NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Membuat Pedang

Malam hari itu, Lin Tian sedang duduk berdiam diri di kamarnya sambil membaca sebuah buku. Dia duduk di bangku sudut kamar yang lengkap dengan meja dan sebuah lilin untuk penerangan, jendela kamarnya sengaja ia buka agar udara luar bisa masuk sekaligus dirinya bisa melihat pemandangan langit malam yang sangat indah.

Sudah dua jam lamanya pemuda ini duduk disana, tidak bergerak sedikitpun seperti sebuah arca. Ia hanya bergerak ketika tangannya membalik-balikkan halaman buku itu.

Buku apa sebenarnya yang bisa membuat Lin Tian menjadi sebuah arca seperti itu? Ya, buku itu adalah buku Ketenangan Batin. Sebuah buku yang tak jelas apa isinya dan tak jelas pula termasuk jenis buku apakah itu. Dibilang buku sajak bukan, dibilang buku silat juga bukan, sungguh buku yang tidak jelas.

Buku itu tidak telalu tebal, tapi tidak juga terlalu tipis sehingga saat ini Lin Tian sudah membaca buku itu berulang-ulang entah untuk keberapa kalinya. Mengapa Lin Tian bisa betah terus-menerus membaca buku tak jelas itu selama dua jam penuh? Karena memang saat ini dirinya tidak mempunyai hiburan lain selain membaca buku itu.

"Haaahh..." Terdengar helaan nafas panjang keluar dari mulit Lin Tian.

"Entah sudah berapa kali kubaca buku ini tapi hasilnya tetap sama saja, sampai sekarang aku masih belum bisa memetik satupun inti sari dari buku ini. Sebenarnya kau ini buku apa sih!!?" Guman Lin Tian kesal.

Sebenarnya sudah ratusan kali terbesit di dalam pikiran Lin Tian untuk membuang buku itu, akan tetapi entah mengapa setiap kali dia ingin membuangnya, timbul perasaan enggan di hatinya yang membuatnya tidak jadi membuang buku tersebut. Sama halnya dengan sekarang ini, ingin sekali dirinya merobek-robek buku itu tetapi ia urungkan niatnya dan memilih untuk tidur.

*******

Pagi hari Lin Tian bangun dari mimpi indahnya, ia lalu bangkit dan membuka jendela kamar. Terasa olehnya hembusan udara sejuk dipagi hari yang menenangkan tepat ketika ia membuka jendela, terlihat pula di ujung Timur matahari yang masih nampak kemerahan perlahan-lahan bergerak naik menyinari jagad raya.

Indra pendengarannya juga menangkap suara-suara burung yang saling bersahutan di sana-sini seakan-akan mereka sedang berlomba untuk membuktikan suara kicauan siapa yang paling bagus. Pemuda ini juga mendengar suara kokok ayam jantan yang entah ayam dari mana yang mulai duluan.

Lin Tian menutup matanya sambil menarik nafas panjang untuk menikmati suasana pagi ini. Tak lama setelah itu, ia pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, pemuda ini sudah keluar dengan setelan baju yang sama seperti kemarin, baju berwarna merah gelap. Karena tak ada pakaian lain yang ia miliki, sehingga mau tidak mau dirinya harus memakai kembali baju itu.

Tak berselang lama, Lin Tian kembali memikul bungkusan kristalnya dan pergi turun ke lantai bawah.

Ketika pemuda ini sampai di lantai bawah, dia mendengar sebuah percakapan dari dua orang pengunjung yang cukup menarik perhatiannya. Ia kemudian menghentikan langkahnya sejenak untuk ikut mendengarkan.

"Apa katamu?? Kau bilang keluarga Xiao akan bergabung dengan keluarga Hu bulan depan?? Jangan bercanda!!?" Tanya seorang pria berumur tiga puluh tahunan kepada temannya.

"Aku tidak bercanda! Apa kau belum mengetahui kabar itu, ada kabar burung yang mengatakan jika pemimpin keluarga Xiao akan memberikan jabatannya kepada seorang Tuan muda dari keluarga Hu. Karena hal itulah maka keluaga Xiao akan bergabung dengan keluarga Hu." Jawab temannya itu.

"Tak mungkin...jika hal itu terjadi, keseimbangan dari ketujuh keluarga penguasa akan goyah, dan kita rakyat biasalah yang akan menjadi korban." Ucap pria pertama dengan raut wajah serius.

"Memang benar, aku juga setuju denganmu. Cih!! dari dulu aku sangat membenci dengan keluarga Hu itu, andai saja tidak ada keluarga Xiao, mungkin kota kita ini sudah jatuh ketangan mereka. Dan sekarang, pemimpin keluarga Xiao ingin memberikan jabatannya kepada tuan muda keluarga Hu, apa orang itu sudah gila!??" Ujar pria kedua dengan berapi-api dan penuh amarah.

Lin Tian merasa tertarik dengan percakapan tersebut. Keluarga Xiao akan begabung dengan keluarga Hu? Bukankah keluarga Xiao adalah keluarga milik tiga wanita itu? Demikianlah pikir Lin Tian yang kaget sekaligus heran.

Setelah itu ia pergi ke meja kasir untuk menanyakan sesuatu.

"Maaf Nona, bisakah kau memberitahuku dimana letak pandai besi terbaik di kota ini?" Tanya Lin Tian kepada penjaga kasir tersebut.

"Oh...jika anda mencari seorang pandai besi, di ujung selatan kota ini terdapat sebuah pandai besi terbaik di seluruh kota bahkan mungkin di seluruh wilayah Selatan ini, anda bisa datang sendiri kesana Tuan." Jawab penjaga kasir ramah.

"Baiklah, terimakasih atas informasinya."

"Sama-sama dan terimakasih atas kunjungannya Tuan." Penjaga kasir itu berkata sambil menundukkan badannya.

Kemudian, Lin Tian bergegas untuk pergi ke selatan kota mencari keberadaan pandai besi tersebut.

*******

Lima belas menit berlalu, akhirnya Lin Tian telah sampai di depan sebuah bangunan yang di atas pintu masuknya terdapat tulisan 'Pandai Besi Selatan'. Langsung saja pemuda ini melangkahkan kakinya memasuki tempat tersebut.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah banyak sekali senjata dan pusaka yang tergantung di dinding ruangan depan, ada juga beberapa armor perang yang terbuat daripada baja tersusun rapih disetiap sudut ruangan.

Tempat itu tidak terlalu besar, tetapi cukup banyak orang yang datang untuk melihat-lihat pajangan senjata disana. Kemudian terlihat seorang pria setengah tua mendatangi Lin Tian. "Selamat datang di panda besi kami Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya orang itu ramah.

"Apa disini aku bisa memesan sebuah pedang?"

"Tentu saja! Tuan ini agaknya seorang pendekar ya!? Jika ingin memesan senjata, mohon tunggu terlebih dahulu di sebelah sana, saya akan meamanggilkan salah satu penempa pedang kami." Ucap pria itu ramah sambil mempersilahkan Lin Tian untuk duduk disebuah kursi yang sudah disiapkan di sana.

"Baiklah."

Tak berselang lama, datanglah pria tadi bersama seorang pria berotot dari ruangan dalam. Agaknya pria berotot itulah yang dimaksud orang tadi sebagai penempa pedang.

"Selamat datang Tuan, saya dengar anda ingin membuat pedang? Jika memang begitu, saya mungkin bisa membantu untuk membuatkan pedang keinginan Tuan." Walau pria berotot itu terkesan mengerikan, tapi tutur katanya sangat sopan dan halus.

"Ya, aku memang ingin membuat pedang, ini aku sudah membawa bahan utamanya. Aku ingin agar bilah pedangku nanti terbuat dari benda ini tanpa campuran apa pun. Apa kau bisa?" Tanya Lin Tian sambil menunjukkan bungkusan kristalnya.

"Tentu saja saya bisa Tuan. Tapi sebelum itu, saya akan melihat benda bawaan anda ini."

"Silahkan."

Setelah mendapat persetujuan dari Lin Tian, pria itu langsung menggerakkan tangan dengan tujuan membuka bungkusan itu. Akan tetapi baru saja jari telunjuknya menyentuh bungkusan kristal, pria berotot itu langsung berteriak dan terlonjak kaget.

"Hwaaaa!!"

Hal ini sontak membuat para pengunjung lain terkejut dan secara refleks menolehkan kepalanya kearah pria berotot itu. Pria setengah tua yang berada di sampinya juga terkejut melihat rakannya tiba-tiba berteriak seperti itu.

"Ada apa? apa yang terjadi." Ucapnya panik.

"Hah...hah...T-tuan, jika saya boleh tau, a-a-apa isi bungkusan itu?" Tanyanya dengan gugup, tanpa sadar dahi pria ini sudah mengeluarkan keringat dingin karena saking kaget dan ngeri mengingat kejadian barusan.

"Hm...kita sudah menjadi perhatian banyak orang, bisakah aku menunjukkan ini di sebuah ruangan yang lebih tertutup." Tanya Lin Tian santai yang sudah bisa menebak hal ini akan terjadi.

"T-tentu saja Tuan, mari ikut saya." Kali ini si pria setengah tua yang menjawab.

Kemudian Lin Tian diajak menuju ke sebuah ruangan yang berukuran kurang lebih dua kali empat meter. Di tengah ruangan itu terdapat dua buah kursi yang dipisahkan oleh meja kayu.

"Ruangan yang bagus, baiklah akan kutunjukkan isi dari bungkusan ini." Sedetik kemudian, Lin Tian sudah membuka bungkusan itu yang membuat kedua orang di hadapannya berdiri bengong sekaligus kagum melihat isi bungkusan tersebut.

Ternyata isi bungkusan itu adalah sebuah kristal yang tingginya sejajar dengan leher Lin Tian. Kristal itu berwarna putih kebiruan dengan diameter kurang lebih sebesar paha orang dewasa. Kristal itu juga mengeluarkan sedikit cahaya yang membuat ruang tersebut menjadi lebih terang.

"Woahhh....indah sekali..." Ucap pria berotot tanpa sadar.

"Inilah bahan utama dari pedangku. Kuulangi lagi, aku ingin bilah pedangku nanti murni menggunakan kristal ini." Kembali Lin Tian mengajukan permintaannya.

"B-b-baiklah Tuan, tunggu sebentar akan saya panggilkan ketua terlebih dahulu. Agaknya hanya beliaulah yang mampu membuatkan pedang dari bahan ini untuk anda." Kata pria berotot yang langsung berlari keluar ruangan.

Tak berselang lama, datanglah seorang pria tua yang kira-kira sudah berumur enam puluh tahun. Tetapi ada yang sedikit berbeda dari kakek satu ini, yaitu bagian tubuhnya sudah tidak utuh lagi. Ya, kaki kiri kakek itu buntung selutut yang membuatnya harus menggunkan sebuah tongkat bambu untuk membantunya berjalan.

"Ketua, inilah Tuan yang ingin membuat pedang." Ucap pria berotot tersebut kepada kakek buntung yang ia panggil ketua itu.

"Hm...hm...jadi begitu, Tuan apa kau benar ingin membuat pedang dari kristal itu." Kakek itu berkata sambil menudingkan salah satu jarinya kearah kristal tersebut.

"Ya, benar. Aku ingin minta tolong untuk dibuatkan pedang dari kristal ini, apa anda bisa?"

Kakek itu tidak menjawab pertanyaan Lin Tian melainkan mendekati kristal itu dan menyentuhnya. Ekspresinya langsung berubah tatkala telapak tangannya menyentuh badan kristal.

Dingin sekali, batinnya. Tetapi kakek ini tidak seperti Bao Chu atau pria berotot itu, ternyata dia masih bisa bertahan setelah menyentuh kristal tersebut.

"Kakek ini bukan orang biasa." Batin Lin Tian sambil melirik kearah kakek tersebut.

Tak lama kemudian, kakek itu melepaskan tangannya dan berkata, "Baiklah, aku bisa membuatnya. Untuk biayanya, aku belum bisa mengatakannya sekarang, karena aku sendiripun tidak tau akan sesulit apa membuat pedang dari kristal ini. Apa kau tak masalah?"

"Tentu saja, asalkan hasilnya nanti tidak mengecewakanku."

"Baiklah kalau begitu, datanglah lagi kemari satu minggu dari sekarang untuk mengambil pedangmu." Ucapnya seraya mengambil kristal itu dan membawanya pergi.

Setelah itu Lin Tian langsung pamit untuk undur diri.

"Hah....sekarang waktunya untuk memenuhi janji." Batin Lin Tian yang kini sudah berjalan menuju kearah Timur kota.

|•BERSAMBUNG•|

1
ABDUL MALIK
Luar biasa
Ambara Sugun
kenapa tidak dijarah kekayaannya
Arsi Oke
Lumayan
Khoirul Anam
Luar biasa
Rino Wengi
kenapa penjahat nggak dibunuh? nambah musuh doang
ahmad sudrajat
Luar biasa
Ambara Sugun
ternyata pedang dewi salju kalah dgn clurit hahaaa
Ambara Sugun
thor lupa ya lin tian punya cincin ruang
pecahan_misteri
p
Wan Trado
burung pengantar surat biasanya sudah terlatih dan hanya akan melalui rute atau tempat yg sudah dilatih sebelumnya, tidak mungkin burung pos tau rute yg belum pernah dia jalani
Wan Trado
yah tongkat si budiman dibawa bawa
Wan Trado
putra putri kaisar berjalan jauh tanpa pengawalan
Wan Trado
sempat berpikir dalam kebimbangan ya, ini pertempuran bukan pembicaraan, gunakan reflek dan instingmu hadeehh..
Wan Trado
tidak tau berterimakasih kau yaa😠
Wan Trado
seorang guru biasanya akan melepas muridnya apabila ilmu yg diturunkan sudah sempurna
Wan Trado
sombongnya, merasa sudah hebat sekali ya.. mau diangkat jadi murid sepertinya enggan pula..
Wan Trado
kenapa harus senior ya bahasanya
Wan Trado
terlalu berpikiran bijak dalam menyelesaikan masalah padahal usianya masih remaja dan besar digunung, jadi agak aneh
Wan Trado
sepertinya terlalu lancang, baru pertama kali bertemu sudah menanyakan hal tentang keluarga
Wan Trado
dijaman saat itu belum dikenal hitungan waktu dalam menit dan jam, tapi biasanya ukuran waktunya sepeminuman teh, sepenanak nasi dsbnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!