NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Duka

Takdir Di Balik Duka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / One Night Stand / Janda / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak
Popularitas:467.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

“Silakan pergi dari mansion ini jika itu keputusanmu, tapi jangan membawa Aqila.” ~ Wira Hadinata Brawijaya.

***

Chaca Ayunda, usia 21 tahun, baru saja selesai masa iddahnya di mana suaminya meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, ia dihadapi dengan permintaan mertuanya untuk menikah dengan Wira Hadinata Brawijaya, usia 35 tahun, kakak iparnya yang sudah lama menikah dengan ancaman Aqila—anaknya yang baru menginjak usia dua tahun akan diambil hak asuhnya oleh keluarga Brawijaya, jika Chaca menolak menjadi istri kedua Wira.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia, istri Wira.

Duka belum usai Chaca rasakan, tapi Chaca dihadapi lagi dengan kenyataan baru, kalau anaknya adalah ....



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Tidak Bisa Kehilangan Mas Wira!

Di Mansion Brawijaya, suasana masih terasa mencekam setelah insiden yang baru saja terjadi. Kamar Chaca yang berantakan menjadi saksi bisu betapa dalamnya amarah dan kecemburuan yang membakar hati Adelia. Wanita itu terduduk di lantai, wajahnya basah oleh air mata, tangannya masih gemetar. Tatapannya kosong, menatap pecahan kaca dan bercak darah yang tersisa di lantai.

Di ambang pintu, Mama Maryam berdiri dengan ekspresi tajam dan kecewa. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya, berusaha menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. “Adelia, apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Mama Maryam dengan suaranya dingin, namun penuh penekanan.

Adelia mengangkat wajahnya, matanya yang merah dan bengkak menatap ibu mertuanya dengan penuh kepedihan. “Mama … aku … aku nggak bermaksud seperti ini …. aku cuma marah … aku nggak bisa terima!” isaknya pecah, suara Adelia bergetar.

Mama Maryam melangkah masuk, matanya menyapu ruangan yang kacau. Pecahan kaca, barang-barang berserakan, dan noda darah di seprai putih membuat hatinya semakin terluka. “Marah?” Ia mengulang kata itu dengan nada yang lebih dingin. “Kamu marah, lalu kamu melukai istri suamimu sendiri? Sampai berdarah-darah begitu?”

Adelia terisak lebih keras. “Mama nggak ngerti! Mama nggak pernah ada di posisiku! Bagaimana kalau Mama yang ada di sini? Melihat Papa bersama wanita lain di atas ranjang?” Suara Adelia meninggi, penuh kepedihan.

Mama Maryam menarik napas panjang, berusaha menenangkan hatinya. “Adel,” katanya dengan nada lebih rendah, namun tetap tajam. “Chaca itu istri Wira. Istri yang halal. Wira punya hak untuk menyentuhnya. Kamu yang salah telah masuk ke kamar mereka tanpa izin. Kamu yang membuat dirimu sendiri sakit hati.”

Adelia menggeleng dengan putus asa. “Tapi Mama! Aku ini istri pertamanya! Aku yang lebih dulu bersama Mas Wira! Aku yang menemani dia dari awal! Kenapa sekarang aku harus berbagi?”

Mama Maryam menatap menantunya dengan sorot penuh ketegasan. “Pernikahan bukan tentang siapa yang lebih dulu, Adel. Ini bukan perlombaan. Wira memilih untuk menikahi Chaca juga, dan itu adalah keputusan yang sah. Mama bisa mengerti kalau kamu cemburu. Mama bisa memahami kalau hatimu sakit. Tapi kekerasan? Itu tidak bisa dimaafkan.”

Adelia membuang muka, menatap ke arah lain. Air matanya mengalir deras. “Aku nggak bisa kehilangan Mas Wira .… aku nggak bisa .,” ujar Adelia lirih dengan suara yang hampir tak terdengar.

Mama Maryam mendekat, duduk di sampingnya. “Kalau kamu terus seperti ini, justru kamulah yang akan kehilangan dia, Adel.”

Adelia tersentak, menoleh ke arah ibu mertuanya. “Maksud Mama?”

Mama Maryam menatapnya lekat-lekat. “Perbuatanmu ini bisa digugat ke polisi. Kamu melukai seseorang dengan sengaja, dan itu bisa dianggap sebagai tindak kekerasan. Kalau Wira atau Chaca sampai benar-benar marah dan ingin melaporkanmu, kamu bisa masuk penjara.”

Adelia membelalak. “Tidak … Mas Wira nggak akan sampai hati melakukannya, Mah!”

Mama Maryam menghela napas panjang. “Mam juga berharap begitu. Tapi kamu tahu sendiri, Wira bukan orang yang bisa ditipu. Dia sudah sangat marah tadi. Tamparannya itu bukan sekadar luapan emosi, tapi peringatan keras. Kamu sudah melewati batas, Adel.”

Adelia menunduk, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Ia ingin menyangkal, ingin membela diri, tapi semua yang dikatakan Mama Maryam benar. Ia yang masuk ke kamar Chaca, ia yang membiarkan amarahnya menguasai dirinya, dan sekarang Chaca berada di rumah sakit, terluka parah karena ulahnya.

Sementara itu, di rumah sakit, Wira duduk di samping ranjang Chaca yang masih belum sadar. Tangannya menggenggam erat tangan istrinya yang dingin, wajahnya penuh penyesalan. Hatinya masih dipenuhi kemarahan terhadap Adelia, tapi lebih dari itu, ia merasa bersalah.

“Chaca … maaf …,” gumam Wira lirih, suaranya hampir tak terdengar.

Chaca tetap diam, hanya suara alat medis yang berbunyi pelan mengisi ruangan. Wira menatap wajah istrinya yang pucat, perban yang melilit kepalanya seakan menjadi bukti kesalahannya sendiri. Seharusnya ia bisa mencegah ini. Seharusnya ia tidak membiarkan pertengkaran rumah tangganya melukai Chaca.

Luka di kepalanya Chaca cukup dalam, dan ada risiko komplikasi jika tidak dijaga dengan baik. Maka dari itu ia harus menjaganya 24 jam, agar apa yang sempat terlintas dipikirannya tidak akan pernah terjadi.

Suara pintu ruangan terbuka, Wira menolehnya wajahnya. Tanpa ada senyumnya pria paruh baya itu mendekati Wira.

“Apa yang terjadi? Mama tadi telepon Papa kalau Chaca terluka?” tanya Papa Brawijaya seraya menatap menantu keduanya. Kebetulan sekali pada waktu kejadian Papa Brawijaya sudah berangkat ke rumah sakit, karena ada jam praktik di pagi hari. Dan, baru beberapa menit yang lalu ia mendapatkan kabar jika menantunya dilarikan ke rumah sakit.

Wira kembali menata Chaca yang masih memejamkan matanya. “Ada sedikit masalah kecil di mansion, Pah. Dan, Adelia melemparkan gelas pas sekali mengenai kepala Chaca. Aku sudah melakukan operasi, sekarang tinggal menunggu efek obat biusnya hilang,” ungkap Wira pelan.

Papa Brawijaya menghela napas panjang, ia sama sekali tak menduga jika akan terjadi keributan di mansionnya.

“Kamu menikahi Chaca dengan persetujuan Adelia. Dan, atas dasar apa dia sampai melukai Chaca? Apakah ada perkataan Chaca yang membuat Adelia tersinggung? Atau ... atas dasar cemburu, kah?” tebak Papa Brawijaya.

Wira mengangguk pelan, lantas pria paruh baya itu mendesis pelan. “Kasihan Chaca. Kekerasan dalam rumah tangga sangatlah tidak dibenarkan, maka dari itu sejak awal Papa sangat tidak menyetujui kamu berpoligami. Poligami itu tidaklah mudah, bibir bisa saja berkata ikhlas dan siap dipoligami, tapi begitu sudah kejadian, akan banyak hal yang harus dihadapi. Tapi, kamu selalu bersikeras ingin menikahi Chaca! Sekarang kamu lihat sendiri akibat memaksakan kehendakmu! Adelia—Istrimu pencemburu berat, dan Chaca jadi korbannya.”

“Mungkin kini sudah saatnya Papa dan Mama ikut campur dalam rumah tangga ini. Ceraikan Chaca demi kebaikannya, Aqila masih kecil, dia membutuhkan ibunya. Papa tidak mau terjadi yang lebih fatal dari ini!” tegas Papa Brawijaya.

“Tidak!” seru Wira dengan menggelengkan kepalanya.

Alis mata Papa Brawijaya terangkat sebelah. “Mengapa, tidak? Kamu mau Aqila kehilangan mamanya? Dan menjadi anak yatim piatu setelah ditinggal papanya?” tanya Papa Brawijaya dengan lirikan curiganya. Pria paruh baya itu sangat berharap putranya berkata jujur padanya, jika tidak ia sendiri yang akan mencari tahu.

“Aku tidak akan pernah menceraikan Chaca, Pah!” tegas Wira, ia menggenggam erat tangan Chaca seakan takut kehilangan.

Bersambung .... ✍️

1
Inooy
dengan ada nya sinyal dari Chaca utk memberikan Wira kesempatan,,siap2 aq d bikin baper ma WirCha 🤭..dn bisa d pastikan pasangan ini bakalan bucin abiiis 😁
Mulaini
Mama Paula percuma kamu histeris dan memukul Adelia sampai² kamu mengharapkan Adelia mati nama keluarga mu sudah hancur dan menyesal pun sudah terlambat dan seharusnya kalian bertobat dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.
Azda Syafril
alhmdlh Wira bisa melewati msa kritis ny... .semngat Wira tuk menjalankan tugas mu SBG suami sekaligus papa tuk Aqila... perjuangan mu g sia2...
selamat dn semangat dok Wira tuk menuju SAMAWA bersama ChaCha dn Aqila....
Kimmy Doankz
kebahagiaan akan kembali pda kluar ga kecil wira,dan semoga Adelia n ortunya menerima karma yg setimpal
Wirda Wati
lanjuut
anonim
berani-beraninya trio parasit bikin masalah.
pak Brawijaya tidak tinggal diam
anonim
sukses bikin heboh trio parasit ini tapi pak Brawijaya tidak akan tinggal diam pastinya
anonim
Adelia ini bodoh bin o'on mau-maunya menuruti ambisi kedua orang tuanya.
alih-alih berhasil aksi licik mereka bertiga, pastinya malah semakin malu nantinya
anonim
trio parasit ini masih tidak puas dengan keadaan yang sesungguhnya. Semakin terpuruk baru nyesel kalian bertiga
Ais
emang gila orang tua adel ini jahat kejam iblis berkedok orangtua kasihan adel
jadinya toh adel bgitu juga karena tekanan dr ortunya supaya bs jd perayu ulung buat manfaatin hartanya wira
Anonymous
Gk sabar menunggu kelanjutannya Thor..
Yuni Say
Buruk
Isna Wati
lanjut thor
hasatsk
akhirnya terkuak juga kelakuan Adelia yang sebenarnya
jiannafeeza 2201
lanjut lagi dong
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor....
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
adelia emang sudah gila nti juga giliran mama paula
Aprisya
emak adel baru liat tho adegan itu
Mommy Ghina: tadinya video viralnya hanya suara Adel saja, gambar diblur, sekarang videonya kelihatan
total 1 replies
Tarwiyah Nasa
nyesek juga hatiku..nangiss deh Cha..kamu motong bawang sih...
Chita Hasan
cepat atau lambat, pasti akan terkuak .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!