NovelToon NovelToon
Anhe : Teratai Air Yang Damai

Anhe : Teratai Air Yang Damai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesta rakyat

Li Anhe keluar dari kamar mandi sekitar pukul delapan malam. Kediaman yang cukup kecil itu tentu saja tidak bisa menyembunyikan suara dari arah luar. Gadis itu berjalan pergi menuju keluar setelah membenarkan ikatan rambutnya. Di luar kediaman sudah ada banyak warga desa berdatangan saling berbagi makanan. Dia mendekat kearah neneknya, "Nenek ada apa?"

"Setelah panen akan ada pesta rakyat yang berlangsung di desa ini. Warga sekitar akan berdatangan menuju kediaman saudara, teman, kerabat ingin saling bertukar makanan. Sudah puluhan tahun nenek tidak datang ke tempat ini. Tapi semua terasa sama," Nyonya tua Chao tersenyum menatap cucunya. "Nenek juga telah menyiapkan banyak makanan. Kita tukarkan bersama," ujar wanita tua itu dengan kehangatannya.

"Baik," Li Anhe mengikuti tradisi yang berlaku di desa itu. Dia mengambil setiap wadah yang telah di isi dengan makanan dan saling di tukarkan.

Semua orang terlihat sangat bahagia saling menyapa dan berbincang santai penuh keramahan.

Seorang wanita usia empat puluh tahunan mendekat kearah Nyonya tua Chao. "Nyonya, nenek ku ingin meminta maaf tidak bisa datang untuk hari ini. Saat ini beliau tengah menjalani pengobatan tulang pada bagian betis karena jatuh beberapa tahun yang lalu. Setiap pergantian musim rasa sakit akan di rasakan."

"Kamu putri Fei Fei?" saut Nyonya tua Chao.

"Benar. Saya putri keduanya."

Nyonya tua Chao meraih tangan wanita di depannya. "Tidak masalah. Dia terlalu segan, aku tentu tahu di usia seperti ini. Harus lebih memperhatikan kesehatan," dia mengajak putri kedua Nyonya tua Fei Fei untuk duduk bersamanya.

Li Anhe meneruskan saling bertukar makanan.

"Kamu cucu nenek Chao?" seorang gadis seusia dengan Li Anhe mendekat. Setelah gadis itu mendapatkan anggukan kepala menyatakan pertanyaannya benar. Dia tersenyum senang. "Aku Chen Wan. Nama kamu siapa? Meskipun cucu nenek Chao sangat terkenal. Tapi tidak ada yang tahu namanya," dia menunggu dengan tatapan tidak sabar.

Li Anhe mantap kearah neneknya. Neneknya menggelengkan kepalanya pelan memberikan isyarat untuk menyembunyikan identitas aslinya. Dia mengangguk mengerti, saat dia menatap gadis di depannya. "Aku Chao Xian."

"Xian, bagiamana jika besok kita pergi ke persawahan bersama?" Nona muda Chen Wan merangkul tangan gadis di depannya. "Bagaimana?" kedua matanya sangat jernih seperti gadis kecil yang ingin di temani ibunya pergi keluar untuk bermain.

"Baik," Li Anhe tidak dapat menolak ajakan dari cucu teman neneknya.

"Kita pergi keluar. Pada saat ini ada banyak orang keluar di jalanan saling bertegur sapa," Nona muda Chen Wan menarik tangan Li Anhe keluar dari kediaman. Untungnya gerimis telah selesai dua jam yang lalu. Sehingga semua orang tidak perlu takut basah saat melakukan perayaan/pesta rakyat. "Lihat, di sini sangat meriah. Apa di kota yang kamu tinggali sebelumnya juga semeriah ini?"

"Mungkin saja," Li Anhe menjawab seadanya.

Gadis di sampingnya justru semakin penasaran. "Apa kamu tidak pernah keluar rumah sebelumnya?"

Li Anhe menatap kearah lentera di setiap kediaman yang mereka lalui. "Ramai. Tapi aku tidak pernah mengikuti perayaan seperti ini."

"Tidak masalah. Sekarang kita berteman. Aku akan membawa mu menikmati setiap perayaan yang ada di desa ataupun di kota ini," Nona muda Chen Wan berlari menerobos kerumunan dengan menggandeng teman barunya.

Li Anhe juga tidak dapat berbuat banyak. Dia tidak pernah memiliki teman selama dua kehidupannya. Tentu tidak dapat berinteraksi dengan baik. Rasa canggung lebih dominan ia rasakan. Gadis yang terus menggenggam tangannya mengajaknya menuju ke arah sebuah pohon besar yang ada di pinggiran desa. Pohon itu penuh dengan lentera tergantung di setiap dahan. Kain merah terikat di setiap cabang ranting yang saling menyambung tanpa terputus. "Ini?" memandang kearah ujung pohon.

"Ini pohon jodoh. Di pohon ini semua orang yang belum menikah akan berdoa agar segera mendapatkan jodoh mereka," saut Nona muda Chen Wan. "Xian kita juga harus berdoa," dia memejamkan kedua matanya menyatukan kedua tangannya.

Li Anhe menatap dengan senyuman kearah pohon jodoh tanpa membuat permintaan. Tapi di saat gadis di sampingnya membuka kedua matanya. Tanpa sadar Li Anhe menutup kedua matanya dan menyatukan tangannya.

"Xian, kamu sudah selesai?" bisikan pelan itu membuyarkan kegugupan gadis di sampingnya.

Bagi Li Anhe kata teman jauh lebih menyulitkan dari pada bertarung atau membunuh lawan. Dia membuka kedua matanya. "Aku juga sudah selesai."

Nona muda Chen Wan mengeluarkan koin yang telah di tali dengan benang merah. "Setelah berdoa kita harus melemparkan koin ini setinggi mungkin di atas pohon. Agar permohonan segera dapat di kabulkan," memberikan satu koin terikat benang kepada temannya. "Xian, apa kamu sudah siap?" dia tersenyum penuh kebahagiaan. "Ikuti aku. Satu, dua, tiga."

Mereka melemparkan koin ke arah pohon. Nona muda Chen Wan melempar koin sampai di dahan bagian bawah. Sedangkan Li Anhe melemparkan koin sampai di ujung dahan paling atas.

"Lihat. Koin yang kamu lempar ada di bagian paling atas dahan. Hebat," Nona muda Chen Wan menggoyang tubuh temannya sangat kuat. Dia tertawa dan berputar di satu tempat.

Li Anhe menatap gadis tanpa beban di depannya. Sepertinya dia mampu menopang semua masalah dengan senyuman indahnya. "Chen Wan sudah malam kita harus kembali."

"Baik," gadis itu terus mengandeng tangan Li Anhe tanpa mau melepaskannya. "Xian, di tempat ini sangat jarang gadis seumuran ku yang mau berteman dengan ku. Meraka semua menghindari karena keluarga ku seorang petani biasa. Tapi saat aku melihat mu. Aku rasa kamu bukan orang seperti itu."

"Setiap pekerjaan memiliki keistimewaannya sendiri. Begitu juga pekerjaan keluarga mu," Li Anhe tersenyum tipis berusaha seramah mungkin saat menatap kearah Nona muda Chen Wan. Namun wajahnya sangat kaku justru membuat senyuman itu semakin canggung.

"Aku tahu kamu sangat baik," gadis itu menempel tanpa bisa di lepaskan dari tubuh Li Anhe.

Sesampainya di kediaman Chao keadaan juga perlahan telah kembali normal. Semua orang telah menyelesaikan perayaan saling berbagi. Dan melanjutkan berkumpul di kediaman masing-masing bersama keluarga besar.

"Wan er, kita kembali. Nyonya Chao kami pergi dulu," ujar putri Nyonya tua Fei Fei berpamitan kepada Nyonya tua Chao di depannya.

"Baik. Kalian harus segera berkumpul dengan keluarga," ujar Nyonya tua Chao menanggapi dengan kehangatan.

"Xian, besok aku akan datang lagi mengajak mu berkeliling di kampung ini. Aku akan datang jam tujuh pagi," Nona muda Chen Wan berteriak kuat meski dia telah di tarik ibunya.

Li Anhe tersenyum melihat tingkah teman barunya.

"Kamu menyukainya?" Nyonya tua Chao mendekat kearah cucunya. Dia mengajak cucunya untuk masuk ke dalam rumah. "Kalian bisa membereskannya besok. Sekarang kalian bisa istirahat."

"Baik," saut serentak semua pelayan wanita. Pergantian para penjaga kediaman juga telah di lakukan.

Di dalam kamar Nyonya tua Chao, Wanita tua itu duduk di tempat tidur berdampingan dengan cucunya. Dia masih menantikan jawaban dari cucunya itu.

"Dia cukup baik. Juga sangat lincah," Li Anhe menjawab dengan kejujuran.

Nyonya tua Chao tentu sangat senang kini cucunya mendapatkan teman. "Gadis itu memang cukup bersemangat. Bahkan selalu tersenyum dan penuh tawa di wajahnya. Gadis yang baik," menepuk lembut tangan cucunya. "Sudah malam. Kamu juga harus tidur agar besok bisa pergi dengan teman baru mu."

"Baik," bangkit dari tempat tidur. "Nenek, cucu ini pamit kembali ke kamar."

Li Anhe keluar dari kamar neneknya dan kembali ke kamarnya. Dia melepaskan baju luarnya tidur di atas tempat tidur setelah mencuci wajah juga kaki. Gadis itu memejamkan kedua matanya lima menit setelahnya dia tertidur sangat pulas.

1
Cha Sumuk
belum bls dendam ke BP nya kok mlh dah pergi ga menarik ah cerita nya
Sri wulandari: Cerita tidak sepenuhnya jalan dalam satu tempat yang sama.
Sri wulandari: Saya membuat cerita bukan menyesuaikan keinginan pembaca. Tapi untuk menyalurkan hobi. Jadi suka atau tidaknya anda dengan cerita ini itu tidak ada kaitannya dengan saya.
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Rafly Aiman Syah
ku menunggu
Rafly Aiman Syah
author ku menunggu lanjutan cerita ini ya.
semangat dan sehat selalu
Sri wulandari: Sudah saya up kk. Masih dalam peninjauan. Sabar ya😊❤️
total 1 replies
Rafly Aiman Syah
cerita yg menarik dan alur yg tidak bertele-tele
Rafly Aiman Syah
thor terimakasih untuk cerita yg menarik.
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
Rafly Aiman Syah: sama² thor
Sri wulandari: Terima kasih atas dukungannya kk.😊❤️
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
lanjut Thor
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
lanjut
Sri wulandari: siap.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!