Usia yang sudah memasuki 33 tahun, membuat tuan muda Anderson merasa frustasi karena tekanan orang tuanya untuk segera menikah. Ditambah dengan semua adiknya sudah berumah tangga, hal itu membuatnya semakin tertekan.
Namun, pertemuan tidak sengaja dengan seorang perempuan muda yang ceria dan menarik, membuat Tuan muda terpesona.
Apakah akhirnya dia akan segera menemukan pendamping hidup dan terhindar dari tekanan kedua orangtuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Eh Bu, gimana ya kabar Sofia sekarang?" tanya Elsa saat ketika dirinya dan Bu Eli duduk berdua di ruang keluarga. "Mungkin saat ini dia sedang menangis dan meratapi nasibnya yang jadi budak ... hahaha." sambungnya dengan tertawa terbahak-bahak.
Ibu Eli pun juga begitu, kedua orang itu bahagia sekali karena sudah dapat menyingkirkan Sofia dari kediaman Pramana.
"Sudah pasti dong sayang, bukan hanya bekerja bagai hewan karena menjadi budak bisa jadi dia juga di jadikan pelampiasan hasrat s***al majikannya." imbuh wanita paruh baya itu.
Tak sadarkan dia jika di didunia ini ada hukum karma, ada hukum tabur tuai yang berlaku ... apa yang engkau tanam maka itulah yang akan engkau tuai.
"Tapi ngomong-ngomong gimana kabar kakak ya Bu?" tanya Elsa mengingat kakak laki-lakinya yang pergi dari rumah itu karena insiden Sofia yang kemarin.
"Anak b***h itu." kata ibu Eli yang raut wajahnya berubah menjadi kesal. "Sudah jangan bahas dia lagi ... bikin ibu kesel aja." sambungnya.
"Lagian aku heran sama kakak, sudah jelas-jelas kita yang keluarganya ... aku adiknya tapi dia lebih membela anak pembawa s**l itu." sahut Elsa yang juga jadi ikut kesal sama seperti sang ibu.
"Khem, lagi bahas apa kok seru sekali kelihatannya, sampai ayah datang saja tak ada yang tau." kata tuan Pramana yang baru pulang dari perusahaan.
Sejak mendapatkan uang dari hasil menukar Sofia, keadaan perusahaan Praha yang dia pimpin kembali stabil, bahkan lebih maju dari sebelumnya. Jadi tak jarang tuan Pramana pulang malam karena lembur.
"Ayah sudah pulang." kata Elsa yang langsung menghampiri sang ayah dengan tersenyum manis. "Ayah, ayah jangan terlalu sibuk bekerja nanti kalau jatuh sakit bagaimana?" kata Elsa dengan bergelayut manja.
"Perusahaan sedang berkembang pesat dan penjualan kita juga meningkat jadi mau tak mau banyak staf yang lembur." jawab tuan Pramana. "Terimakasih ya putri cantik ayah ini sudah sangat begitu perhatian." sambungnya lagi dengan mencubit pelan pipi Elsa.
❤️
Sofia yang baru saja pulang dari bertemu seluruh anggota keluarga Anderson memutuskan untuk duduk sejak di teras belakang, menikmati malam yang begitu cerah di temani bintang dan bulan.
"Gimana rasanya ketemu keluarga besar aku?" tanya Axel memulai pembicaraan mereka.
"Tadinya aku tegang dan gugup banget, takut keluarga besar kamu gak menerima aku ... eh ternyata mereka semuanya baik dan seru jadi enak di ajak ngobrol." jawab Sofia.
"Kenapa keluarga aku harus gak menerima kamu? Kamu cantik, baik." ujar Axel.
"Ya keluarga kamu kan termasuk orang berada, siapa tau mereka seperti orang kaya pada umumnya yang memandang orang miskin seperti aku dengan sebelah mata." jawab Sofia. "O iya bagaimana dengan perusahaan Praha?" tanyanya dengan mengubah posisi duduk yang tadinya menghadap ke depan menjadi kesamping menghadap Axel.
"Kita biarkan dulu mereka terlena dengan kemajuan perusahaan tersebut, nanti baru ... boom, kita hancurkan mereka." jawab Axel. "Tapi kamu beneran tega? Bukannya tuan Pramana itu ayah kandung kamu sendiri?" tanya Axel untuk memastikan. Dia tak ingin jika nantinya Sofia merasakan sebuah penyesalan.
Sofia tak langsung menjawab, wanita itu kembali merubah posisi duduknya menjadi menghadap ke depan.
"Kenapa harus gak tega? mereka saja begitu tega padaku selama ini. Orang yang kamu sebut sebagai ayahku itu sama sekali tak memandang dan tak menganggapku putrinya, dia bahkan selalu mendukung apa yang di lakukan istri dan anaknya padaku." jawab Sofia. "Aku akan lebih menyesal jika perusahaan yang di bangun dengan campur tangan ibuku justru di nikmati oleh tuan Pramana dan anak istrinya." sambungnya lagi.
Cukup lama mereka berdiam diri disana dengan tanpa kata, keduanya sama-sama terlarut dalam pikiran masing-masing.
"Sudah malam, ayo kita tidur." ajak Axel yang sudah lebih dulu berdiri.
Pria itu mengulurkan salah satu tangannya ke arah Sofia yang membuat Sofia menatap ke arah Axel. Baru setelah Axel menganggukkan kepalanya, Sofia menyambut uluran tangan tersebut.
Keduanya masuk kedalam rumah dengan saling bergandengan tangan.
"Gak niat nawarin buat tidur bareng?" tanya Axel menggoda Sofia kala mereka sudah sampai di depan kamar yang di tempati gadis itu.
"Axel." kata Sofia dengan mata yang melotot.
"Iya aku cuma bercanda kok." kata Axel yang membuat ekspresi Sofia berubah Septi biasa. "Tapi kalau di anggap serius dan di perbolehkan ... aku gak keberatan, justru seneng banget." sambungnya yang kembali membuat Sofia melotot.
"Ih apaan sih, aku bilangin bunda loh." ancam Sofia.
"Cie yang sudah berani ngadu sama calon mertua ... " goda Axel yang langsung membuat Sofia salah tingkah.
"Axel, apa'an sih ... gak jadi nikah ni." kata Sofia.
"Ya jangan dong." sahut Axel. "Ya udah kamu masuk gih, terus tidur ... aku juga mau ke kamar." kata Axel dengan tangan terulur mengelus surai kepala Sofia.
"Kamu juga langsung tidur, jangan lembur kerja." kata Sofia penuh perhatian yang di angguki oleh Axel.
Baru di kasih perhatian seperti itu saja rasanya hati Axel sudah berbunga-bunga. Gimana kalau di kasih perhatian yang lebih ... gak kebayang gimana reaksi Axel.
Tak lupa sebelum pergi, Axel memberikan kecupan di puncak kepala Sofia. Hem anak bunda Meyva ini sepertinya sudah tak tahan, maunya cium-cium terus di setiap ada kesempatan.
❤️
"Lagi ngapain Bun?" tanya ayah Dave yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya terlihat begitu sibuk.
"Lagi ngapain perhiasan untuk Sofia yah." jawab bunda Meyva tanpa mengalihkan pandangannya pada kotak-kotak beludru di hadapannya saat ini.
Ayah Dave yang penasaran pun ikut mendekat dan mengamati perhiasan-perhiasan yang ada di depan istrinya.
"Ini bukannya yang dari mama, Bun?" tanya ayah Dave sambil menunjuk salah satu perhiasan.
"Iya, itu adalah perhiasan turun temurun keluarga Anderson." jawab bunda Meyva. "Dulu di berikan mama padaku karena aku adalah istri dari putra sulungnya, jadi sekarang ini akan menjadi milik Sofia yang merupakan istri dari putra sulung kita." jelas bunda Meyva. "Kalau yang ini ... perhiasan dari kita untuk Sofia ... untuk menantu seorang Dave Anderson." kata Sofia dengan mengangkat kotak beludru berisi satu set perhiasan.
Dulu Zea, istri Rainard pun juga di beri satu set perhiasan oleh bunda Meyva begitu juga Flo.
"Dan ini, simbol wanita di keluarga Dave Anderson." kata bunda Meyva yang beralih pada satu kotak kecil yang berisi satu cincin. Cincin yang sama seperti dia, Zea dan Flo pakai di jari tengah tangan kiri mereka.
Bunda Meyva dulu memang sengaja membuatnya, edisi khusus dan terbatas... membuat empat buah yang memang ingin di pakai dengan anak dan menantu perempuannya, couple ... biar terlihat kompak.
next, semangatt thorr
cerita bagus ..