Rere Anita, sungguh tidak menyangka kalau sang suami yang selama ini mengaku lemah syahwat ternyata memiliki selingkuhan dan anak yang sudah besar.
Mendapati fakta itu membuat Rere sakit hati karna uangnya telah banyak habis untuk menyembuhkan Sang suami yang mengaku lemah syahwat itu.
Hingga Rere mencari sosok pria bayaran yang harus bisa membantu dirinya balas dendam, dengan kekayaan Rere sebagai pancingan.
"Aku hanya membutuhkan pria m0k0nd0 saja, karna hanya untuk memuaskan aku dalam hal ranjang dan haus dahaga akan pengkhianatan suamiku." ucap Rere dengan sangat angkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
•
•
Saka berjalan dengan tatapan angkuh serta merasa paling berkuasa disaat memasuki area Mansion keluarga Anita. Semua para pelayan menunduk hormat padanya meskipun sebenarnya Saka tidak terlalu memperhatikan orang sekelilingnya. Semenjak menikah dengan Rere Anita, hal apa yang tidak Saka dapatkan.
Kedudukan tinggi, serta penghormatan dan bahkan kekayaan melimpah. Semua itu Saka dapatkan hanya karena menikahi wanita polos seperti Rere. Wanita muda yang diinginkan sang almarhum Mamanya, malah menjadi peti hartanya sekarang.
“Mama benar-benar baik, bahkan sebelum pergi selama-lamanya sudah memberikan kehidupan yang bergelimpangan harta seperti ini.” Gumam Saka di dalam hati.
Akhirnya langkah angkuh Saka terhenti di ruang tamu, ia melihat wanita tua yang sedang duduk bersantai menikmati teh hangat. Wanita itu adalah Renata, Nenek dari Rere. Satu-satunya keluarga Rere yang tersisa, disaat Ibu dan Ayah Rere mengalami kecelakaan parah belasan tahun yang lalu.
“Nenek..” Sapa Saka, ia tersenyum manis sambil duduk di sebelah wanita itu.
Nenek senang melihat Saka, ia langsung memeluk Saka dengan sangat erat. “Kau sudah pulang dari Yogyakarta?”
Pertanyaan dari Renata membuat Saka bingung, ia merasa tidak ada mengatakan akan pergi ke Yogyakarta. Lalu dari mana Nenek tahu semua itu, apakah dari Rere?
“Sudah, Nek. Mengurus masalah Perusahaan yang tidak bisa dibereskan oleh Rere, bukankah itu tugas suami selalu membantu istrinya?” Alasan yang masuk akal dari mulut yang tidak dapat dipercaya.
Renata tersenyum sembari mengangguk, ia menggenggam erat tangan Saka. “Terimakasih selalu membantu Rere, Nak. Dia benar-benar beruntung memiliki suami seperti mu,” ujar Renata disertai senyuman manisnya.
Saka mengambil teh hangat dimeja memberikannya teh tersebut kepada Nenek. “Diminum sampai habis dulu, Nek. Nanti sudah dingin malah tidak enak,” Saka sangat lembut berkata dengan Renata, semua itu hanya palsu, palsu!
Renata menghabiskan satu gelas teh hangat tersebut, lalu ia meletakkan kembali gelas kosong di meja. “Apakah Rere masih juga sering merepotkan dirimu, Saka?”
Alasan pertama Renata bertanya seperti itu karena Saka sering bercerita hal buruk tentang Rere. “Sudah tidak terlalu, Nek. Aku sadar, mungkin saja sikap Rere seperti itu karena memikirkan kami yang tidak kunjung juga memiliki anak.” Jelas Saka, mencoba tersenyum palsu.
Renata menghela napas panjang, ia menenangkan Saka dengan mengelus telapak tangan cucu menantunya itu. “Rere memang sedikit egois, tapi tidak dipungkiri dirinya seperti itu karena kurang kasih sayang orang tua.”
Kembali Renata saling tatap dengan sangat serius kepada Saka, ia sangat berharap Saka bisa menjaga dan selalu ada bersama di sisi Rere selamanya.
“Nenek harap kau tetap bersama dengan Rere apapun yang terjadi,” Ucap Renata penuh harap kepada Saka.
Saka mengangguk mantap, bersama dengan uang berbentuk Rere sudah pasti dirinya sangat mau untuk melakukan itu.
“Aku sangat mencintai Rere, Nek. Kalau tidak dengannya maka tidak akan dengan yang lain, itu janjiku.” Ujar Saka dengan penuh keyakinan, hingga hati Renata menghangat mendengar semua itu.
Suara high heels membuat Renata dan Saka menatap keasal suara, terlihat Rere berjalan kearah mereka. Rere memakai dress mahal berwarna hitam, ia tersenyum kepada Renata serta Saka.
“Mas baru saja sampai?” Tanya Rere, ia memeluk Saka dulu sebagai sambutan pertama.
Tentu saja Saka membalas pelukan dari Rere itu dengan penuh kasih, sementara Rere seakan mau menangis. Memeluk Saka membuat Rere terbayang dengan wanita bernama Zoya itu serta anak mereka berdua. Berusaha untuk tetap kuat dan tegar, berusaha sekuat mungkin Rere menutupi segala rasa sakit yang ada.
“Aku merindukan dirimu..” Saka memeluk Rere lebih erat, hingga jatuh sudah air mata Rere yang seharusnya tidak keluar bukan.
Cepat-cepat tangan Rere menghapus air mata yang tidak diinginkan itu, ia melera pelukan tersebut sambil tersenyum kepada Saka.
“Maafkan aku, sayang. Pekerjaan di Kantor sangat banyak, tapi tenang saja.. Mungkin sampai dua bulan kedepan aku hanya akan fokus padamu saja.” Ujar Saka, ia mengarahkan Rere agar duduk disampingnya.
Rere tersenyum saja mendengar apa yang dikatakan Saka, padahal yang sebenarnya didalam hati semakin sakit Rere mendengar segala kebohongan itu.
“Rere, sebaiknya segera untuk melakukan promil. Agar kau segera hamil, kasian Saka tidak kunjung memiliki anak karena keegoisan dirimu.” Ucap Renata tanpa beban sedikitpun.
Tidak ada jawaban apapun dari Rere, ia hanya terdiam membisu sambil menatap kearah Saka. “Wanita sibuk tidak hanya dirimu, jangan egois mempertaruhkan kebahagiaan Saka diatas pekerjaan mu.” Ucap Renata lagi, ia berlalu pergi setelah mengatakan hal se menyakitkan itu pada Rere.
Kedua tangan Rere saling mengepal erat, mengapa dirinya yang harus disalahkan dalam segala hal.
“Aku tidak tahu hal apa yang membuat Nenek bisa mengatakan hal itu, apa Mas menyalahkan aku kepada Nenek padahal Mas sendiri yang lemah syahwat?” Tanya Rere tanpa menyaring kata-kata nya dahulu.
“Pelan-pelan membicarakan kelemahanku, Rere. Pelan-pelan!” Saka mendaratkan jari telunjuknya menuju bibir Rere agar perkataan tidak diinginkan jangan sampai terdengar oleh Renata.
Rere menyingkirkan jari Saka, ntah mengapa kali ini emosinya sangat memuncak. “Oh begitu, kalau kelemahan ku semua orang harus dengar sementara kalau Mas.. Harus bicara dengan pelan-pelan? Apakah semua itu adil, Mas?” Tanya Rere, ia sudah bangkit dari duduknya.
Ikut bangkit, ya Saka ikut bangkit untuk bicara dengan mudah kepada istri pertamanya itu. Saka meraih tangan Rere, mengelus tangan tersebut dengan usapan yang membuat Rere tenang. Padahal yang sebenarnya semakin banyak hal yang dilakukan Saka maka akan semakin membara hati Rere Anita.
“Bukan begitu, sayang. Dengarkan Mas dulu ya..” Saka memeluk Rere, ia menenangkan wanita itu dengan cara seperti biasa.
Sungguh sakit hati Rere mendapati semua perlakuan palsu itu, nyatanya semua perlakuan manis inilah yang membuat Rere tertipu habis-habisan.
“Tidak mungkin Mas mengatakan kalau kita belum pernah saling menyentuh bukan? Nenek akan marah nanti mendengar semua itu..” Ujar Saka, ia berusaha membuat Rere mengerti dengan cara paling egois versi Saka.
baruu nii suka 👍😁😁