NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

Daniah Hanania Eqbal, gadis lulusan ilmu kedokteran itu sedang menjalani KOAS di Rumah Sakit Harapan Keluarga. Selama menjalankan KOAS, ia harus berhadapan dengan Dokter pembimbingnya yang galak. Dokter Arrazi Dabith Dzaki.
Arrazi memang terkenal Dokter paling galak diantara Dokter lain yang membimbing para anak KOAS, namun ketika berhadapan dengan pasien kegalakan Arrazi anyep,baik hilang di balik wajah tampan bin manisnya.
Suatu ketika Basim meminta Daniah untuk mengabulkan keinginannya, yaitu menikah dengan cucu dari sahabatnya, guna menepati janji mereka. Daniah tidak menolak atau mengiyakan, ia hanya meminta waktu untuk memikirkan keinginan Kakeknya itu. Namun saat tahu laki-laki yang di jodohkan kepadanya adalah cucu dari pemilik Rumah Sakit tempatnya KOAS, Daniah dengan senang hati langsung menerima, selain sudah kenal dengan laki-laki itu, Daniah pun berencana akan menggunakan kekuasaannya sebagai istri cucunya pemilik Rumah Sakit Harapan Keluarga untuk menendang Dokter itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 27 : PERLAKUAN MANIS

"Ikut saya, Nia." ajak Arrazi langsung meraih tangan Daniah yang saat itu baru masuk ke kamar setelah dari dapur.

"Mau kemana Mas?"

"Jalan."

"Jalan?" ucap Daniah mengulangi jawaban sang suami.

Daniah mengikuti langkah suaminya menuju depan rumah. Tangan Daniah terlepas dari genggaman saat Arrazi menghampiri, lalu menaiki motor yang sudah terparkir di depan rumah, kemudian memberikan Daniah helm berwarna silver, setelah dirinya sudah memakai helm dengan warna yang sama.

"Ini pakai. Ayo naik." perintah Arrazi.

Setelah Daniah memakai helm, ia naik di jok motor belakang suaminya. Menuruti perintah sang suami.

"Kita mau jalan kemana Mas?" tanya Daniah saat Arrazi sudah melajukan motor meninggalkan rumah Kakeknya.

"Nggak usah banyak tanya. Ikut aja."

Jawaban itu membuat Daniah mencebikkan bibirnya.

"Aneh banget, orang cuma tanya mau kemana, jawaban kayak gitu. Harusnya ngasih tau mau kemana. Ah, lagian gue kenapa ikut aja sih. Dahlah terserah dia mau kemana. Asal nggak bawa gue ke beda alam aja." gerutu Daniah.

"APA?" teriak Daniah, seperti mendengar suara Arrazi memanggilnya.

"Pegangan ke saya Daniah!" kali ini Daniah benar-benar mendengar suara sang suami dan apa yang dikatakannya itu. Bukan halusinasi.

"Emang boleh?" tanya Daniah dengan suara keras memastikan kalau yang didengarnya tidak salah.

Arrazi menyuruhnya untuk pegangan kepadanya? Bukannya kemarin dia melarang Daniah untuk berpegangan kepadanya kecuali di depan Kakek dan Nenek? Apa ego nya mulai luntur karena masih merasa bersalah soal kemarin?

Bukannya menjawab, Arrazi malah me-rem mendadak, membuat tangan Daniah reflek memeluk pinggang sang suami.

"Udah nggak usah di lepas, nanti kamu jatuh." ujar Arrazi saat merasakan pelukan Daniah di belakangnya yang tadinya erat, nggak melonggar.

Setelah merasakan pelukan itu erat kembali, Arrazi kemudian melajukan kembali motornya dengan senyum tipis di bibirnya. Hei! Siapa yang berani disko di dada Daniah? Kencang banget degupannya!

***

"Mas kok nggak bilang sih kalau mau main ke sini?" protes Daniah saat Arrazi memarkirkan motor di parkiran salah satu tempat wisata di Bandung. Setelah menempuh satu jam perjalanan.

"Nenek suruh saya ajak kamu ke sini. Turun." ujar Arrazi, lalu memerintahkan istrinya untuk turun.

Daniah menuruti perintah suaminya itu. Ia turun dari motor, melepaskan helm dan memberikan helm kepada Arrazi.

"Ayo." ajak Arrazi setelah turun dari motor dan menyimpan helm di motor.

"Mas, aku nggak bawa uan. Liat juga nih aku pake baju kayak gini, belum dandan lagi. Ish kamu ngajakinnya dadakan, nggak ngasih tau!" omel Daniah dengan merajuk.

Arrazi hanya diam memperhatikan istrinya. Penampilan Daniah tidak buruk. Ia mengenakan kaos oversize berwarna sage dengan lengan pendek juga celana bahan panjang warna senada, menggunakan summer slipper sandal berwarna putih. Wajah Daniah juga terlihat fresh dan imut tanpa sentuhan makeup. Rambutnya yang bergelombang itu dikuncir.

"Mas ih malah bengong. Kamu tuh harusnya bilang kalau mau ngajak aku kesini! Kan biar aku nyiapin apa aja yang harus di bawa! Sepersen pun uang aku nggak bawa Mas!" lanjut Daniah mengomeli suaminya yang mengajaknya main ke tempat wisata dengan sangat dadakan.

"Pakai uang saya." ujar Arrazi datar.

"Ck! Tapi HP juga nggak bawa Mas......."

"Pake HP saya."

Daniah mendengus kesal. Bukan itu masalahnya! Daniah ingin mengabdikan momen dengan memotret di HP-Nya, juga ingin menelpon keluarganya terutama ingin pamer kepada Fadillah yang suka iri kalau dirinya pergi ke tempat wisata.

"Ayo." ajak Arrazi lagi, Daniah tetap bergeming di tempatnya.

"Mas."

"Apalagi?"

"Penampilan aku jelek gini, kamu nggak malu apa?" lirih Daniah merentangkan tangannya untuk memperlihatkan kepada suaminya kalau penampilannya kurang bagus, apalagi kalau jalan berdua dengan Arrazi yang terlihat begitu cool.

Suaminya itu mengenakan celana jeans dengan kaos putih dan jaket bomber berwarna terracotta, sepatu sneaker berwarna putih. Beda dengan Daniah yang terlihat pakaiannya begitu santai. Apalagi sandal yang dipakai.

"Nggak masalah." ujar Arrazi kembali memperhatikan penampilan sang istri. Mendengar jawaban sang suami, Daniah mencebikkan bibirnya.

Arrazi menghela nafas melihat ekspresi wajah istrinya yang begitu menggemaskan. Arrazi mendekat lalu menarik tali yang mengikat rambut istrinya itu dengan satu kali tarikan. Rambut bergelombang istrinya itu langsung terurai, ala iklan shampo. Di tambah tiupan angin meniup rambut yang baru tergerai itu, ikut mendramatisir.

"Cantik." ucap Arrazi dengan spontan.

Sementara Daniah terdiam kaget atas pujian dan perlakuan sang suami, rona merah di pipinya pun muncul begitu saja, menambah kesan cantik di wajahnya. Tersadar dari pesona sang istri, Arrazi langsung mengerjapkan mata. Ia meraih tangan Daniah dan menggenggamnya.

"Ayo Daniah, semakin siang semakin panas nanti." ujar Arrazi mengalihkan. Lalu memasuki kawasan wisata bersama sambil bergandengan tangan.

Ooohhh jangan di tanya bagaimana perasaan Daniah saat ini. Nano nano bestie, kesal iya, marah iya, senang iya, salting iya, pengen jingkrak-jingkrak juga iya....ahhh pokoknya begitulah.

Tangan Daniah tak lepas dalam genggaman sang suami sambil menyusuri kawasan yang yang memperlihatkan keindaan alam yang alami dan taman bunga serta ikon tempat wisata itu.

"Cantik banget Mas!" seru Daniah memuji pemandangan alam yang begitu indah di sekelilingnya, pemandangan alam yang begitu memanjakan mata didominasi dengan warna-warna pastel yang ikut menghiasi kawasan.

"Mau foto?" tanya Arrazi. Daniah mengangguk cepat.

Arrazi langsung mengeluarkan HP dari sakunya dan mengerahkan kamera kearah istrinya.

Daniah langsung bepose dengan background pemandangan sekitar. Soal pose, jangan tanya! Daniah begitu lihai meragakan pose dirinya saat di foto. Mulai dari yang aesthetic sampai yang random pun jago Daniah mah. Ia memainkan tangan, anggota tubuhnya, juga rambutnya yang bergelombang tergerai indah. Cocok lah kalau menjadi model.

Bahkan Arrazi yang memotretnya pun sampai terpesona dengan pose sang istri, ia pun tak sadar sudah beberapa kali memotret sang istri. Dengan beberapa pose yang sama.

"Sudah Mas?" tanya Daniah menghampiri sang suami. Arrazi mengangguk pelan.

"Bagus nggak?"

"Ba......bagus."

"Coba liat." Daniah hendak mengambil HP, namun Arrazi menahan HP itu di tangannya.

"Nanti aja liatnya, masih ada beberapa tempat yang lebih bagus dari ini buat di foto." ujar Arrazi lalu berjalan duluan meninggalkan sang istri.

"TUNGGU MAS! MAS MAU DI FOTO JUGA NGGAK?" teriak Daniah berlari mengejar sang suami yang berjalan begitu cepat dengan langkahnya yang lebar.

"Nggak."

Benar yang dikatakan Arrazi, masih ada beberapa tempat dikawasan tempat wisata ini yang memiliki tempat bagus untuk berfoto. Kalau bahas anak jama sekarang tempat yang *Instagramable* banget, cocok lah buat pamer.

Tentu Daniah tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto di tempat yang sangat indah ini. Ia pun meminta izin Arrazi untuk melakukan video call kepada Papinya dan memamerkan keindahan tempat wisata yang dikunjunginya bersama sang suami.

Kebetulan saat itu Papi sedang bersama Mami, Kakek, Nenek dan Fadillah di mobil katanya akan silaturrahmi ke kerabat dekat. Saat di perlihatkan view tempat wisata oleh Daniah melalui kamera belakang, membuat Fadillah iri, ia bahkan merengek minta langsung pergi ketempat Kakaknya berada saat itu juga. Tentu membuat Papinya langsung mematikan sambungan video call untuk menghentikan aksi Daniah yang pamer kepada Adiknya.

"Jail banget kamu, Daniah." celetuk Arrazi mengomentari sang istri menertawakan Adiknya yang merengek iti karena ulah Kakaknya sampai Ayah mertuanya mematikan sambungan video call.

"Ke-iri-an Fadillah adalah kebahagian buat Daniah, Mas. Hahahah."

Arrazi menggeleng kepala mendengar kalimat istrinya itu.

"Mas coba kamu di situ, pose yang ganteng biar aku fotoin." ujar Daniah memerintah suaminya untuk berdiri mengikuti arahannya.

"Nggak."

"Ayolah Mas. Masa dari tadi aku terus yang kamu foto. Gantian aku yang fotoin kamu. Ayo, gaya yang keren." perintah Daniah tanpa menerima penolakan. Sepertinya Daniah sudah mulai berani memerintahkan Dokter galak yang berstatus suaminya itu.

Dengan terpaksa Arrazi mengikuti arahan sang istri lalu berpose alakadarnya.

"Ya ampu Mas, kaku banget sih gayanya. Coba lebih cool deh, senyum jangan datar gitu. Itu juga mukanya coba lebih ekspresif." komentar Daniah melihat suaminya yang begitu kaku dan datar saat di foto.

"Hahaha lucu banget sih, gaya bapak-bapak nya udah mendarah daging keknya. Kaku, kering kek kanebo!" ledek Daniah melihat hasil pemotretan di galeri sang suami. Arrazi berpose dengan mengangkat jari jempol di dada dengan ekspresi wajah yang datar.

Arrazi berdecak pelan mendengar komentar Daniah. Lalu mengajaknya kembali menyusuri tempat wisata itu. Sambil berjalan, Daniah terus memotret lalu melihat hasil potretan nya. Ia tersenyum dan tertawa kecil.

"Mas, foto bareng tik. Buat kenang-kenangan." ajak Daniah langsung ber-selfie di samping suaminya.

Arrazi tak menolak, namun tidak juga ikut berposes. Datar. Sampai Daniah gemas sambil melihat ekspresi suaminya itu. Akhirnya Daniah yang inisiatif untuk membuat wajah suaminya yang datar itu berekspresi.

"Satu...dua...tiga..."

Foto pertama Daniah mengapit pipi sang suami dengan jari tangan kirinya, membuat bibir Arrazi monyong dan lucunya mata Arrazi melotot karena kaget dengan gerakan yang tiba-tiba dari istrinya, sementara itu wajah Daniah justru terlihat manis, ia tersenyum lebar dengan mata berbinar sambil melihat ke arah kamera.

"Satu...dua...tiga..."

Foto kedua Daniah menoleh ke arah suaminya sambil tersenyum ke arah suaminya sambil tersenyum lebar. Sementara Arrazi tersenyum tipis menghadap kamera, masih kaku.

"Satu...dua...tiga..."

Foto ketiga Daniah dan Arrazi sama-sama melihat ke kamera dengan senyuman manis memamerkan deretan giginya yang rapi, bersih dan putih. Lebih baik dari foto sebelumnya.

"Satu......"

"Sudah." ujar Arrazi menghentikan selfie sang istri.

"Ih Mas, sekali lagi."

"Sudah."

"Please Mas, sekali lagi....ya......ya......ya....." pinta Daniah dengan merengek. Arrazi mendengus pelan, gemas dengan tingkah sang istri.

"Sekali lagi aja ya Mas, oke."

"Hm."

"Satu......"

Cup!

Daniah mengecup singkat bibir Arrazi, membuat tubuh Arrazi tiba-tiba membeku kearah istrinya dengan mata membulat kearahnya. Saat itu juga langsung terambil potret mereka dan tersimpan di galeri.

"Heheh." kekeh Daniah melihat ekspresi kaget suaminya.

"Yuk Mas, lanjutin jalannya, kita mau kemana lagi? Ke kanan atau ke kiri? Eh, hmmm, aku haus Mas, kita beli minum dulu ya." ujar Daniah nyerocos menutupi rasa malu telah mencuri cium bibir suaminya. Yang di cium pun saat ini masih menatapnya dengan tatapan kaget, tak percaya istri kecilnya bisa melihat hal itu di depan umum.

"Ayo, Mas!" ajak Daniah menarik tangan Arrazi menuju sebuah rumah yang terbuat dari bambu yang menjual makanan dan minuman.

"Wah, ada makan berat nya juga disini!" seru Daniah melihat menu yang ada dibuku menu. Saat mereka sudah sampai di rumah bambu yang ternyata sebuah restoran tradisional yang ada di dalam taman wisata itu.

Daniah memilih untuk duduk di tempat yang menghadap kearah bukit sebagai viewnya, sementara itu tempat duduknya bersampingan, tidak berhadapan. Arrazi tidak banyak bicara, ia mengikuti istrinya.

"Kamu mau makan nasi?" tanya Arrazi menoleh istrinya yang sedang melihat menu.

Daniah mengangguk.

"Mau apa?"

"Hmm......" Daniah memperlihatkan list menu yang tertera.

"Bebek penyet!" serunya saat melihat ada menu itu di list.

"Bebek? Bukannya kamu takut bebek?" tanya Arrazi dengan mengangkat alisnya.

"Aishhh, ini kan bebeknya udah mati Mas. Lagi pula aku mau balas dendam sama keluarga unggas itu. Biarin keluarga mereka mati, di potong lehernya, di masak, terus di penyet bareng cabe pedes level lima, terus aku makan!" cerocos Daniah dengan mengekpresikan apa yang diucapkannya itu.

Membuat Arrazi tertawa mendengar penuturan sang istri juga ekspresi yang mewakilkan.

"Dih, bisa ketawa juga!" ledek Daniah membuat Arrazi langsung menghentikan tawanya dan kembali berekspresi datar. Kali ini malah Daniah yang tertawa melihat perubahan ekspresi wajah suaminya.

"Ya Allah suamiku gemesin banget siiihhhh.....ulu......uluuuuu......." ledek Daniah lagi dengan jahilnya ia mencubit pipi Arrazi yang langsung di tepis olehnya karena salah tingkah.

"Mau pesan apalagi?" tanya Arrazi mengalihkan. Daniah terkekeh.

"Jus sirsak."

"Apalagi?"

"Udah itu aja."

"Bener?"

"Hmmm."

"Saya kira kamu bakal mau borong menu yang ada disini."

"Apaan sih, ya nggak lah mubazir kalo banyak-banyak terus nggak habis."

"Oh, ada kata mubazir di kamus perempuan matre?" sindir Arrazi mengingat akan pengakuan yang pernah Daniah katakan saat ia membeli pulsa dan Arrazi yang membayarnya.

Daniah menggigit bibir bawahnya.

"Hmmm....ya ada, buktinya aku.....lagian matrenya aku itu kambuhan Mas, nggak setiap saat." ujar Daniah mengelak sambil melihat kearah lain.

Arrazi tersenyum miring mendengar penjelasan konyol sang istri. Mana ada matre kambuhan, dikira sakit maag?

Makanan dan minuman yang di pesan sudah terhidang di meja di depan Daniah dan Arrazi, makanan yang di pesan berbeda. Daniah bebek penyet, sementara Arrazi ayam rica-rica.

Setelah berdoa, Daniah langsung menyomot daging bebek dan mencoleknya dengan sambal. Sementara itu Arrazi tak langsung makan, ia justru memperhatikan sang istri yang langsung melahap makanannya. Arrazi menyunggingkan senyuman tipis. Namun ia merasa risih dengan rambut Daniah yang terurai, hingga membuat sang istri beberapa kali menepikan rambut yang merecokinya ke belakang telinga.

Tersadar kalau yang melepas ikatan rambut Daniah adalah dirinya. Arrazi lansung meraba lengannya. Karena seingat Arrazi setelah ia melepaskan ikat rambut dari rambut istrinya, langsung ia pakai di pergelangan tangannya.

Benar saja, Arrazi mendapati ikat rambut Daniah yang berwarna peach ada hiasan bunga daisy berbahan besi melingkar dilengan kanannya. Tanpa permisi, Arrazi langsung mengikat rambut istrinya itu. Membuat badan Daniah membeku seketika, tangan yang terangkat berisi nasi dan daging bebek tiba-tiba diam, sementara itu mulutnya terbuka dan matanya menatap kearah depannya. Terdiam tak memberontak dengan perlakuan manis sang suami. Tapi berbeda dengan apa yang ada di dalam dadanya. Jantungnya itu berdegup kencang.

"Lanjutin lagi makannya." ujar Arrazi meluruhkan kebekuan sesaat sang istri atas perlakuan manisnya.

1
Atik R@hma
Alhamdulillah, terharu🥺😭😭
Sri Murtini
perjuangan Daniah memang nyata berat utk melahirkan aplg 2 proses melahirkan yg berbeda.
Gmn perasaan Arazzi menunggui istrinya , terjwb sudah perjuangan mama melahir kan mu.
Mk surga aga ditelapak kaki ibu
Atik R@hma
terharu ka, sampai bacanya mewek😭😭😭
Atik R@hma
Alhamdulillah, sepasang🤲😍😍
Sri Murtini
Nggk bisa bayangkan sedihnya kisah ini akibat ayah yg nggk tanggung jawab.
kisah mama Rara , dr Arazzi maupun Elisa mereka korban atas kezaliman sang ayah yg suka selingkuh.
untung dipertemukan dr Arazzi dgn istri yg bisa menyembuhkan luka sekaligus merangkul mama mertua dan adik tiri
Ambil yg baik jgn ditiru meskipun bkn kisah nyata
Sri Murtini
plong😂😂😂
Sri Murtini
dengar tuh nasihat yg masih waras dr dafir
Sri Murtini
goblok atau bego pak dokter
Sri Murtini
emosi,sedih kecewa pdhl blm pasti😇😇😇😇
Sri Murtini
Alhamdulillah mau jadi kakek nih
Atik R@hma
ya mami kmu daniah😁😁
LISA
Pasti itu Maminya Daniah
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!