Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Leona telah merapikan beberapa barang yang akan dibawanya menuju akademi Moon Shadow yang terletak di timur laut kota Eige. Lebih tepatnya pinggir kota dan sedikit masuk ke dalam hutan.
Sekarang sudah memasuki musim gugur dan pendaftaran akan dimulai tiga hari lagi, jadi mulai besok Leona akan pergi seorang diri ke pinggir kota Eige. Arelle dan Kazuma ingin ikut, namun dia melarangnya dan menyuruh merawat mantan budak yang dia bawa beberapa waktu lalu.
Sementara itu Jim tengah sibuk dengan tugas barunya, yaitu membangun ulang desa sesuai dengan peta dan tata letak yang di berikan oleh Leona.
Awalnya semua warga menolak, tetapi setelah Leona membantu Jim dengan memberi penjelasan dan pengertian pada penduduk desa, mereka akhirnya sepakat membangun di lokasi yang telah di tentukan sesuai dengan peta yang telah di gambar oleh Leona.
Jim sangat kagum dengan kecerdasan Leona. Dia seakan memungut berlian langka asli yang di buang demi sebongkah berlian imitasi. Jika duke Castallio maupun keluarga kerajaan mengetahui hal ini, sudah pasti dia akan menangis darah meskipun mulut gadis itu sangat frontal tanpa filter.
Jim menghampiri Leona yang kini sibuk menggambar sesuatu. Dia yang penasaran memutuskan mengintip dan ternyata keponakannya itu menggambar sebuah benda yang terlihat aneh namun indah, lengkap dengan detailnya.
"Karena bagi perempuan, riasan sangat penting. Jika beraktivitas diluar, riasan akan mudah luntur jadi aku merancang sebuah wadah agar mudah di bawa kemanapun. Jadi para pelayan tidak akan kerepotan membawa alat rias yang berat dan banyak." Jelas Leona panjang lebar seakan mengetahui isi pikiran sang paman.
Jim yang kurang mengerti tentang riasan hanya diam memperhatikan.
"Kualitasnya sangat bagus dan cocok untuk semua jenis kulit. Harganya cukup terjangkau untuk masyarakat umum. Untuk menggaet bangsawan, maka kemasannya harus artistik." Imbuhnya lagi.
"Kau benar-benar jenius." Puji Jim bangga.
"Aku memang jenius, Paman." Sahut Leona sambil mengibaskan rambut emonya dengan bangga.
"Jangan terlalu dewasa untuk usiamu yang masih anak-anak."
"Aku sudah remaja, Paman. Lagipula jiwaku memang sudah jompo." Sengit Leona. Memang jiwa yang merasuki tubuh Leona berusia dua puluh lima tahun ditambah lagi berada di dimensi milik Hagoromo selama lima tahun. Berarti usia jiwa Leona tiga puluh tahun.
Jim yang mendengar ucapan Leona hanya bisa menghela nafas jengkel. Keadaan di kediaman Duke memaksa gadis itu bersikap dewasa terlalu dini.
"Setidaknya nikmati masa remajamu." Ucap Jim lembut.
"Setidaknya Paman cari istri saja sana. Bukankah usia Paman sangat cocok untuk menikah?" Sahut Leona yang membuat beberapa pelayan yang berada di sana merinding. Jim melotot kaget mendengar perkataan Leona.
"Aku belum menemukan orang yang menarik hatiku." Sahut Jim setelah terdiam beberapa lama.
"Ho~ Apakah aku harus menyiapkan pisau untuk membedah perut Paman lalu menyuruh gadis-gadis untuk menariknya? Siapa tau salah satu diantara mereka bisa membuat hati Paman berdebar." Sahut Leona kejam yang membuat Jim langsung menjitak kepala keponakannya dengan sayang.
Pelayan yang berada di sana hanya bisa mengelus dada. Mungkin mereka perlu menyiapkan mental untuk menghadapi nona baru di kediaman yang bisa menguras emosi.
💠💠💠💠
Iris tengah menghadiri pesta teh yang diadakan oleh salah satu bangsawan dengan menggunakan gaun mewah bewarna pink pastel. Rambut cokelat mendekati pirangnya ditata sedemikian rupa dengan aneka perhiasan menghiasi kepalanya.
"Terimakasih sudah datang, Nona Iris. Silahkan bergabung dengan lady uang yang lainnya." Ucap sang pemilik salon, putri count Thereva.
Setelah Iris bergabung, acara pesta minum teh segera dimulai dengan Nona Thereva memakan hidangan terlebih dahulu.
"Aku dengar putri kandung Duke Castallio diusir dari kediamannya." Ucap salah satu lady memulai pembicaraan.
"Katanya dia diusir karena tidak memiliki mana dan tidak bisa sihir. Apa itu benar, Nona Iris?" Tanya bangsawan lainnya penasaran.
Iris meletakkan cangkir tehnya dengan elegan dan menjawab dengan nada sedihnya. "Benar. Dia diusir karena tidak bisa sihir dan tidak memiliki mana. Dia juga sering menyiksaku karena iri. Padahal aku hanya ingin akrab dengannya."
"Astaga, kejamnya."
"Dia memang pantas mendapatkannya."
Iris yang mendengar hal itu diam-diam tersenyum puas. Dia berhasil menjatuhkan Leona yang bahkan tidak bergaul dengan bangsawan lain. Namun tanpa disadari Iris, lady Thereva melihat hal itu yang membuatnya curiga.
"Tapi kenapa Duke menyayangi putri angkatnya dan membuang putri kandungnya sendiri? Jika aku di posisi nya, mungkin aku melakukan hal yang sama." Celetuk lady Thereva. Seketika senyum Iris menghilang.
Sudah menjadi hal umum jika Duke Castallio lebih menyayangi putri angkatnya dan telah mengusir putrinya sendiri.
"Coba kalian bayangkan jika ayah kalian membawa seorang anak lain lalu mulai melupakan kalian yang anak kandungnya. Jika dia saudara tiri, tidak masalah. Namun bagaimana jika dia tidak ada hubungan apapun dengan keluarga kalian?" Tanya lady Thereva tajam dan melirik Iris yang kini tertunduk dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata.
Diam-diam lady Thereva menyelidiki kediaman Duke Castallio. Jika dia mendengar sebuah rumor, maka lady Thereva akan menyelidikinya sampai tuntas.
"Aku mungkin akan menghalalkan segala cara untuk mengusir nya."
"Aku tidak mampu membayangkannya. Tapi aku mungkin bisa gila."
" Benar. Kadang banyak rakyat biasa diangkat menjadi bangsawan lalu bertingkah sesukanya. Namun akhirnya di buang juga."
"Kadang orang luar ingin mengusir pemilik rumah itu. Benar-benar menjijikkan." Imbuh yang lain.
Iris diam-diam mengepalkan tangannya. Kenapa jadi seperti ini?
"Bahkan seorang anak angkat bisa lupa dengan posisinya dan mempermalukan keluarga yang telah mengadopsinya, bukan begitu Nona Iris?" Sindir lady Thereva.
Iris yang asik melamun tiba-tiba tersentak saat namanya di panggil.
"Ah, iya?" Iris yang asik melamun hanya menatap mereka kebingungan.
"Sepertinya Anda tidak enak badan, ya?" Tanya seorang nona bangsawan dengan nada khawatir yang di buat-buat.
"A-ah, sepertinya begitu. Saya undur diri lebih dulu karena tidak enak badan." Pamit Iris sopan.
"Baiklah, Nona Iris. Terimakasih telah datang ke pesta teh saya." Ucap lady Thereva dengan senyum manis yang di buat-buat.
Setelah Iris pergi, senyum lady Thereva menghilang di wajahnya.
"Lihatlah si Nona palsu itu, benar-benar menjijikkan." Ucap salah satu bangsawan dengan nada merendahkan.
"Tampangnya itu membuatku mual. Tidak tau malu sama sekali." Lanjut yang lainnya.
"Sejak dulu aku selalu mengundang lady Castallio yang asli, mengingat dia kerabat jauh dari ibuku. Kenapa dia yang datang? Dia bukan siapa-siapa jika bukan di pungut oleh Duke Castallio." Cibir lady Thereva kesal.
"Seakan-akan dia adalah anak dari Duchess Miria. Kacang yang lupa akan kulitnya."
Iris tidak benar-benar pergi mendengar pembicaraan mereka. Seketika air mata membasahi pipinya. Kebencian pada Leona semakin meningkat.
"Padahal aku dan ibu ingin bertemu dengan sepupu kami yang telah lama terpisah. Iris itu bukan sepupuku meskipun cuma anak angkat Castallio!" Teriaknya marah.
Iris tidak tau jika lady Thereva adalah sepupu Leona. Seketika rasa takut menyelimuti hatinya dan dia buru-buru pergi dari sana.
💠💠💠💠
Jim menatap Leona lekat-lekat membuat gadis itu kebingungan dan salah tingkah. Apakah pamannya ini ingin menyatakan cinta atau ingin melamarnya? Jika iya, maka dia harus menendang Jim saat ini juga.
"Leona, jadilah putriku."
'Uhuk'
Leona tersedak lemonade miliknya.
'Krompyang'
Seorang pelayan tidak sengaja menjatuhkan nampan berisi cangkir dan gelas saat mendengar perkataan Jim.
"Maaf, akan saya bereskan." Ucapnya sambil buru-buru membersihkan kekacauan buatannya.
"Paman salah makan?" Tanya Leona dengan dahi berkerut.
"Tidak. Aku serius. Bagi klan Tigries, jika mengusir seseorang di depan orang banyak, itu adalah penghinaan dan keberadaannya tidak pernah di harapkan." Jelas Jim.
"Kenapa Paman tidak menikah saja lalu punya anak?" Tanya Leona.
"Aku malas."
Leona dan pelayan yang berada di sana sweatdrop mendengarnya.
"Apa Paman pecinta sesama jenis?"
Sebuah bantal melayang kearahnya dan mendarat telat di wajah Leona.
"Bicara mu jangan ngawur begitu." Kesal Jim.
Leona hanya nyengir tanpa dosa.