Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.
Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 22. First Kiss.
Esoknya, di hari senin yang biasa murid lakukan dengan upacara bendera.
Kini upacara itu di tiadakan, bahkan sekolah pun di bebaskan dalam waktu satu hari ini.
Semua murid dari tingkatan satu, dua dan tiga sedang berkumpul untuk acara pembukaan lomba di sekolahan.
Mereka mendengar narasi dari kepala sekolah yang sedang mengumumkan tentang peraturan lomba. Tak banyak murid yang tidak paham, semua memahami.
Saat kelas Mona tanding basket melawan kelas lain, disana Mona paling getol berteriak untuk memberi semangat kepada Nando.
Novia bahkan sampai terkejut "Kesurupan setan apa nih anak tumben banget"
Novi belum tahu kalau Mona dan Nando itu sekarang sudah berpacaran.
Nando yang jago bermain basket itu rupanya dengan mudah melewati hadangan lawan.
Dalam sekejap Ia memasukan bola ke dalam ring basket dan mengubah skor keunggulan untuk kelas nya.
"Ini mah berat sebelah, cowok-cowok kelas XII MIPA 2 mana jago basket semua"
"Juara sih bakalan"
"Ya kan, apa lagi sama cowok tinggi itu" Kata seorang adik kelas dua.
"Ada apa sama cowok yang tinggi?" Mona protes karena tak terima cowok nya di omongin.
"Ganteng"
Mona terkejut "Apa! Tadi kamu bilang apa?"
Adik kelas dua itu mengulang perkataan yang sama "Ganteng"
"Oh aja" Mona bernada sebal, dia mencoba agar tidak marah-marah. Sebab kalau ingin marah juga yang ada buang energi.
Energi nya lebih memilih dihabiskan untuk pacar barunya yang lagi bertanding.
"Nando semangat!!!" Pekik Mona.
Novia terkekeh geli "Ciyeee"
Nurul tersentak cemburu, dia menatapi wajah Mona tajam, andai dia tahu masalah pelik nya, mungkin gadis itu tidak akan bersemangat seperti yang sekarang.
"Puas-puasin aja dulu" Nurul bergumam dan melangkah menuju kantin, dia sangat tidak suka dengan situasi seperti ini.
Kembali ke arah lapangan skor berakhir menang telak untuk kelas nya Nando.
Suara bergemuruh datang dari kaum hawa yang melihat pertandingan, sorakan itu tertuju untuk Nando, membuat Mona menutup kedua telinga "BERISIK!!"
Novia mengerut kening "Kamu ini dari tadi kenapa sih Mon?"
"Minjem headset Nov" Mona memohon keras, karena situasi seperti ini membuatnya makan hati.
"NANDO LOVE YOU!!"
"Bapak kau love you!" Sewot Mona.
Mona langsung menggeledah saku celana Novia, dengan tenang dia menaruh kepala headset berkabel putih itu di kedua telinga nya.
Selepas pertandingan Nando mendatangi Mona dengan raut wajah yang berbeda.
Biasanya pria itu kecut dan datar, kini hati beku nya seakan mencair ketika memandang wajah Mona yang begitu mempesona.
Mona tersenyum, namun para gadis langsung menyerbu pria jangkung itu.
"Kak minta nomor whatsapp nya dong"
"Kak keren banget sumpah mainnya!!"
Resiko punya pacar ganteng jadi idola sekolah, Mona terus menghela nafas sabar, wajahnya dibuang ke arah lapangan dengan topangan dagu dari pembatas besi.
"Enak ya, dikerubungi banyak cewek."
Mona menoleh sebal, saat itu juga Nando mengecup bibir Mona dengan sangat berani.
Di depan umum, bahkan murid yang ingin mendekati nya, seolah di singkirkan satu-satu oleh pria jangkung itu, hanya untuk menjaga perasaan Mona.
Nando menyadari raut wajah Mona yang sedang menahan api cemburu.
"Sudah jangan cemburu"
You wanna know who I’m in love with? Read the first word again. Nando berdalih.
Entah mau taruh dimana wajah merona Mona saat melihat sekeliling murid yang mendadak melihat keromantisan mereka.
"Ciyeee, jadian Mona sama Nando ciyeee"
"AA KAMU INI YA BENER-BENER!!"
Keromantisan yang kemarin itu berlangsung sampai sekarang, Nando seolah ingin mempublikasikan bahwa Mona adalah kekasih baru nya di sekolah.
Party popper yang sudah disiapkan pun sudah di putar oleh Arip, menyemburkan serpihan pita di dalam nya hingga mengenai kedua pasangan itu yang sudah saling tatap pandang.
"PAJAK JADIAN!!" Kata Arip Heboh.
"SUIT-SUIT."
Novia tercengang "Mereka beneran jadian anjir, pantesan dari tadi cemberut tuh anak"
Mona dan Nando semakin tenggelam dalam lamunan mereka, yang satu berkata cantik yang satu lagi berkata ganteng.
Semua murid sekolahan tertawa sampai bertepuk tangan dengan meriahnya.
Dan lomba pun dilanjutkan kembali setelah di jeda sepuluh menit karena panita sedang mengurus pertandingan berikutnya.
Mona yang ikut lomba basket langsung berganti pakaian olahraga nya.
Kali ini Mona sedang bertanding, tak ada teriakan heboh dari Nando.
Sial
Pria itu paling benci sama teriak-teriak.
Dia hanya memandang dari kejauhan, dan itu Mona selalu menatap kearahnya, tatapan Nando cukup untuk mengisi energi semangat nya.
Entah kerasukan jin apa, Mona dengan lincah memasukan bola itu ke dalam ring, hal serupa dilakukan Nando saat bertanding tadi.
Mona saat SMP emang pernah juara di tim basket.
Dan itu Nando tidak kaget sekalipun, karena kemarin emang pria itu melihat figura foto Mona yang membawa piala kejuaraan tingkat nasional bola basket.
Dan kali ini teriakan bersorak dari mulut-mulut kaum Adam.
Nando memasang earphone bluetooth nya, dan tidak menyadari kalau Nurul ada disamping nya.
"Selamat ya" Nurul bersuara.
Nando mengernyit dan menoleh "Ada apa kesini"
"Aku mau ucapin selamat aja" Nurul melihat arah lapangan, bahkan dia memberi tepukan tangan untuk Mona.
"Kagum aku sekarang sama dia, perform basket nya best banget" Nurul langsung turun dari tangga ketika peluit istirahat dibunyikan, Nurul pun menghampiri Mona untuk memberinya uluran tangan.
"Aku minta maaf dengan apa yang saya perbuat kemarin, mari kita berteman baik"
Nurul mengaku kalah bersaing dengan mona dalam segala sisi. Niatnya benar-benar tulus hingga Mona tersenyum dan membalas uluran tangan Nurul.
"Aku minta maaf juga sudah menghajar wajah kamu kemarin"
Tak lama mereka bermaafan, pertandingan kembali dimulai, Mona memberi dampak yang positif untuk rekan team basket nya.
Dari dribbling, passing, cathing, lay up bahkan shooting nya terlihat sempurna.
"Ini sudah seperti pemain profesional"
Saat itu juga Nurul ingin menjadikan Mona sebagai pemain inti di turnamen basket antar sekolah di tingkat nasional yang akan di laksanakan liburan pertengahan semester.
Berhubung ayahnya kepala sekolah, Nurul langsung menghubungi ayahnya.
Nurul menurunkan ego nya demi misi sekolahan yang akan mengejar trofi di turnamen basket yang akan datang.