Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.
Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.
Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Patriark Klan
Malam telah larut di kediaman Klan Xiao. Angin malam berhembus melalui koridor-koridor batu, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Namun, di Aula Penegakan Hukum, suhu terasa jauh lebih dingin, seolah-olah udara di sana membeku karena ketegangan yang pekat.
Aula itu remang-remang, hanya diterangi oleh beberapa obor dinding yang apinya menari liar.
Di kursi utama yang terbuat dari kayu besi hitam, duduk Xiao Zhan, Kepala Klan Xiao. Tubuhnya kekar, wajahnya persegi dengan garis rahang yang keras. Dia duduk diam dengan mata terpejam dan tangan bersedekap di dada. Meski terlihat tenang, aura di sekitarnya bergejolak seperti gunung berapi yang menahan letusan.
Di hadapannya, tiga sosok tua duduk berjajar.
Di tengah adalah Xiao Lie, Tetua Pertama. Kakek dari Xiao Long. Wajahnya kurus, matanya sipit dan tajam seperti ular berbisa. Dia sedang menyesap teh dengan gerakan pelan yang disengaja untuk memprovokasi.
Di kiri dan kanannya adalah Tetua Kedua dan Ketiga, yang wajahnya tampak cemas namun jelas berada di kubu Xiao Lie.
"Jadi..." Xiao Lie meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi klak yang keras di atas meja. "Apakah Kepala Klan akan terus diam?"
Xiao Zhan membuka matanya perlahan. Tatapannya berat dan menekan.
"Apa yang ingin kau dengar, Tetua Pertama?" suaranya rendah, bergema di ruangan batu itu.
"Tentang insiden sore ini!" suara Xiao Lie meninggi. Dia melempar sebuah laporan medis ke atas meja. "Pelayan Han, pelayan senior yang telah mengabdi sepuluh tahun pada klan, tangannya dipatahkan! Tulangnya remuk! Dan pelakunya adalah putramu, Xiao Chen!"
"Han hanyalah pelayan," jawab Xiao Zhan datar. "Sejak kapan Dewan Tetua mengurusi perkelahian antara tuan dan budak?"
"Ini bukan soal perkelahian biasa!" bantah Xiao Lie, berdiri dari kursinya dengan berapi-api. "Ini soal aturan! Xiao Chen adalah sampah tanpa kultivasi. Han adalah kultivator Tingkat 4. Fakta bahwa Xiao Chen bisa melukainya berarti dia menggunakan trik kotor atau senjata tersembunyi! Perilaku tercela seperti ini mencoreng wajah klan!"
"Trik kotor?" Xiao Zhan mendengus. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. "Atau mungkin Pelayan Han yang terlalu lemah dan tidak berguna, sampai kalah oleh seseorang yang kalian sebut sampah?"
Wajah Xiao Lie memerah padam. "Kau membela dia lagi! Selalu membela dia!"
Xiao Lie melangkah maju, jarinya menunjuk wajah Xiao Zhan dengan tidak sopan.
"Xiao Zhan, sadarlah! Putramu itu sudah tamat! Xiao Chen sudah ditinggalkan! Payung pelindung dari Sekte Pedang Giok sudah tidak ada!"
Mendengar nama Qingyue disebut dan nasib putranya diungkit, mata Xiao Zhan berkilat berbahaya.
Xiao Lie tidak peduli, dia terus mendesak karena merasa di atas angin. "Tanpa dukungan Sekte Pedang Giok, Xiao Chen hanyalah beban. Dia menghabiskan sumber daya obat-obatan klan selama bertahun-tahun tanpa hasil. Dan sekarang dia mulai bertindak brutal pada sesama anggota klan."
Tetua Kedua yang duduk di samping akhirnya buka suara, nadanya berpura-pura bijak. "Kepala Klan, kami hanya memikirkan masa depan klan. Xiao Long, cucu Tetua Pertama, sebentar lagi akan menembus Alam Pembentukan Fondasi. Dia butuh sumber daya lebih. Halaman tempat tinggal Xiao Chen... lokasinya memiliki konsentrasi Qi yang bagus. Sayang jika ditempati oleh seseorang yang tidak bisa berkultivasi."
"Benar," timpal Tetua Ketiga. "Kami mengusulkan agar Xiao Chen dipindahkan ke desa pertanian di pinggiran kota. Di sana dia bisa hidup tenang sebagai petani. Halamannya dan jatah bulanan obat-obatannya akan dialihkan ke Xiao Long."
Hening.
Kesunyian yang mencekam menyelimuti aula. Suara jangkrik di luar pun seakan mati ketakutan.
Xiao Zhan menatap satu per satu wajah para tetua itu. Dia melihat keserakahan di mata mereka. Dia melihat ambisi Xiao Lie yang ingin menggulingkannya. Dan dia melihat betapa cepatnya mereka ingin membuang putranya begitu pelindungnya pergi.
"Kalian ingin mengusir putraku..." gumam Xiao Zhan pelan, suaranya bergetar menahan amarah. "Dan mengambil rumahnya?"
"Ini demi kebaikan klan," kata Xiao Lie dengan senyum kemenangan tipis. "Sebagai Kepala Klan, kau harus objektif. Lakukan pemungutan suara sekarang."
Xiao Zhan perlahan berdiri.
Kursi kayu besi di belakangnya berderit keras.
Dia tidak bicara. Dia hanya melangkah maju satu langkah.
BOOM!
Sebuah tekanan udara yang masif meledak dari tubuh Xiao Zhan. Meja kayu tebal di hadapannya hancur berkeping-keping menjadi serbuk gergaji.
Lantai batu di bawah kakinya retak menjalar seperti jaring laba-laba.
Aura berwarna merah darah menyelimuti tubuh Xiao Zhan, membentuk siluet samar seekor singa yang sedang mengaum. Ini adalah tekanan penuh dari seorang ahli Alam Roh (Spirit Realm)!
"Uhuk!"
Ketiga tetua itu terdorong mundur seketika. Wajah mereka pucat pasi, napas mereka sesak seolah ada batu besar yang menindih dada mereka. Xiao Lie yang berada paling dekat merasakan dampak terberat, kakinya goyah dan dia hampir jatuh berlutut.
"Kalian pikir karena aku diam selama beberapa tahun ini, taringku sudah tumpul?" geram Xiao Zhan.
Suaranya bukan lagi suara manusia, tapi suara predator puncak yang wilayahnya diganggu.
"Xiao Lie! Kau bicara tentang aturan klan? Aturan pertama Klan Xiao adalah: Darah lebih kental dari air! Kau ingin mengusir darah dagingku demi keuntungan cucumu?"
Xiao Zhan melangkah lagi. Tekanan spiritualnya semakin berat. Kaca jendela aula pecah berantakan karena getaran aura.
"Dengar baik-baik, serigala-serigala tua..."
Xiao Zhan mencengkeram kerah jubah Xiao Lie, mengangkat tubuh tetua itu dengan satu tangan seolah dia seringan kapas. Kaki Xiao Lie menggantung di udara.
"Le... pas... kan..." Xiao Lie tercekik, wajahnya berubah ungu.
"Selama aku, Xiao Zhan, masih berdiri di aula ini, tidak akan ada yang boleh menyentuh Xiao Chen! Tidak peduli apakah dia jenius atau sampah, dia adalah putraku! Dia adalah Tuan Muda klan ini!"
Mata Xiao Zhan menyala merah, menatap langsung ke dalam jiwa Xiao Lie yang ketakutan.
"Jika ada satu lagi usulan untuk mengusirnya, atau jika aku mendengar ada 'kecelakaan' yang menimpanya... aku akan melupakan posisiku sebagai Kepala Klan. Aku akan membantai setiap orang yang terlibat, lalu membakar aula leluhur ini sampai rata dengan tanah! Apa kalian mengerti?!"
Xiao Zhan menghempaskan tubuh Xiao Lie ke lantai dengan kasar.
BUGH.
Tetua Pertama itu terbatuk-batuk, memegangi lehernya yang memar. Rasa takut yang murni terpancar di matanya. Dia lupa... dia lupa bahwa sebelum menjadi administrator klan yang tenang, Xiao Zhan adalah jenderal perang yang dijuluki 'Singa Gila'.
"Kau... kau gila, Xiao Zhan," desis Xiao Lie dengan suara parau, merangkak mundur menjauh. "Kau mengancam tetua klan demi seorang anak cacat? Dewan Tetua Tertinggi tidak akan membiarkan ini!"
Xiao Zhan merapikan jubahnya. Auranya perlahan surut, kembali menjadi tenang namun mematikan.
"Laporkan saja pada Tetua Tertinggi. Katakan pada mereka, Singa Gila Xiao Zhan sudah bangun."
Dia berbalik memunggungi mereka, menatap kegelapan di luar jendela.
"Sekarang, keluar dari sini sebelum aku berubah pikiran."
Ketiga tetua itu tidak perlu disuruh dua kali. Mereka bangkit dengan gemetar dan bergegas keluar dari aula, meninggalkan tatapan penuh dendam namun ketakutan.
Setelah pintu aula tertutup, dan langkah kaki mereka menjauh, bahu tegak Xiao Zhan perlahan merosot.
Dia berjalan tertatih menuju jendela yang pecah, menatap bulan yang menggantung di langit malam. Tangannya yang tadi begitu kuat menghancurkan meja, kini sedikit gemetar. Kelelahan yang luar biasa terlihat di wajahnya.
Dia merogoh balik jubahnya, mengeluarkan sebuah liontin tua berisi lukisan seorang wanita cantik ibunda Xiao Chen.
"Istriku..." bisik Xiao Zhan pada angin malam. Suaranya serak dan rapuh, sangat kontras dengan keganasannya tadi.
"Maafkan aku... Aku hampir gagal melindunginya lagi."
Dia tahu, ancamannya malam ini hanya membeli waktu. Xiao Lie tidak akan berhenti. Mereka akan menggunakan cara yang lebih licik. Mereka pasti akan menggunakan Turnamen Klan bulan depan untuk menghancurkan Xiao Chen secara "sah" di atas arena, di mana tangan Xiao Zhan terikat oleh aturan leluhur.
"Chen'er..." gumam Xiao Zhan, matanya menyiratkan kepedihan mendalam seorang ayah. "Ayah bisa melindungimu dari pedang musuh, tapi Ayah tidak bisa melindungimu dari takdirmu sendiri. Jika kau memang ditakdirkan menjadi orang biasa, Ayah akan pastikan kau hidup nyaman. Tapi jika mereka memaksamu naik ke arena..."
Xiao Zhan meremas liontin itu hingga ujungnya melukai telapak tangannya.
"...Ayah akan pastikan jalan keluar bagimu, meskipun harus melawan satu klan."
Malam itu, sang Kepala Klan berdiri sendirian dalam kegelapan, menjaga benteng terakhir bagi putranya, tanpa menyadari bahwa putranya juga telah mulai mengasah cakar di tempat lain.
...TINGKATAN KULTIVASI...
...Qi Condenstaion...
... Foundation Establishment...
...Core Formation...
... Nascent Soul...
... Soul Formation...
...Soul Transformation...
...Kaisar Raja ...
...Kaisar Langit ...
...Kaisar Surgawi...
...Dewa Sejati...
...Dewa Tertinggi ...
...Kaisar Dewa ...