NovelToon NovelToon
THE WAR PRINCESS

THE WAR PRINCESS

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Perperangan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Himme

Tuan putri yang memiliki berkah dari dewa perang. Kecantikan dan keanggunan dengan belahan pedang yang tajam yang mampu menebas apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ledakan

DHUAGH!

BRUKK

Arlina berlari melewati dinding yang bergerak tertutup terbuka dan tak sedikit yang terjebak. Namun dia dengan mudah melewati.

Saat dinding akan menutup kebawah Arlina berlari dan berguling begitu pintu itu akan menghimpitnya itu membuat orang-orang yang melihat berseru dan bersorak.

Namun Arlina tidak peduli. Dia terus menghindar, melompat dan berguling.

SREET!

TAP

Arlina dengan gesit langsung menghindar melihat anak panah menuju kearahnya. Tatapan matanya menajam, insting kewaspadaan nya meningkat.

SREET!

Arlina melihat anak panah menuju nya dengan cepat dia menghindar dan tak terkadang menendang begitu akan mengenai tubuhnya. Itu terus berulang, sambil berlari dirinya langsung menendang dan memukul hingga terjatuh ketanah. Mereka dibuat kagum dengan kemampuan beladiri Arlina.

Lolos kedua Arlina kembali berlari.

WHUKK!

Melihat bola api kearahnya dengan cepat Arlina menghindar.

DHUARR

Ledakan terdengar begitu api itu menyentuh tanah. Melihat itu Arlina berlari. Melihat serangan bola api dengan cepat dia menunduk.

DHUARR

Arlina kembali berlari. Bersama beberapa perserta yang tersisa lainnya. Hingga saat akan sampai disandera. Dia bertarung dengan orang-orang yang mencoba menghalangi.

BUGH! DHUAGH

BRUKK

Arlina memukul dan menendang. Begitupun lainnya.

Sementara itu Grasia, Rea dan Pricilla diam-diam saat Arlina dan lainnya bertarung dia menghampiri sandera lalu membebaskannya. Begitu terbebas, sandera itu dibawa pergi oleh mereka. Namun sebelum pergi Grasia memasang sesuatu.

Grasia mengode temannya, Rea dan Pricilla mengangguk. Lalu berlari dengan mudah karena orang-orang memang sedang fokus bertarung dengan Arlina berserta perserta lainnya.

Detik kemudian

Terlihat percikan api disumbu yang diyakini peledak merambat. Arlina yang memang memiliki insting yang kuat semakin berkuat setelah bersatu dengan jiwanya yang dulu. Dia melihat semacam bom dengan sumbu menyala dan kagetnya ada banyak bom disekitar.

Sementara lainnya belum ada yang menyadari. Jika mereka tidak segera pergi maka dirinya dan lainnya akan mati. Saat penyandera itu akan memukulnya Arlina. menahannya.

TAP!

Arlina dengan cepat menahannya hal itu membuat penyandera dibuat bingung.

"Cepat pergi dari sini! " seru Arlina.

Hal itu membuat Aluna, Ghea, perserta lainnya dan orang ditugaskan menjadi penyandera berhenti bertarung. Mereka menatap Arlina bingung.

"Arlina ada apa? " tanya Ghea.

"Cepat pergi! Disini banyak banyak bom dan sebentar lagi akan meledak! " teriak Arlina.

Hal itu membuat mereka menoleh sekitar. Dan terkejut, bahkan orang-orang penyandera juga. Mereka terkejut sejak kapan ada bom.

"Cepat pergi! " teriak Arlina.

Mendengar itu mereka berlari. Namun tidak untuk Arlina masih berdiri disitu. Aluna yang melihat Arlina tidak beranjak, berhenti.

"Arlina ayo! Sedang apa kau disana? " tanya Aluna membuat Ghea dan beberapa panitia sebagai penyandera ikut berhenti sementara anak lainnya sudah berlari keluar area.

"Aku akan mematikan bomnya. Jika tidak semua orang akan mati disini! " jawab Arlina.

"Tidak, itu berbahaya, bisa saja kau mati terkena ledakan. " cegah panitia itu.

"Aku tidak akan apa-apa. Lebih baik kalian pergi dari sini! " teriak Arlina.

"Tapi Arlina.. " ucapan Ghea dan Aluna terpotong karena hentakan Arlina.

"PERGI! " bentak Arlina.

"Ayo! " Panitia mengajak Ghea dan Aluna pergi dari tempat itu.

"Berjanjilah kau akan selamat! " ucap Ghea.

"Aku janji! "

"Hati-hati! " seru panitia.

"Hm. " angguk Arlina.

Setelah itu panitia membawa Ghea, Aluna dan lainnya pergi menjauh meninggalkan Arlina seorang diri. Melihat tidak ada orang disekitarnya selain dirinya Arlina mengeluarkan sebilah Sinai atau pisau kecil. Arlina dengan cepat memotong kabel itu.

****

Sementara itu, ditempat dimana raja dan lainnya. Mereka melihat ada kobaran api dari kejauhan awalnya mereka mengira itu bagian dari rintangan itu sampai mereka melihat Grasia serta lainnya berhasil mengamankan sandera. Sebagian tersenyum dan sebagian heran.

"Kenapa Grasia, Rea dan Pricilla yang berhasil keluar? " tanya Vincent.

"Itu bagus dong, berarti anakku lolos! " ucap Greven Elvarret ayah dari Grasia.

"Iya, aku jugak setuju. Kenapa kalian terlihat tidak suka saat putriku berhasil? " ucap Rehan Erwin Salvira ayah Rea.

"Tau! Kalian pilih kasih! " ucap Pelaney Alvianrivan ayah dari Pricilla. Menatap tak suka kearah para kesatria utama itu.

"Bukan itu masalahnya! Seharusnya mereka keluar bersamaan dengan yang lainnya. Ini kenapa keluar hanya bertiga. Makanya cerna dulu sebelum komentar! " sentak Andrean.

Hal itu membuat tiga paruh baya itu terkejut. Begitupun beberapa orang lainnya, hanya Raja Alaska, ratu Lusiana pangeran Reandra, pangeran Keandra, tujuh menteri berserta istri dan putra mereka yang sudah biasa. Mereka tau jika Andrean orangnya tempramen. Sementara Leandro kebetulan disampingnya menepuk pundak Andrean untuk menenangkan.

Dan Tuan Elvarret, Salvira, dan Alvianrivan diam tak berkutik begitupun istri mereka.

"E-eh.. Itu kenapa mereka berlari! " seru beberapa murid yang duduk distadion. Hal itu membuat perhatian mereka kembli teralih kedepan.

Benar saja mereka melihat beberapa murid berlarian, tak lama disusul Ghea, Aluna dan panitia. Melihat itu Raymond berdiri dari duduknya melihat kearah mereka.

"Ada apa!? " tanya Raymond setengah berteriak agar didengar orang-orang dibawah sana.

Mereka yang melarikan diri bahkan panitia yang ditugaskan untuk sebagai penyadera menatap kearah Raymond dan lainnya. Bahkan mereka melihat Aluna dan Ghea menangis sambil terus menatap kedepan.

"Kepala diarea kedua disana ada banyak bom yang terpasang! " ucap panitia itu.

Mendengar itu Raymond dan lainnya terkejut.

"Bagaimana bisa? Apa ada memasangnya? " tanya Anshel.

"Kami juga tidak tahu! Dan kami tidak mungkin memasang peledak begitu banyak. Apalagi untuk pertandingan ini, kami tau batasan untuk ujian! " seru panitia yang lainnya.

Hikari yang menyadari putrinya tidak terlihat langsung berdiri.

"Putriku, dimana dia. Dimana Arlina! " seru Hikari.

Mendengar itu mereka menoleh dan kembali melihat kedepan. Benar saja mereka tidak melihat keberadaan Arlina.

"Panitia dimana Arlina? " tanya Jargan.

Mendengar itu panitia itu menunduk begitupun lainnya.

"Kenapa kalian diam? " tanya Leandro.

"A-Arlina.. " Panitia itu terbata-bata ragu untuk mengatakannya.

"Kenapa kalian diam! Dimana putriku!? " teriak Hikari.

"Sayang! " Hikosi langsung menghampiri istrinya dan memeluknya. Dia merasakan tubuh istrinya bergetar.

"Panitia! " bentak Jargan.

"A-Arlina masih ada disana.. " ucap panitia itu dengan wajah menunduk.

"Apa! " teriak mereka terkejut.

BUGH!

"Keandra! " seru mereka terkejut melihat pangeran Keandra entah sejak kapan dibawah dan langsung memukul panitia itu.

Melihat itu semua orang turun dilapangan.

"Apa maksudmu hah! Kau meninggalkan nya!" bentak Keandra terlihat wajahnya begitu dingin.

"Pangeran Keandra tenanglah! " tegas raja Alaska.

Pangeran Reandra menarik adiknya itu menjauh dari panitia itu. Meski dia pertama kali melihat kemarahan pangeran Keandra namun dia khawatir dengan amarahnya membunuh panitia itu.

"Bisa jelaskan padaku panitia! " sentak Jargan dengan nada begitu dingin menusuk.

"A-Arlina yang menyadari ada 8 bom itu aktif, langsung meminta kami menghentikan pertarungan dan meminta kami semua berlari! "

"Saat kami akan berlari, Arlina meminta kami pergi dan dia akan mencoba menonaktifkan bom itu. Saat kami mengajaknya pergi juga dia membentak menyuruh kami pergi dan.. "

"Dan kalian pergi meninggalkan nya begitu! " sela Keandra dingin menatap tajam panitia itu. Yang masih ditahan Reandra.

"Jawab! " bentak Jargan.

"I-iya.. " ucap pelan panitia itu dengan wajah menunduk dan bergetar karna takut tatapan orang-orang terutama Jargan dan pangeran Keandra.

Mendengar itu mereka menatap tak percaya.

"Bagaimana bisa kalian meninggalkan adikku disana! Kalian panitia, tugas kalian untuk memastikan semua perserta pertandingan selamat. Ini hanya pertandingan bukan perang! " teriak Jargan emosi.

"Dan kalian langsung percaya! Peledak tidak bisa dihentikan begitu saja dengan mudah. " ucap Fasya jengkel.

"Dimana otak kalian hah! Bagaimana bisa meninggalkan Arlina seorang diri disana! " bentak Andrean.

"Arlina belum pernah sama sekali mempelajari tentang bom dan jenis peledak lainnya. Dan kalian meninggalkannya! " dingin mereka dibuat merinding mendengar nada dingin dari Leandro yang biasanya bersikap lembut dan tenang.

Disaat tengah berseru tiba-tiba

DHUARR! BLARRR

"TIDAK! "

"Arlina! "

1
Naturelight
bru ngintip
mw bca msih ragu, soalny gk ska ma yg pda hiatus🥺
Garl4doR
Gegara masih 5 tahun pikiranku menggambarkan Arlina kayak Anya Forger/Slight/ semangat terus thor/Grin/
Tiểu long nữ
Kehabisan kata-kata. 😶
shora_ryuuka shoyo
Gemesin banget karakternya!
Amalia Mirfada
Cerita ini memikat emosi dan perasaanku sepanjang waktu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!