Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlahir kembali
Ting nong,,,
Suara bel pintu apartemen terdengar nyaring, mengagetkan Sri yang sedang asik bersih bersih di dalam, Sri menghentikan aktifitasnya dan setengah berlari bergegas membuka pintu, sejak tadi pagi dia menunggu kedatangan Regan yang semalam berjanji akan datang menemuinya, namun sampai siang ini Regan belum juga muncul.
Wajah Sri yang tadinya sumringah karena mengira jika Regan yang datang siang itu, harus pupus seketika karena ternyata yang berdiri di ambang pintu bukanlah Regan, melainkan pria muda dengan kedua tangan yang penuh dengan kantong belanjaan dan bawaan.
"Saya Fajar, asisten tuan Regan, saya mengantar barang barang titipan tuan Regan untuk anda. Pria muda itu menyodorkan beberapa paperbag, dan beberapa kantung plastik ke hadapan Sri.
"Tu-tuan Regan nya kemana?" Tanya Sri penasaran.
"Tuan masih ada rapat di kantor." Jawab pria muda itu dan buru buru berpamitan karena tidak ingin salah bicara jika Sri bertanya hal lain mengenai Regan pada dirinya.
Sri membuka kantong-kantong yang di kirim Regan untuknya, ada beberapa pakaian mulai dari pakaian santai, pakaian tidur dan yang membuat Sri tertawa geli Regan juga mengirimkan beberapa pakaian dalam untuknya, entah bagaimana cara Regan menebak ukuran dalaman untuknya, yang jelas semuanya pas sesuai ukuran yang biasa Sri pakai. Di kantong plastik lainnya juga ada beberapa bahan makanan seperti roti, daging, sayur makanan kaleng, makanan instan dan juga buah buahan segar, membuat Sri merasa terharu karena baru kali ini ada orang asing yang begitu memperhatikan dirinya dalam segala hal.
Tiga hari berlalu, Sri mulai merasa bosan karena kesehariannya hanya makan dan tidur, Regan yang berjanji akan datang menemuinya tiga hari yang lalu, sampai saat ini tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Memang benar saat ini Sri tinggal di apartemen mewah, dengan makanan dan pakaian yang tercukupi, namun tetap saja dia merasa terpenjara dalam sangkar emas. Tidak ada teman bicara, hanya menonton televisi setiap harinya dari bangun tidur sampai tertidur lagi hanya demi membunuh kesepiannya.
Sempat terbersit untuk keluar dari apartemen dan mencari keberadaan Regan, namun kemana? Bahkan dia tidak punya uang untuk ongkos pergi, dan dia juga tidak punya ponsel untuk menghubungi sugar daddy tampan nya itu.
"Ah Tuan, akhirnya anda datang juga!" Mata Sri berbinar dengan senyuman yang terkembang begitu saja saat tiba tiba Regan berjalan menghampiri dirinya yang sedang asik melamun di balkon sambil menikmati secangkir teh hangat sore itu. Ini hari ke lima sri tinggal di apartemen mewah yang bak penjara emas baginya itu, dan ini pertemuan keduanya dengan Regan setelah pertemuan pertama mereka lima hari yang lalu.
Saking asik Sri melamun sore itu, sampai dia tidak menyadari kedatangan Regan yang saat ini sedang menatapnya dari ambang pintu kaca penyekat antara ruang tengah dan balkon.
Melihat sosok Regan yang sedang menatapnya dengan pandangan yang teduh, sejujurnya Sri ingin berlari ke arahnya dan memeluk tubuh yang terlihat sungguh sempurna, dada bidang dan perut rata Regan merupakan dambaan semua wanita, hanya saja Sri berusaha menahan dirinya untuk tidak melakukan itu, hanya setetes air mata yang kini tiba tiba jatuh dari ujung matanya.
"Kenapa menangis? Apa aku mengganggu mu? Atau ada yang membuat mu sedih?" Kaget Regan saat melihat Sri tiba tiba meneteskan air matanya.
Sri menggelengkan kepalanya, "tidak Tuan, aku hanya terharu dan merasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan anda. Aku sangat kesepian dan selalu merindukan anda selama lima hari ini, aku takut jika anda tidak kembali ke sini." Tutur Sri dengan air mata yang semakin menganak sungai.
"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di luar kota, maaf aku tidak memberi kabar pada mu, tapi Fajar mengirimkan makanan kesini kan?"
"Iya, mas Fajar setiap hari datang untuk mengantarkan makanan ke sini, sampai kulkas penuh dengan makanan." jara Sri, dia juga menunjuk sekotak roti yang di kirim Fajar tadi siang.
"Mas Fajar? Kenapa kamu memanggilnya Mas, sementara aku kamu panggil Tuan, kamu bukan budak ku!" Regan terlihat tidak suka saat mendengar panggilan Sri untuk sang asisten yang sering di beri tugas untuk mengantarkan kebutuhan Sri selama lima hari ini. Fajar adalah asistennya yang sangat patuh dan dapat di percaya, sehingga Regan mempercayakan masalah ini pada asistennya itu.
"Mas Fajar usianya lebih tua dari ku, tidak sopan rasanya jika aku hanya memanggilnya dengan sebutan Fajar saja." kilah Sri.
"Aku lebih tua dari Fajar, dan tidak kamu panggil Mas." cibir Regan.
"Ya sudah kalau begitu aku panggil anda dengan sebutan Mas mulai sekarang," kata Sri.
"Tapi hanya aku yang boleh kamu panggil Mas, tidak ada pria lain yang boleh kamu panggil mas, tidak juga fajar!"
Sri tersenyum, dia merasa senang saat melihat regan begitu posesif terhadapnya. "Baik,,, tidak ada pria lain yang akan aku panggil Mas selain Mas Regan yang paling gagah, paling ganteng, paling baik dan paliiiiing pokoknya, mas mau kopi? Biar aku buatkan ya,"
Beberapa menit kemudian, Sri sudah kembali ke balkon dengan secangkir kopi yang masih mengepul, Regan sedikit terpana, dan ingatannya melayang saat aroma kopi menusuk hidungnya.
Entah kapan terakhir kali Karina menyuguhkan kopi untuknya, dia sampai lupa rasanya bagaimana di perhatikan oleh wanita, bahkan hanya sekedar kopi, karena selama setahun belakangan ini Karina sibuk dengan dunianya dan juga Julian, sementara dirinya juga sibuk mengurus sang ibu dan mengurus bisnis juga toserba milik ibunya yang kini di kelolanya.
Ternyata secangkir kopi bisa membuat hati Regan kembali menghangat.
"Apa kamu betah tinggal di sini?" Tanya Regan sesaat setelah dirinya menyeruput kopi buatan Sri yang menurutnya sangat enak itu.
"Hmmm betah, apalagi saat duduk di sini melihat pemandangan malam Ibukota yang penuh lampu dan gedung gedung tinggi, rasanya kelap kelip lampu itu menemani ku dan aku tidak merasa sendiri." Mata Sri memandang jauh namun kosong.
"Maaf, sudah membuat mu kesepian, tapi bukankah sejak awal aku sudah mengatakan jika aku punya keluarga, aku punya istri, dan harusnya kamu tidak berharap lebih dengan posisi mu saat ini jika kamu masih ingin kita bersama." ucap Regan.
"Ya, aku tau dan aku sadar dengan posisi ku. Kamu sudah memberi ku banyak hal mas, mana mungkin aku menuntut mu lebih dari ini." suara Sri terdengar sedikit bergetar.
"Ini ponsel untuk mu, jangan hubungi aku kecuali aku yang menghubungi mu. Ini kartu bisa kamu pakai untuk belanja sepuas mu, dan ini kartu identitas mu yang baru. Kamu harus punya kartu identitas, kan?" Regan memberikan barang barang yang dia sebutkan tadi satu persatu.
"Lestari? Kenapa namaku harus di singkat begini? Lalu foto ku ini?" Protes Sri saat nama di kartu identitas barunya berubah lalu foto dirinya yang di edit, entah kapan Regan mengambil foto dirinya, namun sepertinya itu di ambil saat pertemuan pertama mereka.
"Aku tidak suka dengan mana depan mu, aku lebih suka dengan nama belakang mu, Lestari, mulai sekarang nama mu Lestari, aku akan memanggil mu dengan nama Tari. Sri sudah tidak ada lagi, yang ada sekarang Lestari, percayalah nama itu lebih cocok dengan mu." Ujar Regan yang ternyata diam diam membayar orang untuk membuat kartu identitas baru untuk simpanannya itu.
"Tapi,,, ini tidak sesuai, tempat tanggal lahir pun salah, masa aku lahir di Ibukota, kok bisa gini sih? Ini kan pemalsuan identitas?" Protes sri karena di kartu itu yang benar hanya tahun kelahirannya dan juga nama panjangnya di jadikan nama nya kini.
"Dengan uang memalsukan identitas merupakan hal yang mudah, tenang saja, anggap saja kamu beru terlahir kembali, Lestari, kamu harus menjadi sosok wanita yang aku mau, baik itu identitas dan apapun itu, kamu hanya perlu menuruti ku saja." Regan tersenyum samar, entah apa arti di balik senyumannya itu, hanya dia yang tau.