamu berdiri sebentar.”

“Kamu mau apa?”

“Aku mau meletakkan pakaianku di kursimu untuk menjadi bantalan agar kamu merasa nyaman saat duduk.” Niatnya itu sangat baik sekali, tidak mau melihat Sienna kesusahan dengan tempatnya. “Ayo, berdirilah sebentar.”

Itu malah justru membuat Sienna menjadi semakin tidak nyaman. “K, kamu tidak perlu melakukan itu untukku! Pakai saja pakaianmu! Ini cuacanya sedang dingin, bagaimana kalau kamu sakit flu atau demam nanti?”

“Aku tidak masalah, kok. Asalkan itu membuatmu merasa nyaman aku rela melakukan apa pun untukmu.” Flavian memang tipe orang yang tulus. Sekalinya jatuh cinta, maka dia akan terus mempertahankan orang istimewa itu.

‘Benar. Flavian memang tidak pernah memedulikan apa pun. Selama kami bersama pun, dia selalu menunjukkan rasa cinta dan sukanya padaku, jadi, rasanya tidak mungkin kalau dia mencoba mengkhianati cinta kami.’

Sienna membatin dan mulai menyadari ketulusan cinta Flavian yang tidak akan mungkin sampai mengkhianati hubungan mereka. Dia pun belum pernah melihat Flavian berdampingan dengan wanita lain selain dirinya.

Hal itu membuat Sienna cukup terkejut karena tiba-tiba saja pacarnya mulai mengakrabkan diri dengan wanita lain yang sebelumnya tidak pernah sedekat itu. Wajar saja Sienna merasa marah. Itu artinya dia mencintai Flavian.

“Ayo, berdiri.”

“Tidak apa-apa, Flavian. Aku bisa menahannya sedikit lagi. Kamu pakailah lagi pakaianmu dan jangan sampai kamu sakit di kemudian harinya,” lirih Sienna merasa khawatir akan kondisi tubuh Flavian dalam cuaca dingin.

“Kamu serius?”

“Iya, tidak apa-apa.”

“Baiklah. Kalau kamu merasa tak nyaman dan kedinginan, bilang saja padaku. Aku tidak akan pernah mau melihatmu tersiksa dalam keadaan dingin begini meskipun kamu memakai pakaian hangat juga,” kata Flavian.

“Iya, aku akan bilang.”

Untungnya, kegelisahan itu tidak bertahan lama. Ketika Flavian mencoba mengatakan hal-hal yang membuatnya merasa senang dan berdamai dengan hatinya, di situlah Sienna mulai kembali menunjukkan senyumannya.

Flavian ikutan tersenyum. “Aku senang kamu mulai tersenyum dengan hangat seperti itu. Apa itu artinya kamu mulai memercayaiku dan ingin hubungan kita kembali seperti biasanya? Ayo kita balikan lagi, Sienna.”

“Aku tidak mau mengambil risiko. Katanya kamu ingin mendatangkan seseorang ke sini. Apa ini ada hubungannya dengan apa yang kita alami sekarang ini?” tanya Sienna. Harus ada penanggungjawab atas semua ini.

“Oh, iya. Aku memang sedang mengajak seseorang untuk datang ke sini. Dia adalah Varya yang ... sempat duduk denganku waktu itu.” Flavian sedikit berhati-hati saat berbicara. “Seharusnya dia sudah sampai di sini.”

“Begitu rupanya.”

“Kamu tidak apa-apa, 'kan?”

“Tidak, kok. Masalah ini memang harus segera dituntaskan agar aku bisa kembali padamu. Menyusahkan juga menjalani hidup dengan permasalahan seperti ini. Aku jadi tidak bisa tidur karena itu,” ungkap wanita tersebut.

Flavian mengangguk. Memang inginnya seperti itu dan rupanya mereka memiliki pemikiran yang sama. Bukankah hal itu sudah menunjukkan kalau keduanya adalah pasangan yang serasi yang punya persamaan pendapat?

.

.

.

Setelah menunggu sampai beberapa menit lamanya, akhirnya Varya pun datang dan langsung menyapa Flavian dan tersenyum hangat penuh keraguan pada Sienna yang sudah menatapnya dengan kasar dan mengintimidasi.

Hatinya serasa tidak tenang dan terus berdebar ketika duduk di tengah-tengah orang yang memiliki suatu hubungan serius namun katanya sedang berada di ujung tanduk perpisahan. Varya takut disalahkan.

“Maaf saya datang terlambat. Ada suatu keperluan penting yang harus diselesaikan hari ini, jadi, saya tidak bisa langsung bertemu dengan Anda semua,” ucap Varya meminta maaf atas keterlambatannya tersebut.

Sienna tidak mengatakan apa pun. Dia sudah lama duduk dan menunggu kedatangannya namun baru bisa sampai sekarang. ‘Aku tidak bisa memaafkanmu. Kamu sudah membuatku menunggu. Pembalutku sudah penuh!’

Wanita itu mengeluh soal pembalutnya yang membuatnya sudah tidak merasa nyaman. Alasan mengapa tadi tubuhnya gerak-gerak tidak tahu arah itu menunjukkan kalau ada sesuatu di dalam dirinya yang kurang nyaman.

“Tidak apa-apa, Varya. Kami juga sudah memesan makanan untuk menghilangkan bosan,” jawab Flavian karena merasa Sienna tidak akan pernah mau akrab dengan temannya. “Varya, soal yang kemarin ... ”

“Kami tidak memiliki hubungan apa pun.” Varya memotong ucapan Flavian. Jika lelaki itu berkata soal mereka yang saling menelepon semalam, Sienna akan terus menduga yang aneh-aneh tentang keduanya.

Dia melanjutkan, “Saya dan Flavian benar-benar hanya sebatas teman perkuliahan biasa. Saya berani bersumpah untuk menjernihkan kembali nama baik saya. Anda bisa melihatnya sendiri seberapa cintanya Flavian pada Anda.”

“Jika Anda penasaran dengan apa yang kami lakukan pada saat itu, saya memang meminta Flavian untuk duduk dan menemani saya sebentar. Tapi, saya tidak bermaksud apa-apa. Saya juga sudah mempunyai seorang tunangan.”

“Saya dan tunangan saya sedang ada masalah dan kebetulan saya adalah anak yatim piatu yang tidak mempunyai saudara. Saya adalah anak satu-satunya dan sebatang kara setelah orang tua saya meninggal.”

“Karena saya tidak tahu harus bercerita kepada siapa, dan kebetulan saat itu saya secara tidak sengaja bertemu Flavian di tempat itu, saya meminta untuk duduk sebentar dan membantu mencari solusi untuk masalah saya.”

“Saya secara pribadi pun tahu kalau Flavian sudah mempunyai pacar dan itu adalah Anda. Flavian pun banyak bercerita mengenai Anda kepada saya dan selalu memuji Anda dengan kata-kata yang sangat manis.”

“Saya tidak memiliki niatan untuk merusak hubungan kalian berdua. Saya pun tidak tahu kalau waktu itu Anda ada di sana dan melihat kami. Saya menjadi tidak enak dan langsung ke sini untuk menjelaskan semuanya.”

Varya tiba-tiba berdiri dan membungkukkan badannya kepada Flavian dan Sienna. “Saya benar-benar minta maaf telah menimbulkan kesalahpahaman seperti ini. Saya berjanji tidak akan sembarangan memanggil Flavian.”

Tindakan yang Varya lakukan itu membuat Sienna dan Flavian terpukau di buatnya. Wanita itu dengan berani melakukan sesuatu hanya demi meminta maaf dan untuk mengembalikan nama baiknya yang berharga.

Kasihan juga jika sudah mendengar cerita mengenai keluarga dan masalah dengan tunangannya. Varya yang tidak memiliki siapa pun pasti merasa sangat menderita karena tidak tahu harus bercerita kepada siapa.

“Iya, baiklah. Kamu tidak perlu sampai harus melakukan hal itu. Kamu boleh duduk kembali, Varya.” Akhirnya Sienna mau memanggil wanita itu dengan sebutan namanya. “Aku akan memaafkan kalian berdua.”

Flavian sontak membuka matanya lebar-lebar. “Kamu serius? Kamu memaafkan aku dan Varya?” Tetapi, dia masih tidak memercayai apa yang dikatakan oleh wanitanya. Takut itu hanyalah kebohongan.

“Iya, aku akan memaafkanmu. Sebenarnya aku juga tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Aku mencintaimu dan bagaimana bisa aku merelakanmu dengannya? Orang tuaku juga sangat memercayaimu,” lirih wanita itu.

PLUK!

Lelaki itu sontak memeluk tubuh Sienna dengan erat di hadapan Varya yang kemudian menjauhkan diri dan meninggalkan mereka. Sienna menerima pelukan pacarnya dan tersenyum hangat seperti biasanya.

BERSAMBUNG

1
Glamours Style
mana lanjutannya ka?
Abi Zar
keren kak
Abi Zar: trimaksih kak
total 1 replies
Sunraku
Recommend
Sunraku
Lanjut Mba/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!