Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang dengan terluka
Alea dan kedua bestienya sudah berada di teras rumah Alea, mereka mengerjakan tugas bersama-sama. Lain halnya dengan Ajat, dia di tugaskan untuk membeli makanan ringan untuk menemani di kala mengerjakan tugas.
Cekkiitt..
Sebuah mobil terparkir di halaman rumah, Alea menatap ke arah mobil dimana ia melihat Bara yang turun dengan wajah babak belur. Tak lama kemudian, Hamzah membopong tubuh Gala yang lemah di sertai lebam di wajahnya lebih parah di bandingkan dengan Bara.
"Ya Allah, abang! Apa yang terjadi? Kenapa kedua kakak kembar bonyok?" Pekik Alea.
"Siapin kompresan, nanti aja jawabnya ya. Berat ini, abang gak kuat buat bopong dia lebih lama lagi." Ucap Hamzah.
"Aduuhh, mana pengen b3r4k lagi." Ucap Alea.
"Udah Al, biar gue aja yang siapin. Loe b3r4k aja dulu yang tenang, biar gue siapin air kompresannya." Ucap Leona.
"Gue bantuin." Seru Mutiara.
Leona dan Mutiara beranjak dari duduknya, mereka berdua berjalan menuju arah dapur menyiapkan es batu dan juga kain yang akan di gunakan untuk mengompres luka Gala dan Bara. Hamzah merebahkan tubuh Gala di kamarnya, sedangkan Bara dia lebih memilih duduk di ruang tengah sambil menatap lurus kearah depan.
Klek..
Hamzah menghampiri Bara yang tengah melamun, dia tahu pasti apa yang sedang di pikirkan oleh temannya itu. Alea terbirit-birit memasuki kamar mandi, dia menutup pintu kamar mandinya dengan keras karena tidak tahan ingin segera menuntaskan hajatnya.
Brakk..
"Gusti nu agung!" Pekik Leona dan Mutiara memegangi dadanya, es batu yag tengah di pegang Leona pun lolos begitu saja dari tangannya saat ia membuka plastik berbentuk lonjong di tangannya.
"Leona, itu es nya loncat dari kandangnya." Ucap Mutiara menunjuk kearah es batu yang tergeletak di bawah lantai.
Leona langsung membuang es itu ke dalam westafel, ia mengambil kembali es batu dari dalam lemari. Tak lama kemudian Alea datang, dia mengusap perutnya yang terasa lega.
"Ini, bawa noh ke ayang. Kasian, kayaknya mereka baku hantam deh." Ucap Mutiara.
Alea membawa satu wadah kecil yang berisikan es batu dan juga kain kecil ke ruang tamu. "Leona, tolong kompres luka kak Gala." Ucap.Alea meminta tolong pada Leona.
"Gak mau ah, sama si Muti aja. Gue takut liat mukanya, apalagi kemarin kan dia marah banget sama gue." Tolak Leona.
"Enggak lah, gue mau beresin dulu tugas. Si Ajat juga keknya bentaran lagi balik, kasian dia kalo pas dateng semuanya pada sibuk." Ucap Mutiara.
Leona menghela nafasnya panjang, dia membawa wadah berisikan es batu bersama Alea. ea berjalan menuju ruang tamu menghampiri Bara, Melihat Hamzah yang tengah duduk dan tidak melakukan apapun membuat Leona bernafas lega.
"Bang, ini kompressannya, Nana mau lanjut kerjain tugas ya. Bye." Ucap Leona meletakkan wadah kecil tersebut diatas meja.
Leona hendak membalikkan tubuhnya untuk pergi, tetapi Hamzah menahan pergelangan tangannya. "Eh, Na. Tolong kamu kompres dulu wajah si Gala, abang mau keluar dulu ada urusan. Gapapa kan? Tenang aja, dia tidur kok." Ucap Hamzah.
Mau tidak mau Leona mengambil kompressan itu, dia melangkah ke kamar Gala dengan ragu. Saat berdiri di depan pintu, perlahan Leona membuka knop lalu masuk ke dalamnya.
Hamzah berpamitan kepada adiknya dan juga Bara, ada sesuatu yang harus dia selesaikan sekalian mencari makan. Sepeninggalnya Hamzah, Alea mulai membalut es batu menggunakan kain kecil, kemudian ia menempelkan kain tersebut ke sudut bibir Bara yang terluka.
"Ssshhh." Bara meringis menahan perih, dia memejamkan matanya membuat Alea ragu untuk melanjutkannya.
"Sakit ya kak? Lagian kenapa sih bisa bonyok begini? Emang kak Bara jagoan apa main baku hantam kayak gini? Pasti kalian gelut ya? Kalo kalian berantem lawan orang lain mungkin abang juga terluka, tapi nyatanya kan enggak." Tanya Alea dengan beruntun, mulutnya komat-kamit layaknya seorang ibu yang tengah mengomel pada anaknya.
Luka yang di rasakan Bara pun berkurang saat melihat kekhawatiran di wajah Alea, bukannya kesal karena Alea yang terus nyerocos bak burung beo, Bara justru terkekeh melihatnya.
"Kok, malah ketawa sih?" Kesal Alea.
"Kamu lucu, makanya saya ketawa." Jawab Bara tersenyum.
Alea memanyunkan bibirnya kesal, entah mengapa hatinya merasa marah melihat Bara terluka. Ia melanjutkan mengompres wajah Bara, kali ini Bara tidak meringis kesakitan melainkan diam seraya memperhatikan wajah serius Alea dari dekat.
Di kamar.
Gala tengah berbaring dengan mata terpejam, Leona duduk di bawah kasur Gala dan memandangi wajah Fala dari dekat. Perlahan ia mengompres luka Gala, ia melihat darah di sudut bibir Gala yang sudah mengering. Leona keluar dari kamar Gala, dia mencari kotak obat yang letaknya ada di lemari ruang tengah.
"Na, cari apa?" Tanya Alea.
"Mau bawa kotak obat, kayaknya sudut bibirnya robek deh jadi mau gue obatin." Jawab Leona.
Alea membulatkan mulutnya ber oh ria. Leona kembali ke kamar setelah mendapatkan apa yang dia cari, dengan telaten ia mengobati luka Gala.
Alea dan Leona sudah selesai mengobati luka keduanya, mereka pergi ke dapur membereskan wadah kecil yang sudah mereka pakai.
"Kak Gala masih tidur?" Tanya Alea.
Leona menjawab dengan anggukan kepalanya, Alea membawakan segelas air putih untuk Bara ke ruang tamu. Dilihatnya, Bara tengah melamun sampai tak menyadari kalau Alea sudah datang.
"Kak." Panggil Alea.
Beberapa kali Alea memanggil Bara, tetapi Bara tetap diam tak bergeming. Alea khawatir kalau Bara kerasukan, dengan ragu ia mengguncang tubuh Bara agar sadar dari lamunannya. Bara tersadar dari lamunannya, dia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Maaf, kakak gak tahu kamu ada disini." Ucap Bara merasa tidak enak.
"Kakak kenapa? Dari tadi ngelamun terus, kalau butuh teman cerita Alea mau kok dengerin kakak." Tanya Alea.
Bara tersenyum manis ke arah Alea. "Jujur saja, kakak lagi banyak masalah. Kalo kamu gak keberatan, nanti malam mau enggak temani kakak?" Jawab Bara.
"Mau aja sih kak, tapi jangan kemalaman pulangnya. Abang gak suka kalau Al keluar malem, besoknya harus sekolah juga." Ucap Alea.
"Gak keluar kok, cuman temenin kakak di depan aja. Kalo lagi mumet, kakak lebih suka duduk di kursi sambil liatin bintang diatas." Ucap Bara.
"Oke, bisa di atur." Ucap Alea tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.