seorang gadis cantik bernama Jenna putri Maxim. ia handal dalam segala bidang baik dalam bidang hacker, beladiri, dan menembak serta pintar dalam akedemik apapun, namun semenjak snang ibu menghilang karena sebuah tragedi yang di lakukan oleh adik dari ayahnya membuat Sang gadis nekad membentuk sebuah kelompok mafia untuk mencari keberadaan Sang ibu.
apakah ia mampu bertemu kembali dengan Sang ibu kembali? apakah ia mampu ceria kembali setelah kembali Sang ibu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Septi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pindah sekolah
Dari dalam kamar, Jenna menyaksikan pertengkaran Sang Daddy dengan sang kakaknya sendiri hanya demi membela Calon istri yang bermuka dua rela menampar anak kandung sendiri lewat CCTV.
Tapi yang membuat Jenna marah bukan itu, akan tetapi dua wanita yang menyaksikan pertengkaran anak dengan bapak membuat mereka tersenyum penuh kemenangan.
Tanpa basa - basi Jenna langsung menelpon anak buahnya.
" Culik dua wanita yang ada di gambar itu, ingat jangan sedikit pun meninggalkan jejak bawa mereka ke markas. " Ucap Jenna pada anak buahnya.
" (______) " Jawab anak buah Jenna.
" Besok malam gue ke markas. " Ucapnya langsung mematikan telfon Seraya menyeringai.
***
Besok paginya, Jenna dan Lili hendak sarapan sebelum berangkat dan ke kampus sedikit syok melihat dua wanita yang sama-sama tidak mereka sukai sudah adem duduk di meja makan. Tapi yang membuat Lili dan Jenna kesal posisi mereka di kuasai oleh dua wanita itu.
" Minggir Lo! Ini tempat duduk Gue!" Bentak Lili yang tidak Terima jika tempat duduknya di kuasai oleh Nadira.
Nadira yang sengaja untuk menguasai tempat duduk Lili bahkan Melati ikut menguasai tempat duduk Jenna. Ingin membuat kedua anak maxim marah karena mereka tahu jika tempat yang mereka duduki adalah tempat duduk kedua anak maxim.
Nadira beserta Melati mulai memainkan dramanya di depan Maxim.
" Maaf kak.. Aku nggak tahu kalau ini tempat duduk kakak.. " Ujar Nadira dengan wajah penuh bersalah.
" What?? Kakak? Heh..!! Gue bukan kakak Lo ya. Adek gue cuman Jenna tau nggak Lo! Dan Lo pikir gue bego' apa? Masa Lo nggak tahu ini tempat duduk gue. Lo itu cuman numpang jangan sok belagu nggak tahu deh Lo! " Hardik Lili memaki - maki Nadira dengan kata -kata super pedasnya.
" Lili apa sih ribut-ribut terus? Di samping Nadira masih banyak kursi yang lain yang bisa kamu dudukin itu. " Seru Maxim mencoba menenangkan putrinya yang sedang emosi.
" Nggak ada ya Dad! Ini tempat duduk biasanya Aku duduk disini Dad. " Bantah Lili tidak Terima.
" Ini lagi.. Wanita nggak tahu diri! Udah numpang makan sok mengusai tempat duduk orang lagi! Dasar Miskin.. Nggak mampu Lo buat beli makanan sampe numpang makan segala lagi dirumah orang! " Lili memang sangat sulit untuk mengontrol emosinya.
Brak
" Lili.. Cukup! " Bentak Maxim sehingga suara menggema di ruangan makan.
Kedua wanita itu semakin senang melihat Lili di marahi oleh Ayah kandung nya sendiri demi membela mereka.
" Cih.. Silakan saja lo berdua bersenang- senang dengan waktu Lo yang tersisa ini, karena sebentar lagi Lo bakalan and! " Batin Jenna merasa sedikit terganggu melihat senyum Melati dan Nadira penuh kemenangan.
" Mereka itu bukan hanya numpang Lili, Melati dengan Nadira itu bakalan menjadi ibu dan adik tiri kamu. Mulai saat ini mereka akan tinggal di rumah ini." Ucap Maxim sudah meredakan suaranya memberi penjelasan Kepada Lili.
" Apa? " Tanya Lili sedikit syok bahkan Jenna tak ada bedanya dengan sang kakak.
" No.. Ini rumah Mommy, kedua wanita jalang ini tidak berhak tinggal disini! Enak saja numpang - numpang disini. Mommy gue capek - capek buat Mansion buat tinggal jalang No Dadd!! No!! " Bantah Lili semakin kekeh untuk tidak menerima Melati dan Nadira tidak tinggal disini.
" Dan Lo Jalang pergi Lo dari sini! Jangan pernah mimpi Lo tinggal di Mansion Mommy gue! Kalau miskin ya miskin aja donk, tempat Lo tuh di jalanan bukan disini! Jangan mimpi ketinggian deh Lo, mau jangan mimpi jadi orang kaya deh Lo, kalau cara Lo itu udah picik kayak gini." Ledek Lili semakin merendahkan Melati dan Nadira.
Maxim yang tersulut emosi mendengar kata tajam sang putri sulung yang hendak melayangkan satu tamparan ke wajah Lili namun langsung ditahan oleh Jenna.
" Lepas Jen biar Daddy ajarkan kakak kamu itu. Biar dia tahu gimana cara bicara yang baik dengan orang tua. " Ucap Maxim ingin melepaskan tangannya dari pegangan Jenna.
" Cukup!! " Bentak Jenna dingin membuat ruangan makan itu yang tadi nya penuh dengan pertikaian sekarang hening bak kuburan. Seraya melepaskan genggaman tanggannya dari Daddy nya itu.
" Ayo kita pergi " Ajak Jenna menarik tangan sang kakak untuk pergi, namun belum beberapa langkah ia menghentikan langkahnya sehingga Lili ikut berhenti juga.
Dor
Satu buah gelas yang terletak di atas meja berhasil ditembak oleh Jenna sesuai sasaran membuat Melati ,Nadira bahkan Maxim dan Lili kaget dengan suara tembakan itu.
" Ini peringatan buat Lo berdua! Cukup hari ini Lo datang ke sini lagi. Jika Lo datang lagi jangan salahkan gue peluru gue ini buat kepala Lo berdua bisa bocor. " Ancam Jenna langsung berlalu dari hadapan mereka bertiga.
Melati dan Nadira nya yang pada awalnya merasa senang dengan kemenangan atas rencana mereka, namun setelah mendengar ancama Jenna membuat nyali mereka langsung hilang seketika.
Maxim sendiri langsung syok dengan tindakan putri bungsunya yang begitu nekad, sampai ia syok jika sang putri sangat ahli dalam menembak, membuat seribu pertanyaan kenapa sang putri bisa memainkan senjata api, apakah selama ini ia begitu banyak melewati kebersamaannya dengan sang putri sehingga sang putri mampu memainkan senjata begitu santai.
" Mas.. Bagaimana ini Mas? Kedua putri mu tidak bisa menerima ku Mas? Apakah hubungan kita akan berakhir saja Mas? Hiks.. Aku memang miskin Mas tapi nggak begini juga donk mas anak- anak mu menghinaku hiks... " Ujar Melati penuh drama di depan Maxim.
" Udah... Sayang.. Nggak perlu ambil hati dengan ucapan mereka ya. Mereka mungkin butuh waktu untuk bisa menerima hubungan kita. " Ucap Maxim mencoba menenangkan hati calon istrinya.
Meskipun bagaimana pun Keadaannya, tak sedikit pun Melati dan Nadira ingin melepaskan Maxim seenaknya, karena tambang uang tak mungkin mereka lepas begitu saja meskipun tadinya mental dan harga dirinya di rendah kan oleh kedua putri calon suaminya.
" Ya sudah hari ini kamu sudah bisa sekolah dengan Jenna, Nad, karena semua surat pindah kamu sudah om urus. " Ujar Maxim pada Nadira.
" Iya Om.. " Sahut Nadira seraya mengangguk kepalanya.
" Ya sudah ayo kita berangkat, biar om. Antar nanti takut telat. " Ucap Maxim mengajak Nadira langsung berangkat menuju sekolah tunas bangsa.
" Iya om.. "
****
Di sekolah Jenna baru sampai karena kebetulan Jenna barengan berangkat sekolah dengan sang kakak.
" Hati- hati ntar Lo gue jemput lagi, karena ada yang perlu gue omongin sama Lo ntar. " Ujar Lili seraya menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah.
" Hm" Sahut Jenna hanya di bales dengan deheman saja langsung meninggal kan sang kakak yang masih melongo atas sikapnya itu.
" Huftt... Sampai kapan sih Lo kayak gitu sih dek? " Ucapnya seraya mengatur nafas berat. Setelah itu ia langsung menarik gas kembali menuju kampusnya.
____
Dengan santainya Jenna melangkah kakinya menuju kelas, tapi di depan Lobby sekolah kedua bola matanya menatap tajam Ke arah Mobil Maxim yang baru saja memasuki area sekolah bertepatan Nadira ikut serta keluar dari Mobil maxim. Tatapan yang datar berubah menjadi merah padam melirik tajam ke arah Maxim dan Nadira. Bahkan suara bisikan teman - teman sekolah nya mengenai kedatangan Nadira beserta sang Daddy memasuki area sekolah.
Tatapan itu langsung di perhatikan langsung oleh kelima most wanted yang memperhatikan tatapan tajam Jenna ke arah Maxim dan Nadira.
Ga mnta duit,mlah msti bkin kk'ny mau tunangn....kira2 bkln mau ga y???