Buta sejak lahir dan diasingkan dari keluarga, Nola Neilson kehilangan sosok ibu yang mencintainya. Ayahnya menikah dengan selingkuhan dan membawa anak-anak haram ke dalam rumah. Meski mengalami kekerasan, dia tidak pernah marah sedikit pun.
Ketika Nola dibawa pergi dari lubang neraka keluarga Neilson oleh pelindung mendiang ibunya, dia dijodohkan dengan Halbert Jefford—bos mafia yang mencuci tangannya dengan darah sepanjang hidupnya.
Jangan pernah membuat gadis itu marah karena akibatnya akan fatal. Meski Nola buta, dia mampu melihat mereka dengan kemampuan Supernatural nya. Bisakah Nola hidup berdampingan dengan Halbert yang dingin dan kejam?
Halbert tidak percaya adanya keberuntungan di dunia ini tapi dia mulai mempercayai keberuntungan yang diberikan istrinya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepanikan yang Belum Pernah Terjadi
Nola merasa beberapa orang jahat itu mendekatinya. Dia mundur tapi khawatir akan jatuh ke jurang. Dia melihat jurang dengan tatapan kosong dan sepertinya merasakan embusan angin segar.
Hatinya dingin dan tubuhnya sedikit gemetar. Haruskah ... Dia lompat?
Di sisi lain, Halbert memegang pistol dan menembak beberapa pria dari organisasi tak dikenal itu. Mereka berwajah Asia dan tampaknya cukup terampil seni bela diri. Jadi mau tidak mau, Halbert hanya bisa melawan mereka dari jarak dekat.
Tapi saat melihat jika Nola berdiri di tepi jurang, hatinya seperti dibanjiri sesuatu. Dia memiliki niatan untuk datang dan menariknya kembali.
"Nola, tetaplah di sana dan tunggu aku!" teriak Halbert.
Dia melumpuhkan musuh terakhir yang mencoba menusuknya dengan belati. Lalu dia mencoba berlari cepat ke arah beberapa pria yang mengepung gadis itu.
Tapi Nola sepertinya tidak mau mendengar dan beberapa pria misterius yang mengepungnya juga mulai mengambil tindakan.
Nola berteriak ketakutan, akhirnya memilih untuk lompat ke jurang tanpa berpikir panjang. Kali ini ekspresi mereka semua berubah. Terutama Halbert.
"Nola!! Dasar gadis bodoh!" teriaknya marah dan dia akhirnya menembak beberapa pria yang sebelumnya mengepung Nola.
Kemampuan menembak Halbert lebih baik dari mereka dan tidak ada ruang perlawanan jarak dekat sama sekali. Pada akhirnya, mereka semua tewas di tangan Halbert.
Halbert yang matanya mulai memerah segera pergi ke tepi jurang. Jantungnya berdegup kencang. Ini perasaan yang belum pernah datang kembali selama ini, kecuali saat orang tuanya terbunuh.
Saat perasaan yang telah lama hilang itu kembali, Halbert akhirnya menyadari jika dirinya memperhatikan gadis itu.
Melihat ke bawah jurang, dia tidak melihat apapun selain pepohonan rimbun dan ilalang setinggi satu meter.
"Nola! Panggil aku jika kamu mendengar ku!" teriak Halbert sedikit serak.
Tak lama, Frangky juga menghampirinya. "Bos, lebih baik kita periksa ke bawah jurang—"
Halbert langsung menukasnya. "Kamu berpikir dia mati?" tanyanya penuh dengan perasaan haus darah seraya menatap Frangky.
Frangky terlihat mati rasa dan segera menggelengkan kepalanya yang kaku. "Ti-tidak Bos. Mungkin ... mungkin dia pingsan di bawah sana," jawabnya mencari alasan yang bagus.
Jurang cukup dalam dan bisa dikatakan sebenarnya di bawah sana adalah lembah yang tak terjamah manusia. Dan gadis itu melompat dengan berani yang benar-benar mencari kematian.
Halbert menenangkan dirinya. "Urus semua mayat orang-orang ini dan hilangkan jejaknya. Aku akan turun untuk mencari gadis itu."
Tidak ada ruang untuk memberi nasihat, Frangky akhirnya hanya bisa mengiyakan permintaannya.
Halbert segera turun ke lembah untuk mencari Nola di sekitar kaki jurang. Ekspresinya masih belum tenang dan dia memegang pistol untuk berjaga-jaga jika seandainya binatang buas muncul.
"Gadis buta! Di mana kamu?" teriaknya seraya menyingkirkan ilalang yang tumbuh tinggi.
Mencari kurang dari seperempat jam, Halbert sayup-sayup mendengar suara ranting patah. Entah itu karena binatang buas atau sesuatu yang lain, dia tetap memeriksanya.
Tak lama, Halbert akhirnya bisa lihat sosok gadis itu sedang berusaha untuk bangun dan menyeret tubuhnya ke sisi lain. Ada banyak lecet di tubuhnya dan gaun putih selutut yang dipakainya kotor.
"Nola!"
Halbert segera menghampirinya untuk memeriksa apakah dia baik-baik saja. Entah itu kakinya patah atau lain sebagainya, dia harus memastikan gadis itu tetap hidup sampai ke rumah sakit untuk perawatan.
Nola terlihat ketakutan dan sepertinya berusaha untuk tetap pergi.
Tanpa diduga saat Halbert menyentuhnya, Nola langsung menggigit lengannya sekuat tenaga. Dia menolak sentuhannya dan memberontak. Halbert meringis sedikit tapi tidak segera menarik tangannya.
"Nola ...," ujarnya.
Setelah menggigit lengan pria itu, Nola menggelengkan kepalanya dengan frustasi. Dia terus menghindari Halbert. Pikirannya belum tenang. Dia masih tenggelam dalam bayangan sekelompok pria misterius yang mengejarnya mati-matian.
"Jangan, jangan! Aku tidak mau ikut dengan kalian. Aku tidak mau! Aku lebih baik mati daripada jatuh ke tangan kalian! Kenapa ... kenapa kalian tidak melepaskanku dan juga ibuku ..." Nola terisak dan wajahnya yang pucat terlihat akan pingsan kapan saja.
Halbert tidak bersuara dan dia langsung menarik gadis itu ke pelukannya. "Tenang, ini aku. Aku di sini. Semuanya baik-baik saja dan orang-orang jahat itu sudah tidak ada lagi," bisiknya.
Nola yang masih ingin memberontak perlahan-lahan mengirup aroma parfum dan maskulinitas yang bercampur di tubuh Halbert. Pikirannya sedikit jernih saat ini dan dia mengenali sosok itu.
"Tuan ...," gumamnya.
"Ya, ini aku. Jangan takut," timpal Halbert.
Tubuh Nola yang gemetar akhirnya perlahan menjadi rileks. Dia menghirup aroma tubuh pria itu berulang kali dan memastikan jika itu memang Halbert.
Setelah itu, Nola merasa kelelahan dan dia akhirnya pingsan di pelukannya. Halbert segera membawanya keluar dari lembah dan buru-buru menuju rumah sakit terdekat.
mampir yuk ke novel ku juga☺❤