NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Tebus kesalahan pakai ciuman

...0o0__0o0...

..."Buatkan kopi untukku," bisik Arya—tanpa menoleh, tanpa menunggu....

...Nada suaranya terlalu datar, terlalu tenang… dan justru itu yang membuat bulu kuduk Naya berdiri....

...Naya cepat-cepat bergerak, mencoba menyembunyikan getaran kecil di tangannya. Aroma kopi menyatu dengan degup jantungnya yang masih belum stabil setelah kejadian barusan....

..."Sial… kenapa aku masih memikirkan itu…" batinnya menegang....

...Arya berdiri di mini bar, punggungnya kokoh, bahunya tegas, dan tatapan gelapnya mengawasi Naya dari sudut mata. Baju satin tipis yang Naya pakai menggantung pas, dan Arya memandang-nya seperti seorang pemangsa yang sedang menilai mangsanya....

...Glek....

...Arya menelan ludah keras. Rahang-nya mengencang. "Sebegini mudah-nya tubuh kecil itu merusak fokus ku ?" batinnya geram, gelap....

...Saat Naya akhirnya meletakkan kopi di hadapan-nya, Arya hanya menatapnya sesaat....

...Sunyi menguasai ruangan....

...Arya langsung mengambil kopinya dan menyeruput pelan....

...Glek..!...

...Tegukan pertama. Kopi itu mengalir pelan membasahi tenggorokan laki-laki itu....

...Wajah Arya tetap datar. menatap Naya yang berdiri di depan meja bar....

...Lalu… keheningan yang terasa seperti badai yang menahan diri....

...Naya menelan ludah gugup. “E-em… kenapa, Tuan ?”...

...Arya tidak menjawab. Tidak berkedip. Tidak bergerak. Lalu kalimat itu turun… seperti vonis....

...“Naya, kemari.”...

...Nada suaranya tidak keras....

...Tapi cukup untuk membuat lutut Naya lemas. Ia mendekat. Perlahan. Ragu. Bingung apakah dia baru saja melakukan kesalahan besar....

...Begitu Naya berada di jarak jangkauan… Arya langsung menarik lengan-nya....

...Bruk..!...

...Tubuh Naya jatuh tepat ke pangkuan-nya....

...“A-akh!” Naya refleks terkejut, kedua tangan-nya mencengkeram pundak Arya. “Tuan… apa yang—”...

...Arya menatap-nya dengan mata gelap yang tidak bisa di baca. Tangan-nya terulur, memegang pinggang Naya kuat, seolah memastikan gadis itu tak bisa kemanapun....

...“Kau berniat membuat ku diabetes, hm ?”...

...Suaranya rendah. Datar. Tapi ada nada mengancam di balik ketenangan-nya....

...Naya membeku....

..."Mampus," Batinnya. "Sial banget aku hari ini, semoga tuh duda buntut satu ngak ngamuk." Otak Naya langsung kelabakan. "Apa aku benar-benar salah taruh takaran gula ?! Ini semua gara-gara aku melamun dan memikirkan aset tuan Arya!" Gerutu-nya lagi membatin....

...Naya cengengesan kaku, mencoba selamatkan diri. “Ma—maaf, Tuan. Saya hanya… Salah memperkirakan takaran selera Anda…”...

...Arya tidak tertawa. Bahkan tidak menunjukkan reaksi. Sebaliknya—tangan-nya menjangkau tengkuk Naya dan menarik-nya mendekat....

...Kini wajah mereka hanya di pisahkan beberapa helai napas. Naya bisa merasakan panasnya, napasnya… aura dominan-nya yang menekan dari segala arah....

...Hening....

...Begitu hening sampai Naya bisa mendengar denyut nadinya sendiri....

...Sampai Arya berbicara. Suara rendahnya memotong udara. “Aku tidak suka memperkerjakan orang yang tidak kompeten.” Tatapan-nya menusuk langsung ke mata Naya....

...“Kau punya dua pilihan.” Jeda. Seolah ia menikmati setiap detik kecemasan Naya. “Tebus kesalahan mu…” ujarnya pelan namun tegas. “…atau gajimu ku potong lima puluh persen.”...

...Naya langsung melotot. Mulutnya setengah terbuka tidak percaya....

..."Astaga… duda satu ini memang kejam! Gajiku sudah kecil, masa mau di potong setengah ?! Tidak bisa!" Batinnya menggerutu tak terima....

...Wajah Naya menegang, tapi tubuhnya terjebak erat di pangkuan Arya. Ia bisa merasakan dominasi laki-laki itu membungkus-nya seperti bayangan gelap yang sulit di hindari....

...Arya tidak bergerak. Tidak tersenyum. Tidak berkedip. Ia hanya menunggu. Seakan tahu bahwa pada akhirnya, Naya akan memilih dengan cara yang ia inginkan....

...Naya mengedip cepat, mencoba mengumpulkan keberanian. Tubuhnya masih terperangkap di pangkuan Arya, namun ia berusaha menegakkan punggung-nya agar tidak terlihat terlalu… kalah....

...“Tuan… Anda tidak bisa mengancam saya seperti itu,” ujar Naya, suaranya pelan tapi berusaha tegas....

...Arya mengangkat satu alis. Perlahan. Bahaya. Senyum tipis—bukan senyum menenangkan, lebih tepatnya peringatan—terlihat di sudut bibirnya....

...“Tidak bisa ?” suara Arya merendah, semakin gelap. “Coba ulangi itu, Naya.”...

...Deg....

...Nada itu membuat napas Naya macet. Namun ia tetap mencoba melawan, meski bibirnya bergetar. “Sa-saya… saya bekerja sesuai kemampuan saya. Kalau ada yang salah, saya bisa—”...

...Arya tiba-tiba mendekat, membuat kata-katanya terhenti seketika....

...“Kau bisa apa ?” Bisikan Arya menusuk langsung ke telinganya. “Akan kabur ? Akan membantah ? Atau… tetap di sini sambil menggigil seperti sekarang ?”...

...Naya refleks memalingkan wajah, menahan agar ekspresinya tidak terlihat terlalu lemah....

...Tapi Arya menangkap dagunya. Perlahan. Kuat. Tidak memberi ruang untuk kabur....

...“Naya,” panggilnya rendah. “Lihat aku.”...

...Dengan terpaksa, Naya menatap mata Arya. Dan itu kesalahan pertamanya....

...Tatapan laki-laki itu terlalu intens. Terlalu mendominasi. Terlalu… menghancurkan benteng yang Naya coba bangun....

...“Aku bisa membaca ketakutan mu dari cara kau menelan ludah,” bisiknya. “Dan setiap kali kau mencoba melawan… kau justru semakin menunjukkan kelemahan mu.”...

...Naya menggigit bibir bawahnya, merasa pipinya memanas.“Aku tidak lemah.” Ia mencoba menjaga ekspresi, meski suaranya nyaris pecah....

...Arya menunduk sedikit. Mengamati wajah Naya seperti seseorang mengamati benda rapuh yang menarik perhatiannya....

...“Buktikan.”...

...Naya mematung. “Ma—maksud Anda apa ?”...

...Arya menautkan jemarinya di pinggang Naya, menahan gadis itu tetap duduk di pangkuan-nya. Pegangan-nya tidak menyakitkan… tapi cukup kuat untuk menegaskan bahwa ia memegang kendali penuh....

...“Jika kau benar-benar tidak lemah,” ucap Arya pelan, “kenapa sampai sekarang kau tidak berani mendorong ku ?”...

...Naya terdiam. Jantung-nya melompat ke tenggorokan....

...Itu benar....

...Dari tadi gadis itu berkali-kali ingin bangkit, tapi tubuhnya justru tidak bergerak — entah karena ketakutan, keterkejutan, atau… hal lain yang tidak mau Naya akui....

...Arya tersenyum kecil, kemenangan jelas terpampang di wajahnya.b“Aku tidak pernah salah menebak,” gumam-nya....

...Naya membuka mulut hendak membalas, tapi sebelum satu kata pun keluar, Arya menambahkan—...

...“Cobalah melawan lagi, Naya.” Matanya gelap, tajam, mendominasi. “Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa bertahan sebelum akhirnya menyerah.”...

...Deg....

...Tubuh Naya menegang, napasnya kacau. Dan ia sadar Semakin ia mencoba melawan, semakin ia tenggelam dalam permainan dominasi Arya....

...Hening memenuhi ruangan setelah kalimat Arya....

...Naya masih terjebak di pangkuan-nya, tubuh-nya menegang, matanya sibuk mencari jalan keluar yang tidak ada....

...Arya mengamati seluruh ekspresi Naya: takut, bingung, menahan diri… tapi tidak benar-benar melawan. Dan itu memberinya jawaban....

...Dengan gerakan perlahan namun pasti, Arya mengangkat dagu Naya dengan dua jarinya. Tatapan-nya tidak memberi ruang untuk diskusi....

...“Aku sudah memutuskan,” ucapnya rendah, nyaris tanpa emosi....

...Naya menelan ludah. “Memutuskan… a-apa ?”...

...Arya mendekat sedikit—cukup membuat napas Naya terhenti.“Pilihan pertama,” bisiknya....

...Naya terpaku. “Tapi saya belum—”...

...“Kau sudah memilih,” potong Arya pelan, namun tegas tak terbantahkan. “Tubuh mu sudah menjawab lebih dulu dari pada mulut mu.”...

...Darah Naya berdesir tak karuan. “Tuan… saya tidak—”...

...“Naya.” Nada Arya turun semakin berat. “Diam.”...

...Dan seperti di sihir, Naya benar-benar diam....

...Arya menatap wajah gadis itu lama… terlalu lama....

...Semakin laki-laki itu melihat, semakin jelas kegugupan Naya, semakin tampak bagaimana gadis itu mencoba menahan gemetarnya… dan semakin kuat keinginan Arya untuk menundukkan semua perlawanan itu....

...Perlahan, Arya menggeser tubuhnya sedikit, mendekat sampai wajah mereka hanya terpaut beberapa sentimeter....

...Naya memalingkan wajah sepersekian detik—refleks kecil itu justru membuat sentuhan dominan Arya semakin terasa....

...“Tebus kesalahan mu,” bisik Arya tepat di depan bibirnya. “Sekarang.”...

...Dan sebelum Naya mampu berpikir atau mundur, Arya menangkup sisi wajahnya…dan mencium bibirnya. Tidak kasar. Tidak lembut....

...Tapi tegas, mendominasi, dan penuh kendali — seolah Arya ingin memberi tahu siapa yang memegang keputusan di antara mereka....

...Naya terkejut. Nafas'nya terhenti. Tangan yang tadi ingin mendorong malah mencengkeram bahu Arya....

...Arya tidak memaksanya—tapi juga tidak membiarkan-nya kabur....

...Duda itu menahan Naya dengan stabil, mengarahkan, mengontrol, memastikan gadis itu merasakan betul bahwa keputusan ini adalah keputusan-nya… dan sekaligus konsekuensi dari tantangan Naya sendiri....

...Mmpt..!...

...Naya membiarkan Arya mencium bibirnya. Tanpa membalas. Tanpa penolakan....

..."Jebakan berhasil." Batin gadis itu menyeringai puas....

...Saat akhirnya Arya melepaskan ciuman itu, ia tetap menahan wajah Naya dekat dengan dirinya. Tatapan-nya dalam. Gelap. Tak terbaca....

...“Mulai sekarang,” ucapnya perlahan, “aku yang menentukan pilihan mu ketika kau terlalu ragu untuk menentukan-nya.”...

...Naya tak bisa menjawab. Tak bisa bergerak. Ia hanya bisa menatap Arya—terkejut, bingung, marah, namun juga… tak bisa memungkiri sesuatu yang lain....

...Arya tersenyum tipis. Senyum kemenangan....

...“Pertama,” katanya pelan sambil menyentuh bibir Naya dengan ibu jarinya, “tebusan mu sudah di mulai.”...

...Naya masih terdiam di pangkuan Arya, tubuhnya kaku, napasnya pendek....

...Tangan Arya yang masih menangkup sisi wajahnya bergerak pelan ke belakang tengkuk Naya, menarik gadis itu mendekat dengan kontrol penuh....

...“Naya,” bisiknya—suara berat, rendah, dan berbahaya. “Lihat aku.”...

...Dengan susah payah, Naya mengangkat pandangan-nya....

...Kesalahan-nya di mulai di sana....

...Begitu mata mereka bertemu, Arya langsung menarik pinggang Naya, merapatkan tubuh gadis itu hingga dada mereka bersentuhan....

...Dan tanpa aba-aba— Arya menempelkan bibirnya ke bibir Naya....

...Kali ini bukan sekadar ciuman....

...Itu serangan....

...Naya menahan napas, tubuhnya tersentak ketika Arya mencium lebih dalam, lebih kuat, seolah ia ingin menghapus semua kata-kata bantahan yang tadi Naya ucapkan....

...Tangan-nya mencengkeram pinggang Naya, menarik gadis itu sepenuh-nya ke dalam ruangnya....

...Naya merasakan panas tubuh Arya, kekuatan rahang-nya, tekanan bibir yang tidak memberinya ruang untuk berpikir....

...“Tu—”...

...Bibir Naya baru terbuka untuk protes—...

...Namun Arya justru menekan lebih dalam, membungkam-nya. Gerakan-nya tegas, mendominasi, membuat Naya kehilangan arah....

...Tangan-nya yang tadi ingin mendorong… justru bergetar di dada Arya. Naya mencoba menahan—tapi Arya tidak memberi kesempatan....

...Arya menggeser ciuman-nya sedikit, menahan rahang Naya agar tidak bisa kabur....

...Napasnya panas, terengah, memenuhi seluruh ruang kecil di antara mereka....

..."Eurghhh..."...

...Naya mengeluarkan suara kecil tertahan—setengah terkejut, setengah bahagia pada dominasi laki-laki itu....

...Arya berhenti sejenak....

...Hanya sejenak....

...Bibirnya masih sangat dekat, napasnya menyapu bibir Naya....

...“Menghindar lagi ?” bisiknya gelap. “Tiap kali kau mencoba… kau justru membuat ku ingin menahan mu lebih lama.”...

...Dan sebelum Naya bisa merespons, Arya kembali mencium—lebih panas, lebih dalam, lebih intens....

...Tangan-nya naik ke belakang kepala Naya, menahan, mengendalikan seluruh arah ciuman. Sementara tangan lainnya tetap melingkar di pinggang Naya, megelus sensual....

...Ciuman-nya semakin dalam, ritmenya berubah, dari tegas menjadi menuntut, dari menuntut menjadi membakar....

...Empt..! Empt..!...

...Naya kehabisan napas, namun justru itu membuat Arya menahan wajahnya lebih lama....

...Arya akhirnya menjauh satu inci—hanya satu....

...Napas mereka masih bertabrakan....

...Bibir Naya merah. Matanya membesar. Tubuhnya bergetar....

...Arya tersenyum tipis, senyum yang menunjukkan kemenangan total. “Begitu,” bisiknya, jarinya menyentuh bibir Naya yang basah. “Itu yang kumau ketika aku bilang tebus kesalahan mu.”...

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!