Negeri Para Penyihir

Negeri Para Penyihir

Bab 1

Malam itu angin berhembus kencang menerbangkan dedaunan yang kering, menimbulkan suara gemerisik ranting-ranting yang saling bersentuhan dengan enggan. Diatas sana, bulan setengah lingkaran bersinar terang, bintang-bintang bertaburan di langit luas.

Cuaca cerah, hamparan sawah yang sudah ditanami padi terlihat jelas di lereng barat Desa Laskar Merah, rumah-rumah warga tersebar di area lima puluh hektar, jika memandang ke selatan maka akan nampak bukit-bukit yang berdiri hampir sama tinggi, cerita rakyat tentang bukit itu adalah bukit pelindung.

Bukit-bukit itu menjadi pelindung bagi desa Laskar merah. Air dari bukit itu mengalir jernih ke sungai sebelah timur, hingga desa Laskar tidak pernah kekurangan air.

Sementara bagian Utara adalah kawasan terlarang, karena disana terdapat mulut jurang dalam. Kata orang-orang tua, tidak diketahui seberapa dalam jurang itu, warga dilarang kesana karena sangat berbahaya.

Namun, malam ini, dua orang nampak bergegas menuju Utara. Mereka adalah sepasang muda mudi, yang pria baru menginjak usia tujuh belas tahun, postur tubuhnya tinggi, matanya teduh dan memiliki rambut lebat hitam.

Si wanita, juga gadis tujuh belas tahun, rambut panjang sepinggangnya terkadang berkibar terkena angin malam. Wajahnya yang seputih pualam nampak bersinar, bibirnya merah segar, dan alisnya yang melengkung bak bulan sabit menaungi mata hitam legamnya.

"Apa tidak dingin?" Si pemuda bernama Naraka Bumi Angkara bertanya dari samping, ia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari jalan meskipun sedang berjalan berdampingan dengan kecantikan yang dapat menghancurkan sebuah negara

Larasati Delima menggeleng. Tangannya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, bibir merahnya berkedut, "Kamu yakin ayahmu tidak mengetahui kepergian kita?"

Ayah Bumi bernama Saloka, orang paling kaya di Desa Laskar Merah. Badannya tinggi tegap, wajahnya sedikit beringas dan sangat pendiam.

Bumi dan Delima sudah menjalin hubungan selama enam bulan, dan tentu saja Saloka menolak hubungan tersebut. Karena terus-terusan di tentang dan di minta untuk mengakhiri hubungan, Bumi dan Delima memilih kabur dan akan hidup di tempat lain tanpa seorang pun dapat mengganggu hubungan mereka.

Tujuan mereka bukanlah pergi ke Desa lain, melainkan akan menuruni jurang dalam di Utara, ingin mengetahui benarkah jurang itu sangat dalam atau hanya omong kosong belaka. Para orang tua mengatakan bahwa jurang itu tidak berdasar, tapi, Delima meyakinkan Bumi bahwa ada kehidupan di bawah sana.

Tidak terasa keduanya sudah mencapai mulut jurang, Bumi mengeluarkan tali karmantel dari dalam tasnya dan mengikatkan pada pohon besar.

"Kamu turun dulu,"Delima mengikatkan tali ke pinggang kekasihnya itu, sengaja berlama-lama sembari mengusap pinggang Bumi sensual. Dia tersenyum menatap Bumi,"Aku akan menyusul."Bisiknya dengan suara merdu.

"Baiklah. Aku akan turun dulu, talimu sudah ku ikat juga, kamu harus cepat."Kata Bumi mendorong lembut Delima ke samping lalu dengan hati-hati mulai turun ke bawah.

Delima, gadis cantik itu menatap dari atas sambil tersenyum melihat kekasihnya yang sudah turun. Jemari lentiknya meraba sekitar pinggang, dari sana dia mengeluarkan sebuah pisau bermata dua.

"Bumi! Setelah mencapai dasar katakan padaku apa yang ada dibawah sana!"Delima berteriak keras, Bumi mendongak dan matanya membelalak lebar saat menyaksikan Delima memotong tali tersebut.

Tali terpotong menjadi dua, Bumi turun dengan kecepatan tinggi kedalam jurang. Mulutnya terbuka, namun tidak ada teriakan yang keluar. Senyum manis Delima masih terukir cantik di wajahnya saat memotong tali, gadis itu tersenyum manis seolah mengejek kebodohannya.

Kenapa kamu melakukan ini? Bumi bertanya walau suaranya tidak keluar sama sekali. Dia terus meluncur jatuh ke dalam jurang dalam dan gelap itu.

"Bagaimana?"

Suara berat yang berasal dari belakang membuat Delima menoleh-Saloka berdiri disana sembari menghisap rokok tembakau. Lelaki empat puluh tahunan itu menatap Delima dengan sorot matanya yang tajam seperti elang.

"Dia sudah meluncur masuk kedalam jurang."Delima bangkit dan menghampiri pria paruh baya itu, bibirnya masih tersenyum seolah-olah apa yang terjadi pada bumi tidak menggangu nya sama sekali.

"Bagaimana? Sekarang kamu percaya?"Tanya Saloka menatap lekat lekuk tubuh Delima yang terbungkus baju longgarnya. Saloka buang sisa rokok ke tanah lalu menginjaknya dengan ujung sepatu.

"Tentu,"Delima berdiri sangat dekat dengan Saloka, jemarinya menelusup masuk kedalam baju Saloka dan mengusap dada kekarnya dengan jemari lentiknya. Ia juga menatap mata Saloka sambil tersenyum manis, menggigit sedikit bibirnya, wajahnya amat menggoda namun matanya bersinar lebih terang daripada bulan diatas sana

"Ehm.."Saloka melenguh, matanya memerah dan kabut birahi menyelimuti sekujur tubuhnya, darahnya mengalir panas. Tangannya meraih tengkuk Delima dan melumat bibir gadis itu, lidahnya menelusup masuk dengan lincah kedalam mulut Delima dan bermain liar disana. Menyesap setiap inci mulut gadis itu.

Tangan kekar beruratnya membuka kancing baju Delima, memperlihatkan benda padat berisi yang lebih putih dari wajahnya, Saloka yang diselimuti nafsu melahapnya seperti sapi kelaparan.

"Lokaahh..."Desahan manja keluar dari bibir Delima saat mulut Saloka berpindah ke dadanya, bermain dengan lihai disana. Kepalanya mendongak menikmati setiap sentuhan.

Entah menikmati atau tidak, wajahnya nampak sangat aneh. Bibirnya mengeluarkan suara penuh kenikmatan, tapi, wajah dan matanya nampak polos tanpa nafsu. Perpaduan aneh yang tidak di sadari oleh Saloka.

"Kamu sudah lama menginginkan ini?"Tanya Saloka dengan suara serak penuh desakan nafsu. Pria itu bawa delima ke bawah pohon beringin tua yang berdiri gagah tak begitu jauh dari mulut jurang. Pohon yang seringkali mendapat image angker namun saat ini digunakan sebagai tempat berbuat mesum.

"Kamu tahu, aku sangat ingin."Delima berbaring. Matanya melirik kearah jurang, ada senyum aneh di wajahnya. Senyuman yang kontras sekali dengan aksi liar yang sedang mereka lakukan.

Delima kembang desa Laskar Merah, kecantikannya sudah tersebar ke seantero negeri. Memiliki dan menikmati tubuhnya sudah menjadi impian setiap pria.

Dari sekian banyak pria yang datang untuk mempersuntingnya, untuk mengikat hubungan bersamanya, Delima hanya menjatuhkan pilihan pada satu orang.

Cukup lama kedua insan itu berbaring menyatu di bawah pohon itu, di saksikan oleh burung gagak yang entah sejak kapan bertengger pada salah satu ranting.

"Cuacanya cerah dan bulannya sangat indah. Bukankah malam ini adalah malam paling indah?"Delima bertanya, ia duduk bersandar pada batang pohon setelah aksi panas mereka selesai. Delima merentangkan tangan, membiarkan angin malam menyapa tubuh polosnya.

Lama sekali masih belum ada jawaban dari Saloka. Hening sekali tempat itu, Delima menoleh kesamping dan mendapati Saloka terbaring pucat disebelahnya. Perutnya robek dan isinya menghilang.

"Sayang sekali, pria perkasa sepertimu harus mati secepat ini."kata Delima datar.

Gadis itu memakai kembali bajunya, mengikat tinggi rambut panjangnya lalu meninggalkan tempat itu beserta mayat Saloka yang mulai dingin.

***

Like, komen dan vote yaa...

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀

hah? cepet banget metong, dan lu makan kah isi perut dia del, makanya ilang

2025-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!