Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa rasanya sakit sekali?
Siang harinya
Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan Kinara sampai di sebuah rumah singgah yang di khususkan untuk beberapa karyawan yang sedang melakukan perjalanan dinas di sana, hampir mirip seperti fasilitas kantor yang di khusus kan untuk karyawannya.
Karena Kinara sudah bergabung dengan perusahaan Damar, itu berarti dalam perjalanan bisnis kali ini Kinara di berikan fasilitas rumah singgah yang bisa ia tempati selama melakukan perjalanan bisnis di sana.
Kinara mengeluarkan key card di tasnya untuk membuka pintu rumah, dan perlahan masuk ke dalamnya.
"Wah not bad, bahkan ini tampak luar biasa dan ya... harus ku akui rumah singgah ini bahkan lebih besar dari rumah ku." ucap Kinara pada diri sendiri sambil menatap sekeliling menyusuri setiap sudut rumah itu.
Setelah cukup puas melihat lihat, Kinara lantas langsung bergegas pergi memilih salah satu kamar untuk dirinya tidur, kemudian mandi dan mengistirahatkan sejenak rasa letih yang menghampirinya sejak perjalanan tadi.
"Sepertinya tidur sebentar tak apa bukan? lagi pula aku akan memulai surveinya besok, jadi hari ini aku free." ucapnya dengan girang sambil merebahkan dirinya ke ranjang empuk yang sudah tersedia di sana dengan rambut yang masih basah setelah keramas barusan.
***
Kinara terbangun karena suara bising di luar kamarnya, seperti suara dentingan panci penggorengan yang beradu dengan spatula.
Kinara mencoba mengerjapkan matanya dengan cepat agar kesadarannya bisa segera terkumpul, Kinara sebisa mungkin menajamkan pendengarannya karena ia yakin bahwa Kinara seorang diri di rumah itu, bagaimana bisa mendadak terdengar suara bising seperti seseorang tengah memasak di dapur?
Kinara kemudian bergegas bangkit dari ranjang empuk tersebut, di ambilnya sebuah vas bunga untuk berjaga jaga apabila suara itu berasal dari seorang pencuri.
Dibukanya perlahan pintu kamarnya lalu melangkah pelan menuju sumber suara, Kinara menghentikan langkah kakinya di sudut tembok yang dekat dengan dapur, dari sana terlihat seorang lelaki tinggi tegap tengah memasak membelakanginya. Dalam hati Kinara bertanya tanya siapa sosok laki laki itu? sedangkan Damar bahkan tidak mengatakan apapun tentang teman serumah, Damar hanya memberikan kunci rumah ini dan mengatakan bahwa ini merupakan fasilitas kantor, lalu bagaimana laki laki itu bisa masuk?
Kinara memantapkan hatinya melangkah mendekat ke arah laki laki itu sambil memegang vas bunga tersebut dengan erat.
"Aku akan memukul kepalanya dengan vas ini apabila ia berani macam macam dengan ku." ucap Kinara dalam hati sambil terus melangkah.
Kina melangkah semakin dekat semakin dekat dan semakin dekat, diangkatnya vas itu tinggi tinggi bersiap untuk memukul, namun ketika jarak antara keduanya semakin dekat laki laki itu tiba tiba berbalik dan membuat Kinara terkejut hingga menjatuhkan vas bunga itu.
"Kau!"
Prang
Vas bunga tersebut jatuh dan berhamburan memenuhi ruangan dapur, hingga membuat kaki Kinara sedikit tergores karena ia tidak memakai alas kaki sama sekali dan hanya memakai dress selutut, hingga kakinya menjadi sasaran empuk serpihan tersebut ketika pecah dan terpental.
Aw aw aw
Teriak Kinara karena merasakan perih pada kakinya, sedangkan laki laki itu yang ternyata adalah Kafeel langsung menggamit pinggang Kinara agar tidak jatuh dan mengenai serpihan vas bunga tersebut.
Manik mata keduanya saling beradu dan terkunci satu sama lain, keduanya seakan terpesona dan hanyut kedalam pandangan tanpa sengaja untuk pertama kalinya, hingga kemudian Kinara sadar dan menepuk lengan Kafeel agar melepaskannya.
"Diam! atau kau akan jatuh dan mengenai serpihan vas di bawah." ucap Kafeel.
Kinara yang mendengar hal itu langsung diam, ia pasrah karena Kinara juga tidak mau terkena serpihan itu, namun Kinara sedikit menundukkan pandangannya agar tidak bertemu dengan manik mata Kafeel, membuat Kafeel sedikit tersenyum dengan reflek dari Kinara.
Kafeel mematikan kompornya kemudian menggendong Kinara ala bridal style membawanya menuju sofa ruang tengah. Kinara yang digendong tentu saja terkejut karena tak menyangka Kafeel akan melakukan hal itu.
"Lepaskan aku!" teriak Kinara.
"Iya nanti, kau bahkan tidak menggunakan alas kaki, bagaimana dirimu bisa berjalan di atas pecahan vas tanpa mengenakan alas kaki? tapi jika kamu ingin melukai kaki mu silahkan!" ucap Kafeel sambil bergerak seakan hendak menuruti perkataan Kinara barusan.
"Oke oke, tolong bantu aku." ucap Kinara pada akhirnya.
Kafeel tersenyum mendengar ucapan Kinara barusan, padahal itu hanya akal akalannya saja, padahal pecahan vas itu hanya terletak di area dapur dan tidak sampai di sofa ruang tengah.
Setelah mendudukkan Kinara di sofa Kafeel lantas melenggang pergi, beberapa menit kemudian ia datang kembali dengan membawa kotak P3 K. Kinara hanya menatap Kafeel dengan tatapan tak terbaca, Kafeel kemudian memulai gerakannya membersihkan luka Kinara dan mengobatinya.
Diperlakukan seperti itu oleh Kafeel membuat pikiran Kinara melayang jauh membayangkan kenangannya bersama Geffie, dulu Geffie selalu memperlakukannya bagaikan seorang ratu, Geffie merupakan sosok pria yang hangat membuat perasaan Kinara sangatlah nyaman bila berada di dekatnya, namun ternyata semua itu hanya palsu, semua hal yang Geffie lakukan hanyalah bentuk dari kamuflase untuk menutupi kebusukannya.
Kinara tersadar dari lamunannya kala rasa perih menerpa kulitnya, Kinara baru sadar jika laki laki di depannya bukanlah Geffie melainkan orang lain.
"Hentikan! aku bisa melakukannya sendiri." ucap Kinara kemudian membuat gerakan tangan Kafeel terhenti.
"Perlahan Kaf, jangan terlalu terlihat." ucapnya dalam hati kala mendengar ucapan Kinara barusan. "Baiklah ini, sesuai permintaanmu." ucap Kafeel kemudian sambil memberikan obat merah dan beberapa kapas.
Kinara menerima obat itu kemudian mengolesnya pelan pada lukanya, terasa sedikit perih kala cairan kental itu menerpa kulitnya, walau hanya luka kecil namun rasanya tetaplah sakit. Tanpa sengaja air mata Kinara lolos begitu saja tanpa permisi membasahi pipinya, bukan karena goresan kecil ini, melainkan karena Kinara teringat segala perlakuan hangat Geffie padanya, Kinara benar benar tidak menyangka seseorang yang lembut dan juga penyayang malah menorehkan luka lebih dalam ketimbang seseorang yang kasar dan dingin.
Kafeel yang menatap air mata Kinara tentu saja bingung karena Kinara tiba tiba menangis dan mengira bahwa lukanya sangatlah sakit.
"Apakah itu sakit sekali? sini biar aku bantu." ucap Kafeel yang tak tega melihat Kinara menangis.
"Ti...dak perlu hiks hiks aku bisa melakukannya hiks hiks." ucap Kinara tiba tiba dengan sesenggukan.
Kafeel menghela nafasnya panjang kemudian kembali berjongkok dan meminta kapas di tangan Kinara, Kinara hanya diam kala Kafeel mengambil kapas itu dan melanjutkan mengobatinya, namun tiba tiba tangisnya semakin kencang membuat Kafeel nampak bingung harus berbuat apa.
"Aku akan meniupnya agar tidak terlalu sakit, apa masih sakit?" tanya Kafeel sambil sesekali meniup luka di kaki Kinara.
"Sakit.. hiks hiks sangat sangat sakit, bahkan rasanya perih sekali..... huhuhuhu." ucap Kinara terbata bata.
Bersambung