Novel ini menceritakan kisah seorang Naila Shababa, santri di pondok pesantren Darunnajah yang di cap sebagai santri bar-bar karena selalu membuat ulah.
Namun, siapa sangka nyatanya Gus An, putra dari pemilik pesantren justru diam-diam menyukai tingkah Naila yang aneh-aneh.
Simak selalu di novel yang berjudul “GUS NACKAL VS SANTRI BARBAR.” Happy reading🥰🥰...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Naila melarang siapapun untuk memberitahukan keadaannya kepada orangtuanya. Termasuk dari pihak pesantren maupun Gus An yang sepertinya semakin akrab dengan Ayah Naila. Entah apapun alasannya, saat ini Dia masih ingin menggali informasi tentang hubungan antara Gus An dan Ayahnya.
“Laras, boleh minta tolong nggak...?” Naila mengejutkan Laras yang duduk melamun sambil tak ada bosannya menunggui dirinya.
“Dengan senang hati tuan putri.” Laras meletakkan tangan kanannya diatas kepala, menunjukkan sikap hormat grak. Naila membisikkan sesuatu di telinga Laras dengan lirih. Jangan sampai ada orang lain yang mendengar.
“Hah, Aku mana berani.”
“Gini Aku kasih tau caranya.” Naila kembali membisikkan sesuatu di telinga sahabatnya ini. Laras manggut-manggut paham. Naila tersenyum dengan licik.
“Ada Laras, semua masalah jadi enteng.” Laras menepuk dadanya, penuh dengan semangat menjalankan tugas dari Naila. “Kayak iklan sabun cuci piring.” Naila terkekeh sendiri melihat kelakuan bocil jumbo yang kini semakin akrab dengannya.
...****************...
“Besok kita semua sudah mulai ujian. Jangan lupa nanti malam belajar. Kalau sampai ada yang nggak lulus disini saya tidak mau bertanggung jawab.” Gertak Gus An kepada seluruh siswanya. Membuat semua menunduk ketakutan. Ada yang sudah gemeteran, ada juga yang malah sudah menangis sesenggukan.
“Aku nggak mau...” ucap Laras yang air matanya terus mengalir sampai dadanya terasa sesak.
“Baik, kalau tidak ada yang di tanyakan saya akhiri pertemuan pada hari ini.” Gus An menutupnya dengan salam. Seluruh murid mengemasi buku pelajarannya untuk pulang.
Laras terburu-buru turun dari kelas. Dia ingat akan permintaan tolong Naila. “Gus... Gus...” Dia mengejar Gus An sampai dengan lantai satu.
“Iya ada apa...?”
“Anu, Naila...”
“Naila kenapa...?” seketika wajah Gus An menjadi panik saat mendengar nama Naila.
Tuh kan... Gus An mulai panik. Padahal cuman bilang Naila aja
“Ada apa dengan Naila...? jangan bikin saya khawatir.”
Berhasil deh, Aku tau jawabannya... Laras tersenyum penuh kemenangan. Sebenarnya Cuma itu saja yang ingin Dia cari tau. Dan tugasnya itu berhasil Dia kerjakan. Naila menyuruhnya untuk membuat Gus An panik. Benar saja, hanya dengan mendengar namanya saja beliau sudah panik bukan main.
“Laras kamu ngomong yang bener. Naila kenapa...? jangan bengong mulu.” Laras menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah tujuannya tercapai, lalu apa yang harus Dia katakan kepada Gus An. Bisa-bisa kena marah dari beliau hanya karena memanggil tidak jelas.
Sekalian di kerjain aja deh. Hihi...
“Jadi begini Gus, kan besok sudah mulai ujian sedangkan Naila mungkin belum bisa mengikuti. Lalu apa Dia akan tidak naik kelas...? saya nggak mau Gus, sahabat saya itu jadi adik kelas. itu sangat memalukan. Naila pasti akan sedih mendengarnya.” Laras mulai berakting.
“Gimana Gus, orang tua Naila juga akan sedih kalau putri kesayangannya tidak naik kelas gara-gara sakit. Ayolah Gus kasih kesempatan buat Naila.” Pinta Laras seakan-akan sungguhan memohon.
“Siapa emang yang bilang kalau Naila nggak naik kelas...?”
“Hmm, tidak ada sih Gus. Tapi tadi Naila bilang ke saya kalau Dia saat ini bersedih takut hal itu terjadi. Soalnya Dia kan sudah terlambat pelajaran cukup banyak. Jadi mana mungkin bisa mengerjakan soalnya Gus. Naila juga nggak mau ikut ujian susulan, maunya pengen ujian bareng-bareng. Tapi masalahnya Dia nggak tau apa kisi-kisi yang akan di ujikan nanti Gus.” Sepertinya aktingnya berhasil. Batin Laras.
“Gini saja, sekarang saya kasih kisi-kisi dan contoh soal yang akan di ujikan besok. Tolong kamu kasih ke Naila biar Dia bisa belajar sedikit-sedikit. Siapa tau bisa membantu Dia untuk mempermudah mengerjakan soalnya nanti.”
Yes. Berhasil...
Gus An memberikan beberapa lembar kertas yang berisi soal-soal ujian. Laras ternyata bisa licik juga. Dia mencari kesempatan untuk mendapatkan soal itu sebelum waktunya.
Ma’af Nai, Aku sedikit memanfaatkan moment ini.