Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
...*...
Kamila merasa jantungnya seperti berhenti berdetak. Dia membeku di tempat tanpa berani menoleh ke sumber suara. Dia berpikir tidak akan ada yang mengenali dirinya di kota ini, tapi nyatanya masih bisa bertemu dengan orang yang mengenalnya. Perlahan dia membalikkan badannya.
"Kamila ... kamu benar Kamila, kan?"
Kamila dengan terpaksa menerbitkan senyumnya. "Apa kabar, Riyanti? Senang bertemu denganmu!"
"Ya Tuhan ... ternyata ini benar kamu! Masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah!" Wanita yang disebut Riyanti itu lalu memeluk Kamila dengan erat.
"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Mila! Sejak lulus sekolah kamu menghilang begitu saja!"
Lagi-lagi Kamila hanya tersenyum tipis, meski wanita yang bernama Riyanti itu begitu antusias dengan pertemuan mereka.
Riyanti adalah satu-satunya teman Kamila, karena berasal dari kampung yang sama, dan bersekolah di SMA yang sama. Hubungan mereka cukup akrab ketika dulu masih sekolah, meskipun keduanya tidak selalu pergi bermain bersama. Sebab selepas pulang sekolah Kamila langsung pergi bekerja, dan akan pulang ke rumah pada malam hari.
"Mil, kita cari tempat buat ngobrol, yuk! Aku tuh, kangen banget sama kamu!" ajak Riyanti pada Kamila.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kamila meng-iyakan ajakan Riyanti.
"Emmm .... boleh, deh," sahut Kamila.
"Fika ... ayo ikut, kakak!" ajaknya pada Fika.
"Ke mana, Kak?" tanya Fika.
"Sudah ikut saja, yuk!" Bukan Kamila tapi Riyanti yang menyahut.
Ketiganya keluar dari parkiran rumah sakit, lalu mencari tempat nyaman untuk mengobrol. Mereka akhirnya memilih warung lesehan pinggir jalan, dengan pemandangan pantai membentang sejauh mata memandang.
Setelah memesan makanan, mereka kemudian duduk lesehan beralaskan tikar sambil menikmati indahnya pantai.
"Kamu ke mana saja setelah kelulusan, Mil?" tanya Riyanti.
"Emmm ... Aku kuliah di ibukota karena kebetulan mendapatkan beasiswa di sana. Dan setelah lulus kuliah aku juga langsung mendapat tawaran kerja."
"Terus kenapa sekarang kamu ada di sini?"
"Aku sudah resign dari pekerjaanku di sana."
"Memangnya kamu bekerja apa di sana, Mil?"
"Tenaga kesehatan."
"Ooh ... berarti tadi kamu di rumah sakit itu, mau melamar kerja?"
"Emmmm ... begitulah."
"Maafkan hamba, ya Allah. Bukan maksud hamba berbohong, tapi hamba hanya mengikuti alurnya saja," batin Kamila dalam hati.
Sedangkan Fika, menatap Kamila dengan wajah bingung. Gadis belia itu terus memperhatikan Kamila. "Tadi bukannya Kak Milky bilang mau periksa, ya? Kenapa jadi mau melamar kerja?" tanya Fika dalam hati.
"Oh ya, Ri. Kenalkan ini adik angkatku, namanya Fika." Kamila memperkenalkan Fika pada Riyanti. Lalu keduanya bersalaman dan saling menyebut nama masing-masing.
"Fika, Kak."
"Riyanti."
"Kak Riyanti ini teman kakak satu-satunya waktu sekolah SMA."
Fika hanya tersenyum menanggapi sambil menganggukkan kepala.
Makanan pesanan mereka datang. Ketiganya langsung menyantap hidangan yang telah tersaji di atas meja.
"Oh ya, Mil. Apa kamu tahu? Pas kapan itu Hakan cerita sama aku, kalau Zando mencarimu ke mana-mana, loh. Tapi ternyata kamunya malah ada di sini!"
Uhuk-uhuk-uhuuuukkk
Kamila seketika tersedak, hingga tenggorokannya terasa sakit. Ia segera menyambar gelas berisi minuman miliknya lalu meminumnya hingga habis. Ia terkesiap mendengar perkataan Riyanti. Sama sekali tidak menyangka bahwasannya Zando akan mencarinya.
"Dia bahkan sangat frustasi, karena tidak bisa menemukanmu." Riyanti diam sesaat.
"Memangnya ada hubungan apa kamu sama Zando, Mil?" tanyanya kemudian
"Aku ... tidak ada hubungan apa-apa sama dia. Kami hanya kenal dan berteman biasa saja." Kamila menjawab sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Tapi kok, dia sampai segitunya mencari kamu? Bahkan dia memutuskan hiatus dari dunia hiburan untuk sementara waktu, demi menyelesaikan masalah pribadinya," jelas Riyanti.
"Hahaha... yang benar saja! Memangnya aku siapanya, sampai segitunya dia harus mencariku?"" tanya Kamila sembari tertawa garing.
"Tapi benar, Mil? Hakan yang bilang kalau Zando bahkan sampai menangis menceritakan kamu yang pergi tanpa pamit padanya. Dia sangat kehilangan kamu, Mil!"
Kamila menepuk-nepuk dadanya pelan, berusaha menetralisir keterkejutannya.
"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?" gumamnya dalam hati.
Kamila menarik napas berat. Pikirannya mendadak kacau, hingga ia merasakan sedikit kram pada perutnya. Perlahan ia mengelusnya dengan lembut. "Tolong ya, Nak. Bantu bunda ya, Sayang. Jangan rewel, oke! Kita sedang tidak di rumah, heummm." Lagi-lagi Kamila bergumam di dalam hatinya.
Perut Kamila berangsur membaik, rupanya sang anak mengerti dan bisa diajak kompromi.
"Memangnya kapan kamu ketemu sama Hakan, Ri?"
"Setiap hari aku juga ketemu sama dia." Riyanti tersenyum malu-malu.
"Maksudnya?"
"Aku sama Hakan ... emmm ... Sebentar lagi kami akan menikah. Nanti kamu datang ke pernikahanku, ya!" ucap Riyanti.
"Wah, selamat ya, Ri!" Kamila mengulurkan tangannya menyalami Riyanti.
"Makasih, Mil."
"Lalu kamu tadi habis darimana, atau mau ke mana?"
"Ooh ... tadi aku habis cetak undangan. Dan tidak sengaja melihat kamu."
"Kamu sendirian? Terus Hakan mana?
"Aku datang sendiri, karena dia ada urusan ke luar kota."
Kamila melihat jam di pergelangan tangannya, lalu menatap Riyanti dengan serius.
"Ri, boleh aku minta tolong sama kamu?"
"Minta tolong apa?"
"Apa aku bisa percaya sama kamu?"
"Yaelah, Mil! Kamu itu seperti tidak mengenalku saja."
"Baiklah, aku percaya sama kamu. Tolong kamu rahasiakan keberadaanku, ya! Sebenarnya aku memang sengaja pergi dari Zando. Kamu pasti tahu apa yang terjadi belakangan ini."
"Astaga, Mila. Tapi---"
"Please, Ri! Aku mohon padamu. Kalau memang kami berjodoh, biarlah Tuhan yang mempertemukan dan mempersatukan kami---"
"Ya kalau kalian bertemu, bagaimana kalau tidak?"
"Itu berarti kami tidak berjodoh. Tapi aku percaya, bahwa kami akan bertemu dan dipersatukan dengan cara yang tidak terduga."
"Baiklah bila itu maumu. Kamu bisa pegang kata-kataku, aku tidak akan memberitahukan pada siapapun," kata Riyanti
"Terimakasih."
"Tapi boleh kan, aku minta nomor ponselmu? Nanti bagaimana aku menghubungimu untuk memberi undangan, kalau aku tidak punya nomormu?"
"Baiklah." Kamila lalu menyebutkan nomor ponselnya pada Riyanti.
"Terimakasih ya, Mil! Kalau begitu, ayo kita pulang! Atau kalian masih mau di sini?"
"Kita juga akan pulang, kok!"
Ketiganya lantas beranjak dari tempat duduknya. Dan ketika Kamila mau membayar, Riyanti menyerobot duluan.
"Biar aku yang bayar, sebagai ungkapan bahagia karena kita bisa bertemu setelah sekian lama."
"Eeemmm ... Makasih ya, Ri! Jadi merepotkanmu."
"Tidak masalah."
Selesai membayar mereka ke luar menuju kendaraan mereka masing-masing. Riyanti dan Kamila kembali berpelukan sebelum mereka berpisah.
"Aku duluan ya, Mil," pamit Riyanti.
"Hati-hati!"
Riyanti mengacungkan jempol tangan kanannya. Lalu menoleh pada Fika.
"Tolong jaga temanku ya, Fika. Bye ...." Riyanti berpesan pada Fika, sambil berdadah ria.
"Siap, Kak Ri!"
"Kita langsung pulang, Kak Milky?" tanya Fika pada Kamila.
"Memangnya kamu ada yang mau di beli?"
"Ibu tadi WA pengin dibelikan bakso."
"Oooh, kita beli yang di dekat rumah saja. Kalau beli di sini, nanti sampai rumah sudah dingin."
"Ya sudah, terserah Kakak saja, deh!"
Fika mulai menjalankan motornya meninggalkan warung, setelah memastikan Kamila duduk dengan nyaman.
"Kak ...!"
"Iya, ada apa, Fika?"
"Tadi yang dibicarakan apa dia Zando artis idola itu? Yang lagi ramai beritanya di media?"
"Kalau menurutmu siapa?"
"Kak ...! Fika nanya beneran!"
Kamila menghela napas, pandangannya menerawang jauh. Sesaat kemudian ia menunduk, lalu mengusap perutnya dengan lembut.
"Iya,... dia adalah ayah dari bayi yang kakak kandung!
Ciiiiiitttt
...*...
.
.
.
pembaca ku bilang orang sabar sawahnya lebar 😂
turu mu kemiringen
mn yg bener
...
buat ketawa ngakakk