NovelToon NovelToon
Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Sudah Terbit / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:105.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Vie

🎉Bebas Promo


Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗


Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.

Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.

Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?

Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.

Heppy Reading... 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Wiratmaja

"Bagaimana? Apa ada kabar baik dari mereka berdua? Apa mereka sudah mulai dekat?" tanya Wira pada suruhannya yang selama ini menjadi kamera pengintai bagi Wira. 

Tanpa menjawab, pria yang menjadi mata-mata itu kembali memberikan amplop berwarna coklat yang berisi beberapa foto yang ia ambil. 

Wira langsung melihat lembar demi lembar foto kebersamaan Satria dan Kimy selama hampir dua bulan terakhir ini. Senyum penuh syukur pun langsung terbit dari wajahnya. 

"Ini dimana? Mengapa mereka sering ke tempat ini?" tanya Wira saat melihat beberapa foto yang mengabadikan momen Satria dan Kimy pergi ke tempat yang sama. 

"Itu toko peralatan lukis," jawabnya. 

"Lukis?"

"Iya Pak, sepertinya Mbak Kimy memiliki hobi melukis."

"Benarkah itu? Aku tidak pernah dengar jika dia memiliki bakat itu."

"Keluarganya menentang bakatnya."

"Dan Satria mewujudkannya? Aneh." Wira mulai curiga. "Tapi sepertinya Satria terlihat tak keberatan menemaninya berbelanja. Apa dia sudah mulai menyukai Kimy?" 

"Maaf Pak, saya hanya bisa memperhatikan mereka dari luarnya saja, urusan perasaan, saya masih belum bisa membacanya."

"Sudah berani kamu menjawab ucapanku, ya!" Wira tersenyum mengejek. 

Wira terus memperhatikan foto-foto yang memperlihatkan keakraban mereka, walaupun ada beberapa foto yang memperlihatkan foto Satria tertawa lepas sedang Kimy cemberut. "Mereka benar-benar serasi."

Tapi, senyum Wira langsung lenyap saat melihat Satria sedang memangku wanita di dalam klub malam. 

"Dasar Bedeb*h! Apa dia masih sering pergi ke klub seperti ini?" Wira murka. Atau lebih tepatnya, dia kecewa. 

"Tapi malam itu, dia tidak melakukannya, karena saat itu sepertinya dia mendapatkan telpon penting dari seseorang. Jadi dia melupakan Wanita Malamnya," jawabnya.

"Maksudmu?"

"Iya Pak, seperti yang sudah saya katakan, Mas Satria tidak melakukan hal itu."

"Tapi ini? Lagi-lagi dia pergi ke klub malam. Apa kamu bisa memastikan jika hal itu gagal lagi untuk kedua kalinya?" Wira kini sedang memperhatikan foto cucunya yang memangku wanita malam lainnya. 

"Iya. Hal itu gagal lagi." 

Wira langsung mengalihkan wajahnya ke arah pria yang dia jadikan mata-mata itu. "Bagaimana bisa? Apa dia bertobat?"

"Sayangnya tidak, malam itu dia terlihat khawatir tentang kondisi Mbak Kimy, lalu dia pergi ke rumah barunya. Dan tragedi penembakan pun terjadi—"

Wira terkejut, begitu terkejut mendengar ucapan pria yang jauh lebih muda darinya itu. "Tragedi penembakan?" Dengan wajah yang pucat pasi, dia memastikan ucapan pria itu. 

Dan akhirnya pria itu menceritakan kejadian yang ia lihat malam itu. Dia mendengarkannya dengan seksama, hingga akhirnya sebuah rencana pun terbit di otak tuanya. 

Kimy terbangun saat langit sudah mentari sudah hampir tenggelam di ujung kota. 

"Kakaaaaakk! Aku ketiduran." Kimy langsung duduk dari tidurnya. 

"Baru gue mau panggil ambulans. Gue kira elu pingsan." Ternyata Satria masih disibukkan dengan pekerjaannya. 

"Aaaaahh. Kakak kenapa gak bangunin aku?" rengek Kimy. 

"Gue udah bangunin elu berkali-kali, elunya aja yang kayak kebo." Dan itu memang benar adanya, beberapa kali Satria mencoba membangunnya, tapi Kimy tak bergeming. "Sampe gue bantu nafas buatan ke mulut lu, elu kagak bangun-bangun." Kali ini dia berdusta. 

"Ih, najis, najis, najis, najis." Kimy langsung mengusap-usap dengan kasar bibirnya dengan air mata yang langsung membendung di matanya. "Kakak jahat!"

Suara parau Kimy berhasil membuat pria yang tengah sibuk itu menoleh ke arahnya. "Elu mewek?" Satria langsung berjalan menghampiri. 

"Jangan deket-deket aku!" Kimy kembali menyilangkan kedua tangannya di dada. 

"Cil, gue becanda. Masa elu percaya sih?" Satria sedikit terkekeh melihat kelakuan calon istrinya. "Gue kan udah sering bilang ke elu, kalau elu itu bukan tipe gue."

"Tapi bukan sekali, Kakak mau nyium aku."

"Becanda Cil. Elaaaah, udah cepet cuci muka sonoh! Bersihin bekas aliran sungai Nil di pipi lu!" Dan untuk kedua kalinya Kimy percaya ucapan Satria. Dia refleks mengusap kedua pipinya yang mulus. 

Dan untuk yang ini Satria tidak bisa menahan tawanya, dia tertawa lantang melihat tingkah perempuan yang seharusnya sudah bersikap dewasa itu. "Bocil, Bocil." Satria mengacak-acak rambut Kimy yang masih berantakan. 

Kimy menghabiskan makan siangnya petang itu, walaupun tadinya Satria ingin memesankan makanan yang baru untuknya, tapi Kimy menolak, perutnya sudah terlalu lama menahan lapar.

Tepat saat Kimy menghabiskan minumnya, ponsel Satria berbunyi. Ternyata dari ayahnya. 

Tumben.  "Halo?"

"Cepat ke rumah sakit, kakek kamu masuk rumah sakit." Terdengar kekhawatiran dari suara tua milik ayahnya itu. 

"Baik!" Hanya itu yang bisa keluar dari bibirnya. 

Langit senja petang itu terlihat sendu dipandang Satria. Mendengar kabar pria tua yang begitu ia sayangi masuk rumah sakit, seperti sebuah kabar kebangkrutan perusahaan baginya. 

Satria langsung bergegas, semua pekerjaan yang sejak tadi menyita waktunya langsung terabaikan. Dia berlari  menyusuri lorong kantornya yang telah sepi dan mulai gelap, menuju lift. 

Sapaan dan senyum dari beberapa orang karyawan pun tak dihiraukannya, dia terlalu cemas dengan kondisi pria tua yang kini ada di rumah sakit itu

"Kita mau kemana?" tanya Kimy, yang entah mengapa ikut bersamanya. 

"Elu ngapain disini?" Satria baru menyadari jika perempuan cerewet itu ikut bersama dirinya. 

"Ikut Kakak."

"Ya gue juga tau Cil, elu kenapa tiba-tiba ngejugrug di mobil gue?"

"Kan Kakak yang narik-narik aku dari ruangan Kakak," jawab Kimy, karena begitulah kenyataannya. 

"Gak ngerasa." Karena memang Satria tak merasa menarik Kimy untuk ikut dengannya. 

"Terus Kakak mau berfikir kalau aku ngintilin cowok mesum kayak Kakak gitu?" cibir Kimy. "Nanti nunggu Voldemort besanan sama Harry Potter, baru aku mau ngintilin Kakak." Yang artinya itu tidak akan pernah terjadi. 

"Seriusan gue kagak inget. Saking kecilnya, gue kira elu tas laptop kali ya!"

"Males aku ngomong sama spesies langka kayak kamu." Kimy malas berdebat. 

Untung jalanan tak terlalu  padat, hingga Satria bisa cepat sampai ke rumah sakit, tanpa bertanya lagi dimana letak kamar Sang Kakek, Satria buru-buru masuk ke dalam lift rumah sakit, karena rumah sakit tersebut adalah salah satu anak perusahaan keluarganya. 

Tanpa mengetuk pintu kamar ruang rawat inap khusus itu, Satria masuk. Ternyata sudah ada Anggara dan Rahardian disana. Tapi Satria tidak peduli, dia langsung menghampiri Sang Pasien. 

"Ayah?" seru Kimy, dengan nafas terengah-engah, sebab dia harus berlari agar bisa menyamai langkah Si Kaki Panjang. 

"Kimy!" Anggara terkejut melihat cucu kesayangannya disana. "Kamu kesini sama siapa?"

"Oh, itu— emmm."

"Saya!" jawab Satria, melihat wajah gugup calon istrinya. 

"Aku yang menyuruh Kimy datang kemari. Karena aku ingin membahas sesuatu sebelum aku meninggal," ucapnya, lirih.

"Siapa yang akan meninggal? Aku gak akan mengijinkan Kakek mati dalam waktu dekat ini." Satria yang duduk di ranjang pasien langsung dihadiahi tendangan oleh Wira. 

"Kamu pikir kamu siapa? Bodoh!"

"Iya, benar-benar bodoh!" sambung Kimy sambil menggelengkan kepalanya, dan hal itu langsung memancing semua orang yang ada di ruangan itu untuk menatapnya. Sampai-sampai Edwin yang sedang berbicara dengan sekretarisnya ikut melirik ke arahnya. 

Satria langsung menaikan sudut bibirnya, kesal mendengar celetukan gadis itu. Mungkin jika tidak ada Ayah dan kakek Kimy, Satria sudah memitingnya dan menakut-nakutinya. 

Anggara yang sudah paham akan arah pembicaraan mereka langsung memotong ucapan sahabatnya. "Pulihkan dulu kondisimu, nanti kita bahas ini lain kali, setelah kamu sehat."

"Kalau aku diberi kesehatan lagi, kalau ini adalah sakit terakhirku bagaimana?"

Anggara tak bisa menjawab, dia langsung menatap wajah putranya yang tiba-tiba memerah, dan Anggara tahu sebabnya. 

"Emang Kakek mau ngomong apa?" Kimy yang bertanya, karena memang hanya dia, satu-satunya orang yang tak mengerti. 

"Kakek mau kalian berdua menikah secepatnya!" 

Kimy yang salah penafsiran, langsung menolak permintaannya.

"Pokoknya aku gak mau nikah sekarang! Aku kan belum pesen kebaya." Sebuah jawaban yang membuat semua orang geleng-geleng kepala. 

1
Siti solikah
wah sama2 di club malam ya
Siti solikah
wkwkwk ya Alloh gusti
Siti solikah
😂😂😂😂
Siti solikah
akhirnya bobol juga
Siti solikah
gagal lagi
Siti solikah
ckck
Siti solikah
kasihan juga Bumblebee harus puasa lama
Siti solikah
makanya kimy mau aja diajak naik gunung turun lembah
Siti solikah
wkwk
Siti solikah
wah kikim nyium bang sat
Siti solikah
lapar atau haus bang sat
Siti solikah
sabar bee
Siti solikah
bee puasa dulu ya
Siti solikah
keren kimy dan satria
Siti solikah
bang sat main nyosor aja
Siti solikah
jangan2 ibunya satria
Siti solikah
lanjut
Siti solikah
bagus
Siti solikah
kikim kikim
Siti solikah
modus ya bang sat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!