Pembalasan Istri Terbuang

Kilatan lampu kamera tampak berulang mengerjap saat beberapa foto di ambil oleh seorang cameramen professional. Seorang model cantik asyik bergaya dengan luwes di depan kamera, menunjukkan kemahirannya dalam mempresentasikan pakaian yang sedang dikenakannya. Ia begitu bersungguh-sungguh membawakan baju yang pernah ia peragakan di atas catwalk, sampai akhirnya ia resmi menjadi brand ambasor dari brand fashion terkenal ini.

Cheryl pernah gagal terpilih menjadi brand ambassador pakaian ini sekitar beberapa bulan lalu, tetapi usahanya untuk meyakinkan sang desaigner, membuat ia akhirnya mendapat kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan desaigner yang sudah mulai mendunia ini.

Sayangnya, ini menjadi brand terakhir yang ia ajak bekerja sama. Pemotretan ini menjadi promo terakhirnya sebelum kemudian ia akan break beberapa saat dari pekerjaannya. Belakangan ini ia sudah membulatkan tekadnya untuk mengurangi aktivitasnya sebagai model, mengingat perutnya yang sudah mulai membuncit dan rencana pernikahan yang sudah di depan mata.

Setelah kurang lebih tiga bulan ia menanti dengan sabar, akhirnya Andrew memutuskan untuk meminangnya. Bukan hal yang mudah untuk meyakinkan laki-laki itu bahwa mereka memang harus mengakhiri hubungan ini dengan sebuah pernikahan.

Kondisi Andrew mulai membaik. Ia mulai bisa berpikir lebih realistis lagi setelah beberapa bulan lalu ia terpuruk oleh kepergian Anjani. Usaha Cheryl tidak sia-sia untuk memperkenalkan pria ini dengan seorang psikolog yang ia bayar mahal untuk meyakinkan Andrew bahwa dirinya tidak bersalah.

Sebanyak dan sematang itu persiapan yang dilakukan oleh Cheryl demi bisa menjadi nyonya Sanjaya. Ia sudah memutuskan mungkin satu atau dua tahun ini ia akan lebih fokus dengan keluarga kecilnya. Satu bulan lagi ia akan menikah. Banyak hal yang sudah ia siapkan, salah satunya menyelesaikan pekerjaannya sebagai brand ambassador brand fashion ini, sebelum ia break.

Wanita itu tersenyum ceria saat sesi pemotretan selesai. Ia segera menghampiri Andrew yang sedari tadi menunggunya menyelesaikan pekerjaan.

“Sayaaang… maaf bikin kamu nunggu. Udah laper belum yang?” rengekan manja itu menyadarkan Andrew yang sedang memeriksa pekerjaannya dari tablet yang sedari tadi menemaninya menunggu Cheryl.

“Oh, kamu udah selesai.” Laki-laki itu tampak terkejut. Kalimatnya tidak berlanjut karena Cheryl membekap mulutnya dengan sebuah kecupan. Ya, setelah kepergian Anjani, wanita ini sudah tidak ragi-ragu lagi menunjukkan kedekatannya dengan Andrew, satu-satunya penerus bisnis keluarga Sanjaya.

“Iya, aku udah selesai. Kamu mau makan siang sekarang yang?” Wanita itu memandangi wajah Andrew yang terlihat gelisah.

“Boleh.” Laki-laki itu tersenyum kaku.

Cheryl memandangi wajah pria itu dengan lekat. “Kamu kenapa sih Mas? Ada masalah di kantor?” ia merasa ada yang berbeda dengan kekasihnya.

“Gak apa-apa, cuma lagi banyak aja kerjaan aku.” Laki-laki itu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

“Ya udah, jangan pusing-pusing, sementara lupain dulu kerjaannya, kita makan siang dulu. Tapi  bentar, aku ganti baju dulu ya.” Wanita itu mengusap pipi Andrew lalu mengecupnya dengan sayang.

Andrew hanya mengangguk dan tersenyum kelu. Ia membiarkan wanita itu berlalu untuk berganti pakaian. Andrew memandangi hingga bahu Cheryl menghilang karena masuk ke ruang ganti.

“Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan Cheryl, tapi entah mengapa aku selalu takut untuk menceritakan masalahku sama kamu. Kamu selalu menyelesaikannya dengan cara yang berbeda, di luar nalarku,” gumam Andrew. Keberadaan wanita itu di samping Andrew memang sangat menyenangkan, tetapi banyak hal yang belakangan ini malah harus ia sembunyikan dari Cheryl. Ia selalu takut kalau Cheryl melakukan tindakan yang diluar nalar dalam memberikan pandangannya. Ia mengenal benar bagaimana nekadnya Cheryl saat harus mendapatkan sesuatu.

Di tempat berbeda, seorang laki-laki masih bergelut dengan jarum dan benang yang ia pakai untuk menjahit permukaan kulit seorang pasien. Tangannya begitu telaten menyambungkan satu benang dengan benang lainnya demi menutup luka yang masih menganga dan sudah beberapa kali Ia lakukan operatif.

“Yakin gak mau nyoba, Vin? Tangan lo bisa pegel kalau kelamaan gak di gerakin,” tanya seorang laki-laki pada pria bernama Kelvin yang hanya menjadi asistennya. Padahal ia pun seorang dokter bedah dengan spesialistik yang istimewa.

“Lo lanjutin aja.” Kelvin tetap menolaknya. Ia sudah tidak memiliki keinginan untuk menyentuh benda-benda milik sahabatnya, Bobby.

Bobby hanya mengangguk, sahabatnya ini memang selalu sulit di bujuk. Sudah hampir enam bulan ini laki-laki ini berhenti menyentuh semua alat-alat medis yang semula menjadi sahabat baik sekaligus kebanggannya. ia bahkan berhenti bekerja di salah satu rumah sakit terkenal di Singapore dan malah memilih untuk berlibur di tempat ini.

“Gue salut sama pasien ini, dia masih terus berjuang meski dalam keadaan banyak organ tubuhnya yang hancur. Gue pikir dia hanya akan bertahan selama satu minggu, ternyata udah tiga bulan aja. Penyembuhan lukanya bener-bener bagus dan cepet. Keinginan bertahan hidupnya tinggi, entah untuk alasan apa,” ujar Bobby yang menatap kagum pada wanita yang ia beri nama Mrs X.

Nama itu disematkan pada wanita yang sudah menjalani lebih dari delapan kali tindakan operasi ini. Mulai dari operasi di perutnya untuk memotong usus yang pecah, operasi di kakinya, lengan dan tulang iga serta bagian tubuh lainnya yang masih bisa di selamatkan..

Seperti saat ini, ia sedang menjalani operasi pelepasang pen di kakinya. Tulang kakinya sudah menyambung dengan baik dalam waktu singkat. Benar-benar sebuah keajaiban. Hanya saja setelah operasi pemotongan usus itu, bobot tubuh wanita ini jauh menyusut. Tidak gempal lagi seperti saat Kelvin menemukannya di tepi pantai.

Kalau kalian bertanya mengapa Bobby menamainya Mrs X, karena sampai saat ini mereka belum tahu siapa sebenarnya wanita yang mereka tolong ini. Wajahnya dipenuhi luka hingga sulit untuk dikenali. Ia juga belum bisa banyak bicara karena tulang tenggorokannya yang bergeser serta rahangnya yang patah dan masih dalam proses penyembuhan. Bobby benar, dengan begitu banyak luka di tubuhnya, wanita ini masih belum menyerah juga.

“Mungkin ada hal yang harus dia selesaikan, makanya dia gak nyerah,” komentar Kelvin sambil menatap wajah yang penuh luka itu. ia jadi mengingat saat pertama ia menemukan wanita ini. Saat itu Kelvin sedang bermain selancar di salah satu pulau kecil. Wanita ini terdampar dengan banyak luka di tubuhnya. Kelvin pikir wanita ini sudah meninggal, tetapi ternyata masih bernapas.

Kelvin segera membawa wanita ini ke rumah sakit milik sahabatnya, Bobby. Sejak saat itu, wanita ini mendapatkan perawatan dengan semua biaya yang ditanggung oleh Kelvin. Bobby benar, wanita itu sangat kuat bertahan. Hal ini yang membuat Kelvin memutuskan untuk menolongnya. Wanita ini datang di waktu yang tepat, di saat ia begitu membenci hidupnya yang memuakkan ini.

Untuk apa wanita ini terus bertahan? Bukankah menyerah lebih mudah?

****