Menurutku dia adalah wanita hebat, di lihat dari segi sudut yang tepat. Tapi tidak semua orang memandang dari segi yang sama. Karena keberadaannya yang di takdirkan lahir dari seorang ibu yang merupakan germo di sebuah club malam.
Membuat semua orang memandang remeh, dan rendah. Namun, atas kemampuannya dalam bermain billiard cue, ia aman dari keinginan laki-laki untuk meraup tubuhnya yang sexy. Bahkan mereka hanya mampu mengelap ludah melihat kecantikan Aneska.
Begitu pun dengan lelaki yang akan menjadi calon suaminya yang selalu memandang buruk tentangnya.
Lelaki yang kaya dan juga dingin, banyak wanita yang tergila-gila dengan ketampanannya. Tuan muda Arya Brasetyo, yang terlahir dari keluarga Kaya se- Asia harus bertemu dengan wanita serendah Aneska, menurutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Riskiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam pertama
" Kakek sudah merasa baikan, biarkan pelayan yang mengurusnya. Lebih baik kamu temui istrimu!" Perintah Brasetyo.
Brasetyo kini telah sampai di kediamannya sendiri, tepatnya di dalam kamarnya. Dokter Rey telah memperbolehkan Arya membawa Brasetyo pulang ke rumah, dengan alasan jika kondisinya sudah membaik.
Padahal memang keadaan Brasetyo baik- baik saja dan merasa cukup bosan dengan rumah sakit yang bau dengan obat- obatan dan tanpa aktivitas apapun. Jadi Brasetyo meminta kepada Rey agar segera di pulangkan dengan alasan kondisinya telah membaik.
Bukankah itu hanya alasan untuk memperkuat keinginan Brasetyo? Jika tidak, mana mungkin Brasetyo berhasil menikahkan cucunya dengan wanita pilihannya.
Wanita yang diseleksi sendiri, dimana ia mengingat kembali almarhumah istrinya yang begitu mirip dengan sifat Aneska. Yaitu suka menolong, tulus dan baik hati.
" Aku tidak mau terjadi sesuatu lagi dengan kakek, biarkan Arya yang mengurusnya!" Ucap Arya.
Arya sangat bersikukuh tidak ingin pergi dari tempatnya ia berdiri. Melihat beberapa pelayan menyelimuti Brasetyo. Arya sebenarnya sangat enggan menuju kamarnya sendiri. Dimana ada yang sedang menunggunya yaitu Aneska yang kini telah menjadi istri sahnya.
" Ar..bukankah ini malam pertamamu? Bagaimana bisa kamu meninggalkan istrimu! Jangan membuatnya menunggu! Izinkan kakek tidur dengan tenang!" Jelas Brasetyo beralasan untuk membujuk Arya. Agar Arya tau jika istrinya masih tersegel.
" Istriku? Aku benar-benar tidak sudi! Aku akan merasa mual jika sampai melihatnya. Atau mungkin sikapku terhadapnya tidak bisa terkendali. Bisa- bisa aku membunuhnya jika aku sudah tak terkendali. " Batin Arya merutuki Aneska.
" Yang akan menjadi istriku hanya Viona seorang. Bukan waninta lain seperti dia yang menjijikkan. Bagaimana aku akan menyentuh barang bekas? Aku juga tidak tau apakah dia sehat dan tidak terjangkit penyakit kelamin! Kakekku benar-benar sudah tidak waras! Apakah penyakitnya juga mengenai kepalanya? Bagaimana pun dia adalah kakekku! " Lanjut Arya tetap membatin.
" Baiklah!" Ucap Arya dengan hati begitu kesal dan bergegas meninggalkan kamar Brasetyo. Arya memang tidak dapat melawan ucapan Brasetyo. Sehingga dirinya terpaksa menuju kamar pengantinnya.
" Kamu akan benar- benar menyesal telah berani mengusik kehidupanku! " Batin Arya penuh dengan kebencian.
Berencana untuk membuat Aneska benar- benar menyesal telah mengganggu hidupnya. Arya melangkah ke kamarnya dengan hati yang berkobar penuh amarah.
...****************...
Di lain sisi Aneska sudah menunggu Arya di kamar pengantin, lebih tepatnya kamar Arya yang di dekorasi menjadi kamar yang begitu manis dengan taburan kelopak mawar merah, lilin-lilin menyala, semerbak aroma terapi yang menyeruak keseluruh kamar yang sangat mewah dan luas tersebut.
" Wah, cantik sekali..." Ucap Aneska dengan kain kebaya pernikahan yang masih melekat di tubuhnya.
Aneska terlihat menawan dengan kebaya yang melekat di tubuhnya itu. Namun, Arya sedikit pun tidak memandangnya. Hanya ada kebencian di dalam mata Arya terhadap dirinya.
Aneska menghampiri dan memegang kelopak mawar merah yang berada di atas kasur tersebut. Menghirup wanginya lalu mulai berbaring.
Terasa nyaman dan sangat empuk, serta wangi yang membuatnya begitu betah dan menghilangkan rasa frustasinya. Namun kenyaman itu tidak berlangsung lama.
Byurrr...
Aneska langsung terperanjat dari tempatnya ketika ia merasakan dinginnya air mengenai wajahnya.
" Apakah kamu sudah bangun dari mimpimu?" Ucap Arya tersenyum kecut dengan sengaja menyiram wajah Aneska.
Ia baru saja menginjakkan kakinya di kamarnya sendiri. Melihat Aneska menikmati kasur empuknya sambil menutup mata. Lalu dengan segelas air di sampingnya, Arya telah menuangkan air tersebut ke wajah Aneska. Aneska tentu terkejut bukan main, hingga terperanjat dari tidurnya.
" Aku menunggumu, aku masih belum tertidur!" Jawab Aneska sambil mengusap wajahnya yang penuh cipratan air.
" Apa menungguku? Untuk apa? Apakah kamu mau berusaha menggodaku juga? Simpan wajah lugumu itu. Aku tidak seperti kakekku yang mudah termakan dengan wajah polosmu!" Ucap Arya dengan rahang yang mengeras, mata berapi dan juga tatapan yang begitu tajam.
" Apa???" Ucap Aneska tidak menyangka jika perkataan Arya begitu kejam.
" Atau jangan-jangan kamu ingin mengetahui kejelasan statusmu ini?" Lanjut Arya sudah benar- benar hilang kendali dengan Aneska yang masih bermuka lugu di hadapannya.
" Baiklah, akan aku jelaskan. Kamu hanya sebutir debu yang bisa mengotori semuanya. Jadi jangan bermimpi untuk menjadi sebutir mas. Jangan berharap! kamu hanya sebuah besi yang telah berkarat. Yah, memang status kita saat ini suami istri, tapi jangan berharap kamu akan aku anggap sebagi istri! Dan ya, aku punya wanita yang pantas menjadi ibu dari anak-anakku! Wanita cantik, menjaga kehormatannya, bahkan jenius dan berpendidikan tinggi!" Jelas Arya menghardik Aneska sekaligus juga membanggakan sang kekasih yang begitu ia cintai yaitu Viona.
Aneska berusaha untuk kuat mendengar umpatan dari suaminya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menunduk.
" Ucapannya tidak sepenuhnya salah, tapi apa semua orang memandangnya dengan sebelah mata? Mata juga bisa salah, telinga, atau pendapat kita sendiri. Bagaimana bisa dia menilaiku seburuk dan serendah itu? Aku juga tidak ingin mengusik kehidupanmu, ini bukan keinginanku. Aku juga berharap menikah dengan pria yang aku cintai. " Batin Aneska.
" Aneska, bukankah ini merupakan hal biasa bagimu? Ada apa denganmu? Kamu harus tegar, bahkan kamu sudah menjinakkan ribuan serigala! Dan di depanmu hanya seorang pria yang dingin, dan sedikit arogan. Kamu pasti bisa melewatinya. " Lanjut batin Aneska.
" Dan jangan sentuh kasurku lagi, bahkan semua barang disini!" Timpal Arya kembali.
" Apa? Lalu aku akan tidur dimana? " Batin Aneska.
" Di kursi!" Jawab Arya seakan tau isi pemikiran Aneska.
" Di kursi???" Ucap Aneska mempertanyakan kembali yang baru saja di tangkap oleh daur telinganya.
" Apakah ucapanku kurang jelas? Bukankah aku sudah berbaik hati memperbolehkanmu tidur di kursi mahalku? Kamu tau kursi itu lebih mahal dari harga tubuhmu!" Ucap Arya. Banyak umpatan yang siap ia luncurkan dari wanita di depannya yang di anggap tidak tau diri itu.
" Cih, tidak tau diri! Dikasih hati malah minta jantung! Aku tidak akan sudi jika dia menyentuh barang- barangku. Semua akan kotor sama seperti tubuh dia, sungguh sangat menjijikkan! " Batin Arya merutuki Aneska.
" E..ba..iklah!" Ucap Aneska memilih mengalah dan langsung tidur di kursi.
" Aku harap, pada diriku sendiri. Semoga aku mampu melewati pecahan kaca kali ini. Tidak sesulit dengan hidupku selama ini. Berbagai ujian telah aku lewati, berbagai serpihan kaca dan juga baja aku juga sudah pernah lewati. Untung saja sofa, bahkan aku juga pernah tidur di jalanan. Terima kasih untuk hari ini, semoga tuhan memberiku besok sebuah kebahagian! " Batin Aneska berbaring di atas sofa panjang sambil menahan air matanya yang hampir jatuh.